TRANSMIGRASI
Yah.. Mungkin itu nama yang cocok untuk situasi Carra saat ini yang tiba-tiba saja terbangun di dunia antah berantah dengan dirinya yang memasuki raga seorang gadis cantik bermata biru pekat sepakat lautan dalam yang menghanyutkan.
Entah bagaimana dirinya bisa masuk ke dalam raga gadis yang Carra ketahui bernama Carla Ransiska Atmaja ini, nama yang hampir mirip dengan namanya.
Dibalik kejadian yang tak masuk akal ini, ada sebuah misteri yang membuat Carra mau tak mau harus mengungkap tuntas misteri itu. Agar dirinya bisa kembali ke raganya seperti semula. Itu adalah kunci satu-satunya yang akan mengantarkan Carra kembali ke raganya.
Baru belajar menulis! Maaf kalau gak sesuai ekspetasi, mohon jangan terlalu berharap!
#Cover by pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iiyn_blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 20
Saat Arka dan teman-temannya serta Carra sedang asik-asiknya makan, datanglah geng Verana dkk yang membuat keributan dengan Carra.
Sret!.
Verana menarik kasar Carra agar berdiri dari tempat duduknya.
"Menjauh lo dari Arka, jala*g!" Carra menghempaskan tangan Verana kasar yang memegang tangannya, lalu berhadapan dengan Verana, menatap tajam kakak kelasnya ini.
"Bangs*t lo! gak puas lo cari gara-gara terus sama gue, hah?!" Verana dan teman-temannya menatap angkuh Carra.
"Heh! anak baru! lo jangan kegatelan dong jadi cewek!" Sembur Ilona.
"Tau lo! berani sekali lo dekati cowoknya Verana!" Sinis Sella. Carra menaikan sebelah alisnya. "Cowoknya? siapa?"
"Arka! cowoknya Verana Arka! jadi jauh-jauh lo dari Arka!" Lia mendorong dada kiri Carra dengan jari telunjuknya, Carra langsung menghempaskan telunjuk Lia, dan membersihkan dada kirinya seakan telah di sentuh oleh kotoran.
Penghuni kantin yang mendengar ucapan Lia langsung berseru heboh, benarkah Verana pacarnya Arka. Pertanyaan itu terus terlontar dari mulut semua penghuni kantin yang masih tak percaya dengan ucapan Lia.
"Pftt! bos, lo sejak kapan jadian sama si nenek lampir itu bos?" Arka menatap tajam Bailen yang menjahilinya itu. Bailen yang ditatap langsung terdiam.
Black dan juga teman-temannya yang lain hanya menyaksikan perdebatan antara Carra dan juga kakak kelas mereka itu yang tidak ada habisnya mengganggu Carra. Mereka percaya Carra bisa mengatasinya.
"Oh benarkah lo pacarnya?" Verana tersenyum kemenangan.
"Iya gue paca.." Ucapan Verana yang ingin membenarkan di potong oleh ucapan Arka yang menyangkalnya.
"Bukan! dia bukan pacar gue!" Datar Arka sambil menatap tajam Verana yang dengan seenaknya mengaku sebagai pacaranya.
Verana yang ditatap Arka sedikit ciut, dia juga malu karena Arka menyangkalnya, padahal kedua orang tuanya dan kedua orang tua Arka sudah merencanakan perjodohan antara dia dengan Arka, tapi kenapa Arka seakan tidak mengetahui tentang perjodohan mereka.
Penghuni kantin yang mendengar ucapan Arka yang menyangkalnya mencibir Verana yang seenaknya mengaku-mengaku pacarnya Arka, padahal kenyataannya Arka bukanlah kekasihnya.
"Arka, tapi kedua orang tua kita ingin menjodohkan kita" Ucap Verana lantang, membuat penghuni kantin kembali bisik-bisik.
Arka menatap datar Verana. "Orang tua gue gak pernah menerima perjodohan itu! jadi lo gak usah ngaku-ngaku!"
"Tapi aku suka sama kamu Ar!" Ungkap Verana.
"Gue gak pernah suka sama lo sialan!"
"Ini pasti karena cewek jala*g itu kan, makanya kamu menolak aku!" Verana menunjuk Carra, matanya menatap tajam Carra.
Carra yang di tuduh menaikan sebelah alisnya, apa-apaan dia seenaknya saja menuduh dirinya.
"Jangan menyebut nama Carla dengan sebutan itu!" Tekan Arka menatap tajam Verana.
"Kenapa? dia memang pantas di sebut jala*g karena sudah merebutmu dariku!" Verana sangat marah karena Arka terus-terusan membela Carra ketimbang membela dirinya.
"Lo yang jala*g cewek sialan!" Arka menatap tajam Verana. Verana yang mendengar itu menatap Arka kecewa, lalu matanya menatap Carra marah, gara-gara dia Arka menolak pernyataan cintanya, gue sangat membenci lo Carra!. Verana mengepalkan tangannya kuat lalu dia langsung melayangkan tamparan kepada Carra.
Plak!.
Sret!
Sebelum tamparan Verana menyentuh Carra, Arka langsung membawa Carra kedalam dekapannya, sedangkan tangan Verana di cekal oleh Black dengan kuat. Lalu Black hempaskan tangan Verana dengan kuat.
Verana yang melihat adegan itu menggeram marah, bisa-bisanya Arka dan Black melindungi Carra dari tamparannya.
Penghuni kantin yang menyaksikan itu berseru heboh, ada yang iri melihat Carra dilindungi oleh dua cowok tampan sekaligus, ada juga yang baper dengan adegan itu.
"CARLA!" Carra serta penghuni kantin yang mendengar teriakan itu menolehkan kepalanya ke pintu kantin, disana ada Calvino yang berdiri menatap tajam ke arah Arka yang sudah berani menyentuh Carra yang sudah ditandai sebagai gadisnya! miliknya! berani sekali dia menyentuhnya!.
Carra segera menjauh dari dekapan Arka, Carra menatap Calvino was-was. "Mampus gue!" Batin Carra ketar-ketir melihat kedatangan Calvino.
Calvino segera mendekati Carra, lalu menarik Carra ke dalam dekapannya, Calvino menatap tajam Arka yang sudah berani menyentuh gadisnya.
"Gue sudah peringatin lo untuk menjauh dari Carla sialan!" Arka menatap marah Calvino.
Sret!
Arka menarik Carra kembali kedalam dekapannya, lalu matanya menatap dingin Calvino. "Gue juga sudah pernah bilang kan, kalau gue gak butuh ijin lo!" Desis Arka.
Calvino mengepalkan tangannya kuat, lalu menarik tangan kiri Carra agar mendekat kearahnya, namun Arka juga menahan tangan kanan Carra agar tidak menjauh darinya, jadilah mereka berdua tarik-menarik Carra.
"Lepaskan Carla sialan!" Calvino menatap tajam Arka.
"Lo yang lepaskan Carla sialan!" Arka juga menatap tajam Calvino agar melepaskan tangan Carra.
Verana yang melihat adegan Carra yang di perebutkan dua cowok yang disukainya sekaligus mengepalkan tangannya kuat, lalu dia segera berlalu pergi dari kantin karena tidak tahan dengan itu semua. Teman-temannya juga mengikuti Verana yang pergi dari kantin.
Sedangkan Carra yang tangannya ditarik kesana-kemari mendengus kesal, Anzeng! kenapa mereka malah lomba tarik tangan gue sih!. Carra melirik sinis Arka dan Calvino, lalu Carra langsung menghempaskan kedua tangannya dari tarikan Arka dan juga Calvino.
"Gue bukan tali tambang yang bisa kalian tarik-tarik!" Carra lalu langsung melenggang pergi dari kantin, kebetulan bel tanda masuk kelas juga sudah berbunyi.
Arka dan Calvino saling menatap tajam lalu langsung berlalu pergi dari kantin, Black dan teman-temannya juga berlalu mengikuti Arka. Semua penghuni kantin juga langsung berhamburan pergi ke kelas mereka masing-masing.
Di tengah jalan saat Carra ingin pergi ke kelasnya, Carra melipir dulu ke toilet karena Carra kebelet buang air kecil, namun saat akan masuk kedalam toilet dia malah bertemu dengan Zufa.
"Hai Zufa" Carra menyapa Zufa.
"Hai juga Carla" Sapa balik Zufa. "lo mau ke toilet?" Tanya Zufa.
Carra terkekeh. "Iya lah, kan gue emang udah ada di toilet Zufa"
"Haha iya sih, yaudah gue duluan ya" Carra mengangguk, lalu Zufa segera pergi dari toilet menuju kelasnya. Carra pun segera masuk, setelah selesai dengan buang air kecilnya, Carra segera pergi ke kelasnya.
"Oi Ter, lo kok gak ke kantin?" Carra bertanya kepada Terra sesaat setelah duduk di bangkunya. "Katanya lo mau nyusul" Terra tersenyum tak enak kepada Carra.
"Hehe sory Car, tadi perut gue mules banget sumpah, terus pas mau nyusul lo, keburu bel masuk, jadilah gue gak jadi nyusul lo" Jelas Terra. Carra mengangguk mengerti, setelah itu guru pun masuk kedalam kelas, dan langsung mengajar anak didiknya.
Setelah beberapa saat bel pulang sekolah pun berbunyi, semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, tak terkecuali Carra dan Terra pun segera keluar dari kelas menuju parkiran.
Setelah sampai di parkiran Terra pamit ingin pulang duluan kepada Carra. Tak berapa lama Calvino datang, mereka berdua lalu langsung pulang ke mansion Atmaja.