Kaisar fikir setelah memiliki anak Jasmine akan berubah menjadi istri dan ibu yang baik, tapi ternyata dia salah.
Jasmine justru menjadikan Nala adiknya sebagai pengasuh anaknya serta mengurus semua keperluan Kaisar.
"Satu langkah lagi kamu keluar dari rumah, aku pastikan kita bercerai!" Kaisar.
Akankah keputusan Kaisar untuk bercerai dengan Jasmine adalah keputusan yang tepat dimana setelahnya dia menikahi Nala-adik Jasmine sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 8 Berdebat, Merayu, dan Perhatian
Tiba di rumah, Kaisar menarik tangan Jasmine membawa wanita itu masuk kedalam kamar mereka. Dia ingin berbicara serius pada Jasmine agar mengerti status wanita itu adalah seorang istri dan juga seorang ibu.
Jasmine menghempaskan tangan kaisar yang mencekal tangannya dan berjalan menuju tempat tidur kemudian menghempaskan tubuhnya di sana.
"Aku lagi capek ya, Mas, jangan ajak aku berdebat," kata Jasmine tanpa menatap Kaisar.
Kaisar semakin marah pada Jasmine. Sikap wanita itu sungguh keterlaluan mengabaikannya dan tidak memprioritaskannya. Pria itu melangkah mendekat pada Jasmine dan berdiri di tepi ranjang menatap sang istri yang memejamkan mata.
"Kalau kamu terus bersikap seperti ini maka aku semakin yakin memintamu berhenti berkarir," kata Kaisar penuh penekanan.
Jasmine mendudukkan tubuhnya di atas ranjang dan menatap Kaisar dengan tajam. Dia tidak suka pria itu mengaturnya ini dan itu. Jasmine ingin melakukan sesuai dengan apa yang ia inginkan bukan melakukan yang seperti orang lain inginkan.
Sekeras apapun Kaisar meminta dirinya berhenti berkarir Jasmine tidak akan pernah menurutinya. Ia akan tetap berkarir meskipun Kaisar tidak mengizinkannya.
"Terserah kamu, Mas, dengan atau tanpa izin kamu aku akan tetap berkarir!" tegas Jasmine membuat Kaisar mengetatkan rahangnya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menemui Pak Roni agar memecatmu dan kamu tidak bisa berkarir lagi," balas Kaisar dengan sorot mata tajam membalas tatapan Jasmine yang menusuk.
"Apa kamu bilang?" Jasmine turun dari ranjang, berdiri berhadapan dengan Kaisar.
Sepasang suami istri itu saling menatap tajam menyalurkan rasa marahnya melalui tatapan yang saling membunnuh.
"Aku akan meminta Pak Roni memecatmu," kata Kaisar tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Dia masih bertatapan dengan Jasmine yang juga marah padanya.
Pak Roni adalah pemilik agensi di mana tempat Jasmine berkarir. Sangat mudah bagi Kaisar untuk menghancurkan karir Jasmine namun dia tidak pernah melakukannya karena ia tahu hal itu akan melukai Jasmine.
Kaisar masih berusaha terus menyadarkan Jasmine yang menjadi seorang istri dan ibu, serta tanggung jawab wanita itu.
"Sampai kamu melakukan itu aku tidak akan pernah memaafkanmu," ancam Jasmine yang ditanggapi senyum sinis oleh Kaisar.
"Aku tidak butuh maafmu karena aku hanya butuh sosok istri yang baik yang bisa menghargaiku dan memprioritaskan aku dan anakku," balas Kaisar.
Jasmine memutus tatapan matanya dan berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Kaisar yang masih marah padanya. Ia harus mencari cara agar Kaisar tidak melarangnya berkarir.
Jasmine ingin Kaisar mengerti dirinya yang ingin tetap berkarir dan mengepakkan sayapnya di dunia entertain.
Beberapa menit berlalu Jasmine telah selesai dengan mandinya dan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang menutupi sebagian tubuhnya. Dia harus bisa mengambil hati Kaisar agar kembali luluh padanya dan mengizinkannya tetap berkarir.
Jasmine berjalan sensual menghampiri Kaisar yang sedang duduk disofa dengan wajah datarnya. Tangan Jasmine terulur mengusap rahang Kaisar kemudian ia duduk di pangkuan pria itu.
Jasmine menghadap Kaisar dengan kaki melingkar di pinggang pria itu.
"Ini kan yang kamu mau," kata Jasmine kemudian mencium bibir Kaisar dengan lembut penuh gairah dan kenikmatan. Jari lentiknya menyentuh kancing kemeja bagian atas kemudian membukanya.
Kaisar tidak membalas ciuman Jasmine, dia membiarkan sang istri menjelajah bibirnya dengan ciuman. Ia ingin melihat seberapa pintarnya Jasmine merayu dirinya.
Satu persatu kancing kemeja Kaisar berhasil Jasmine buka yang kini memperlihatkan tubuh Kaisar yang indah. Bibir mereka masih saling berpagut dan Jasmine meraba tubuh Kaisar hingga tangannya tiba dibagian celana.
Jasmine melepas ciumannya dan mengarahkan tangan Kaisar untuk membuka handuknya sementara tangannya membuka celana pria itu.
Kaisar mendorong pelan tubuh Jasmine hingga berbaring di sofa dan menarik handuk yang dikenakan wanita itu.
Jasmine tersenyum puas usahanya merayu Kaisar berhasil. Pria itu kini mencumbu dirinya dan melepas rindu yang melanda hatinya.
...***...
"Aku berangkat ya, Mas," pamit Jasmine pada Kaisar.
Ia mencium sekilas bibir Kaisar dan menarik kopernya keluar dari kamar dengan hati senang penuh kemenangan. Meski Kaisar tidak mengatakan mengizinkannya pergi namun pria itu juga tidak melarangnya pergi.
Kaisar hanya diam menatap kepergiannya dengan koper di tangannya. Namun itu cukup membuat Jasmine leluasa melangkahkan kakinya.
Saat menuruni tangga, Jasmine berpapasan dengan Nala yang baru saja naik bersama Erlan sehabis makan malam.
Jasmine hanya melambaikan tangan pada Erlan dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Kak Jasmine mau ke mana?" tanya Nala menghentikan langkah kakinya.
"Aku mau pergi lagi ke luar kota, Nala. Titip Erlan dan Mas Kaisar ya," jawab Jasmine kemudian mencium kedua pipi anaknya.
"Berapa hari?" tanya Nala.
"Nggak lama kok, cuma dua hari. Kamu jaga Erlan baik-baik, jangan bolehkan main kotor-kotoran dan jangan sampai dia terluka sedikitpun," kata Jasmine memberi ultimatum pada Nala.
Nala menganggukkan kepala kemudian berkata. "Iya, Kak."
Jasmine kembali menatap pada Erlan dan melambaikan tangan. "Dadah Erlan, Mama kerja lagi ya," kata Jasmine kemudian melanjutkan langkah kakinya.
Erlan tidak menjawab dan hanya menatap Jasmine yang kembali menuruni tangga kemudian berjalan keluar dari rumah.
"Hati-hati di jalan, Mama," kata Nala menggerakkan tangan Erlan yang menatap kepergian Jasmine.
Dari balkon kamar Kaisar menatap Jasmine yang memasukkan kopernya ke dalam mobil dan mengemudi seorang diri melewati pintu gerbang.
Jasmine selalu mengemudi sendiri dan nanti dia akan meminta seseorang untuk mengantarkan mobilnya pulang.
Helaan nafas kasar keluar dari mulut Kaisar. Dirinya ditinggal lagi oleh sang istri yang lebih mementingkan karirnya. Kesibukan Jasmine melebihi dirinya yang seorang pengusaha.
Wanita itu benar-benar sibuk bahkan tidak ada waktu untuk mereka menghabiskan waktu bersama.
Kaisar kembali masuk ke dalam kamar setelah mobil Jasmine tidak terlihat olehnya. Pria itu memilih membuka tas kerjanya dan berkutat dengan pekerjaannya.
Suara ketukan pintu terdengar membuat Kaisar bergegas membuka pintu.
"Ini kopi dan camilannya, Kak," kata Nala menyerahkan nampan berisi satu cangkir kopi dan satu piring camilan.
Setiap malam Nala memang mengantarkan minuman dan camilan untuk Kaisar. Semua itu Ia lakukan atas perintah Jasmine.
"Masuk aja," titah Kaisar membuka lebar-lebar pintu kamarnya.
Nala mengangguk kemudian berjalan masuk ke dalam kamar Kaisar dan meletakkan kopi serta camilan di meja kerja pria itu.
"Erlan sudah tidur?" tanya kaisar yang mengikuti Nala dari belakang.
Nala menatap Kaisar kemudian berkata, "sudah, Kak, Erlan baru aja tidur."
"Ya sudah kamu juga tidur, istirahat yang cukup dan jaga kesehatan," balas Kaisar yang tidak sadar telah memberi perhatian pada Nala.
Kaisar tahu Nala pasti lelah mengurus Erlan seharian dan juga membantu mengurus keperluannya sehingga ia spontan berkata seperti itu.
Namun perhatian yang Kaisar berikan pada Nala membuat wanita itu tersenyum senang. Ya, tidak ada wanita yang tidak suka diperhatikan oleh seorang pria.
tamat....
kan rangga belum ketemu sama shafira
gimana rasanya mengurus anak, seorang jasmin mau mengurus anak, nikmati aja, sakit lagi si erlannya, ya wajar karna dipisahkan dg orang tua yg dg kasih sayang mengasuh dan nerawatnya dr bayi