Ini adalah kisah antara Andrean Pratama putra dan Angel Luiana Crystalia.
kisah romance yang dipadukan dengan perwujudan impian Andrean yang selama ini ia inginkan,
bagaimana kelanjutan kisahnya apakah impian Andrean dan apakah akan ada benis benih cinta yang lahir dari keduanya?
Mari simak ceritanya, dan gas baca, jangan lupa like dan vote ya biar tambah semangat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15: Di Antara Gelombang, Kita Tetap Pulang
Bogor, Dua Tahun Setelah Pindah Rumah.
Suara hujan turun deras di atas genteng rumah kecil mereka. Andrean duduk di ruang kerja, di kursi kayu yang dia sendiri rakit bareng Kayla waktu pertama pindah ke sini. Di depannya, jendela kaca besar ngadep ke taman belakang. Anelia lagi lari-lari, nguber kupu-kupu yang becek kena air. Kayla duduk di teras, sambil baca buku favoritnya.
"Anel! Jangan jauh-jauh, nak!" teriak Kayla, tapi suaranya lembut, kayak bisikan doa di subuh hari.
Andrean senyum. Dia buka halaman baru di laptopnya. Judulnya "Di Antara Gelombang". Novel ini yang bakal dia tulis buat nutup trilogi kisah hidupnya. Yang pertama "Rumah yang Lain", kedua "Laut Tanpa Peta", dan ini... cerita pamungkas.
Dia lagi nulis bab pembuka, tentang seseorang yang tersesat di lautan badai, tapi selalu inget arah pulang karena suara orang yang dia cintai. Di kepala Andrean, suara itu jelas: Kayla.
Malam Hari.
Hujan masih turun. Kayla lagi nyuapin Anelia makan malam. Reyhan udah kelas 1 SD sekarang, dia baru selesai PR, lari-larian di ruang tamu.
"Kapan papa selesai novelnya?" tanya Reyhan, naik ke pangkuan Andrean.
"Kalau kamu bantu doa tiap malam, papa cepet kelar," jawab Andrean sambil cium kepala anaknya.
Kayla liat pemandangan itu, senyum, tapi matanya kayak simpan sesuatu.
"Nanti, kalau novel itu selesai... lo mau gimana, Dre?" tanya Kayla pelan, setelah anak-anak tidur.
Andrean natap istrinya, agak bingung. "Maksud lo?"
"Kadang gue mikir, lo nulis tentang kehilangan terus. Tentang nyari rumah. Padahal lo udah punya rumah di sini," kata Kayla, suara rendah, tapi nadanya dalem.
Andrean diem, tangannya ngegelas teh anget yang mulai dingin.
"Ini rumah yang gue cari, Kay," jawab Andrean pelan. "Cuma... mungkin gue masih belajar gimana caranya tinggal di sini, beneran tinggal."
Kayla angguk, meski tatapannya kayak mau nanya lebih jauh, tapi dia tahan.
Seminggu Kemudian.
Ada undangan ke acara penghargaan penulis nasional. Laut Tanpa Peta masuk nominasi Novel Inspiratif Terbaik. Andrean ajak Kayla ke Jakarta buat hadir. Udah lama mereka nggak pergi berdua doang, kayak pacaran waktu dulu.
Di mobil, Kayla pegang tangan Andrean. "Dulu gue mikir, lo nggak akan pernah ngajak gue pergi ke tempat keren kayak gini," katanya sambil ketawa kecil.
"Kenapa?" tanya Andrean, senyum ngintip dari balik stir.
"Soalnya lo dulu terlalu sibuk ngejar mimpi, sampe lupa ada orang yang cuma pengen jalan bareng lo," jawab Kayla.
Andrean diem sebentar, lalu nge-rem pelan di pinggir jalan. Dia lepas seatbelt, nyamperin Kayla yang duduk di sebelahnya, cium kening istrinya lama.
"Maaf, udah bikin lo nunggu," bisiknya.
Kayla meluk Andrean, napasnya hangat di leher suaminya. "Gue nggak nunggu lagi, Dre. Gue udah jalan bareng lo sekarang."
Malam Penghargaan.
Andrean nggak menang. Novel Laut Tanpa Peta cuma jadi nominasi. Tapi waktu dia balik ke tempat duduk, Kayla genggam tangannya erat.
"Bukan pialanya yang penting, Dre. Tapi lo udah sampe sini, dan kita bareng-bareng," kata Kayla.
Andrean senyum, dan untuk pertama kalinya, dia nggak ngerasa kalah. Karena dia nggak sendirian.
Satu Bulan Kemudian.
Andrean dapet kabar. Angel... meninggal.
Kecelakaan mobil di Kenya. Waktu itu dia lagi perjalanan buat nganter buku-buku sumbangan ke desa terpencil.
Berita itu bikin Andrean diem seharian. Dia ngeliatin taman belakang rumah, tempat Reyhan sama Anelia biasanya main.
Kayla masuk bawa teh. Dia duduk di samping Andrean, diem lama.
"Ada kabar?" tanya Kayla pelan, meskipun dia udah tau.
"Angel... udah nggak ada," jawab Andrean, suaranya serak.
Kayla pegang tangan suaminya. "Mau ke Kenya?" tawarnya.
Andrean geleng. "Nggak. Dia udah punya tempatnya sendiri. Gue udah janji nggak nengok ke belakang."
Kayla narik napas, lalu peluk Andrean erat. Mereka diem, cuma denger suara angin dan anak-anak ketawa di dalam rumah.
Dua Tahun Kemudian.
Andrean terbitin novel terakhir di triloginya: Di Antara Gelombang.
Di halaman dedikasi, dia tulis:
"Untuk Kayla, yang selalu jadi dermaga gue pulang. Dan untuk Angel, yang ngajarin gue berenang di badai."
Penutup Chapter 15:
Kadang hidup nggak ngasih kita semua yang kita mau. Tapi selalu ngasih apa yang kita butuhin.
Andrean akhirnya ngerti, rumah itu bukan tempat yang dia cari. Rumah adalah orang yang selalu mau buka pintu, meskipun kita datang basah kuyup diterjang badai.
Dan buat Andrean, rumah itu... Kayla.
---
BERSAMBUNG...