Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.
Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?
Yuk simak kisah clara disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Hai putranya, mom. Apa kabar?" ucap Clara saat berada tepat di samping makam kuburan putra pertamanya. "Maaf ya Sayang... Mom baru tahun ini menemui mu. Happy birthday Sayangnya, mom.. Arkhana." lanjutnya seraya menaruh bunga yang ia beli tadi di atas batu nisan anaknya. "Mom minta maaf, karena mom tidak tau apa yang Arkhana suka. Jadi mom membeli bunga ini untuk Arkhana, karena katanya bunga ini melambangkan kerinduan." Clara menjeda sejenak ucapannya untuk mengambil nafas, karena dadanya tiba-tiba terasa sesak. Dan kembali berceloteh saat dirasa sesak di dadanya agak mendingan.
Clara terus saja berceloteh, seolah dirinya tengah sedang benar-benar berbicara dengan sang anak.
Dikira sudah lumayan lama, dan hari sudah mulai senja, Clara pun memutuskan untuk pergi. Tapi sebelum itu, Clara kembali berucap, "Bunga ini mewakilkan betapa rindunya mom pada Arkhana. Untuk sekarang, mom rasa cukup sampai di sini dulu ya, Sayang. Karena mom harus mempersiapkan acara ulang tahun untuk adikmu, Arsyana. Mom pamit ya."
Clara pun benar-benar pergi setelah sebelumnya mengecup batu nisan yang di atasnya bertuliskan 'Arkhana Firansyah'.
Sempat terlintas dalam fikiran Clara, siapa yang telah merawat makam kuburan anak pertamanya itu, karena begitu terawatnya. Padahal dirinya sudah bertahun-tahun tidak mengunjungi makam tersebut.
Clara mengira jika itu adalah Eliza, tapi Eliza berkata jika dirinya tidak mengetahui semua itu. Jangankan sampai merawat, letak di mana kuburan itu saja Eliza baru tau kemarin saat bersama dengan dirinya. Mengingat jika dirinya pergi meninggalkan Clara pas saat Clara melahirkan. Bahkan, Eliza juga baru beberapa tahun ini mengetahui jika Clara melahirkan anak kembar.
Akhirnya Clara berasumsi jika ada orang baik yang dengan suka rela merawat makam kuburan anak pertamanya itu.
***
Tepat jam 18:45 di sebuah restoran bintang lima...
"Iya Eliz, semuanya sudah selesai dan sempurna. Kau tinggal bawa Arsen ke alamat yang sudah aku share."
("Baiklah, aku akan bawa Arsen sekarang. Aku tutup dulu ya.")
"Eliz," panggil Clara sebelum sambungan telepon benar-benar diputus oleh Eliza.
("Ya? Kenapa?")
"Terimakasih," ucap Clara. "Terimakasih sudah bisa dan bersedia membantuku." lanjutnya.
("Kau ini, macam sama siapa saja. Dah lah, aku akan bawa Arsen sekarang.")
"Oke, sekali lagi terimakasih."
("Hem..")
Sambungan telepon pun akhirnya benar-benar terputus.
Clara melihat sekelilingnya, memastikan jika tidak ada kesalahan untuk acara ulang tahun putra keduanya itu. Yang walau hanya dihadiri oleh dirinya, Eliza, bibi Ester, dan bertambah seorang lagi, yaitu Mia si wanita bunga yang ia temui siang tadi, sekaligus teman lamanya.
"Nona, kue ini mau di taruh dimana?" tiba-tiba terdengar suara yang mengalihkan atensi Clara.
"Bawa kemari," Ucap Clara.
"Disini, Nona?"
"Ya, di situ."
Namun beberapa saat setelah berucap, Clara justru mengernyit dan buru-buru menghampiri kue ulang tahun tersebut.
"Baiklah, Nona.. Saya permisi."
"E,eh... Tunggu dulu. Ini bukan kue yang saya pesan," tutur Clara.
"Bukankah Anda memesan kue dengan tema ini, Nona?" tanya pelayan yang bertugas mengantarkan kue tersebut.
"Memang benar.. Saya memesan kue dengan tema ini. Tapi hiasan namanya yang salah," ucap Clara menjelaskan apa kesalahan pada kue tersebut. "Nama yang saya pesan adalah, ARSYANA FIRANSYAH, bukan AIRLANGGA DAVIDSON." lanjutnya mengoreksi.
"Benarkah? Ah, sepertinya tertukar dengan kue ruang sebelah, Nona. Soalnya di sebelah juga sedang mengadakan pesta ulang tahun dengan tema kue seperti ini juga," ucap pelayan itu saat teringat sesuatu. "Mohon ditunggu ya, Nona. Akan coba saya lihat, apa benar tertukar." lanjutnya.
"Baiklah, mohon dipercepat. Karena anak saya sebentar lagi segera tiba."
"Baik, Nona. Akan saya usahakan."
***
Disisi lain, disebelah ruangan yang Clara pesan khusus untuk ulang tahun Arsen, juga terjadi keributan yang hampir sama yang Clara alami, yaitu perihal sebuah hiasan nama yang tertera di atas kue ulang tahun.
"Bagaimana bisa tertukar, hah?" ucap seorang pria dengan marah. "Kenapa kalian bisa ceroboh seperti ini. Saya tidak ingin tau, pokoknya.. Dalam kurun waktu lima menit, saya mau kue yang seharusnya ada di sini, sudah ada." ujarnya tak terbantah.
"Tunggu apa lagi!? Cepat pergi!" bentaknya saat melihat pelayan itu masih berada di sana.
"Ba-baik tuan. Sa-saya per__"
"Permisi..."
Belum selesai pelayan itu berkata, terdengar suara dari luar, membuat pelayan serta pria itu menoleh ke asal suara.
"Apa di sini acaranya Airlangga Davidson?" tanyanya yang ternyata adalah pelayan yang akan menukar kue milik Clara.
"Betul. Kau siapa?" tanya pria tadi, yang tak lain adalah asisten Leo.
"Ah, ini.. Saya ingin menukar kue, yang sepertinya kue di sini tertukar dengan pemilik kue di ruangan sebelah. Ini," ucap pelayan seraya terus mendorong troli yang di atasnya terdapat sebuah kue yang bertemakan sama dengan yang ada di ruangan itu. Yang membedakannya hanyalah sebuah hiasan nama di atas kue tersebut.
"Bawa kemari," Perintah Asisten Leo.
"Baik tuan," ucap pelayan yang membawa kue Clara dengan patuh. "Kalau begitu, saya bawa kue yang ini ya, tuan," lanjutnya saat telah memeriksa jika hiasan nama tersebut sesuai dengan yang dikatakan nona ruang sebelah.
"Hem, pergilah." ucap asisten Leo sembari mengibaskan tangannya.
Dan kedua pelayan itupun pergi, membawa tukaran kue tersebut.
***
Dilantai satu, tak sengaja Eliza yang menggandeng tangan Arsen bersinggungan dengan Bella dan keluarga.
Awalnya Eliza tak ingin memperdulikan keberadaan mereka, terutama Bella. Mengingat sang sahabat yang tengah menunggu kedatangannya bersama Arsen di lantai dua, di mana akan di rayakannya ulang tahun Arsen.
Eliza terpaksa menghentikan langkahnya saat Bella mengatakan sesuatu menyangkut sahabatnya, Clara.
"Hohoo... Lihat siapa ini? Bukankah kau adalah yang katanya sahabat daripada Clara si jalang itu?!"
"Jaga ucapan mu itu, ya!" sentak Eliza seraya menunjuk muka Bella.
"Sudahlah Bella.. Berhenti menyebut nama itu. Untuk apa mengingat orang yang telah mencoreng nama baik keluarga, dengan cara menjual diri. Heh, memalukan," sambung Riska, mama Bella dengan mengejek. "Beruntung kau dulu meninggalkan wanita jalang itu, kalau tidak__"
"Mama!" seru Bella mengingatkan, jika dirinya akan seperti keceplosan.
"Darimana anyda tau soal itu," tanya Eliza. Pasalnya, yang mengetahui tentang itu hanyalah dirinya, Clara, juga mamanya yang saat itu memaksanya untuk pergi.
"Khem! Tau apa?" elak mama Bella.
"Tentang kepergian ku."
"Kapan aku mengatakan itu? Kau pasti salah dengar," mama Bella tetap mengelak sembari menatap kearah lain.
"Apa semua itu adalah rencana kalian?" tunjuk Eliza kearah kedua ibu dan anak itu.
"Apa sih, tidak jelas," ucap Mama Bella seraya mengibaskan tangannya. "Ayo Bella kita pergi, anakmu mungkin sudah menunggu di dalam." lanjutnya sembari menarik tangan Bella, dan pergi.
Melihat kepergian ibu dan anak itu, kini tatapan Eliza beralih pada orang yang sedari tadi hanya diam, dan yang seperti akan menyusul keduanya, Eliza pun segera mencegahnya dengan ucapan.
"Paman.. Kenapa Paman diam saja? Apa Paman akan percaya begitu saja akan tuduhan terhadap, Clara? Clara tidak seperti itu Paman, Clara dijebak."