Di atas bukit di tengah hutan, lebih kurang lima kilo meter jarak nya dari kampung.Terdengar sayup-sayup untaian suara yang berbunyi melantun kan seperti mantra jika di lihat dari dekat, ternyata dua orang pemuda berumur tujuh belas tahun paling tinggi, dihadapan orang itu tergeletak sebuah foto dan lengkap dengan nasi kuning serta lilin dan kemenyan.
Sesekali mengepul asap kemenyan yang dia bakar dari korek api, untuk mengasapi sebuah benda yang dia genggam di tangan kanan.
Jika di perhatikan dari dekat sebuah benda dari jeruk purut yang telah di keringkan, di lubang dua buah untuk memasukan benang tujuh warna.
Menurut perkataan cerita para orang-orang tua terdahulu, ini yang di namakan Gasing Jeruk Purut, keganasan nya hampir sama dengan gasing tengkorak tapi gasing jeruk purut hanya satu kegunaan nya saja, tidak sama dengan gasing tengkorak,
Gasing tengkorak bisa di gunakan menurut kehendak pemakai nya dan memiliki berbagai mantra pesuruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAHLEILI YUYI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Lintah
Oleh beberapa teman lain nya.
"Ayo teruskan pesta nya, aku kebelakang sebentar". Ucap Olen, sambil menarik pacar nya, yang telah mabuk juga, mereka berjalan tertatih-tatih dan sempoyongan ke arah belakang pabrik itu.
Erim dan beberapa teman lain nya terus bernyanyi, tapi kelihatan nya Erim gelisah dan di wajah nya mulai kelihatan takut, bahwa dia masih agak sadar, karena suara yang barusan itu di yakini oleh sejak zaman dahulu oleh orang-orang Negeri Ulu, bahwa jika terdengar suara aneh dari hutan rawa-rawa kayu aro atau Gunung Togua tandanya keberadaan mahluk gaib terganggu, dan itu juga pertanda terror bagi Negeri Ulu sejak dahulu nya. Dan bisa turun bencana kematian pada orang-orang yang masih berumur muda dan juga bencana kesakitan.
Tidak lama, kembali terdengar suara itu, lebih ramai dari yang tadi, sahut menyahut suara tangis dan tawa cekikikan kedengaran nya dari hutan belantara seberang sungai dan di sahut oleh berbagai bunian dari puncak Gunung Togua.
"Sak... Diam". Ucap Erim pada salah satu teman nya yang bernama Osak, sambil memegang seluruh dawai gitar itu, sehingga suara gitar itu berhenti.
Erim, Osak, Ero dan Buji, mendengar suara itu, tapi pacar mereka telah tertidur dekat unggun api dengan beralas kardus. Olen dan pacar nya belum juga kembali. Lalu Erim membangun kan para wanita yang tertidur pulas akibat pengaruh alkohol itu.
Tidak lama terdengar dari atas pohon tinggi pas di belakang gedung, terdengar suara rintihan tangis serta dengan tawa panjang yang sangat halus. Arah di mana tempat Olen dan pacar nya pergi tadi.
Mereka saling bertatapan, sehingga pengaruh alkohol tadi seperti hilang dari mereka, para wanita itu langsung melompat ke arah pacar mereka masing-masing, dan bergelantungan di lengan cowok nya.
"Aaaaakkkh". Terdengar suara, mereka semua kenal dengan suara itu, tidak lain dan tidak bukan itu suara Olen.
"Olen, apa yang terjadi pada Olen?". Tanya Erim pada teman-teman nya.
"Ayo kita lihat bersama-sama". Ucap Buji.
Tapi para wanita itu, ketakutan dan enggan, mereka ingin mencari jalan pintas saja hendak kedalam negeri, sebab jalan ke negeri tepat berada pas di posisi belakang pabrik, arah di mana suara Olen barusan.
"Olen itu teman kita, ayo kita lihat jangan takut". Ucap Osak sambil menghidup kan senter ponsel nya. Lalu mereka semua menghidup kan senter ponsel mereka, dan juga bantuan cahaya bulan malam itu, dan mereka melangkah ke arah di mana suara olen tadi terdengar.
Dengan perlahan mereka melangkah kearah tempat Olen dan pacar nya, setelah tiba di sana mata mereka terbelalak, karena pacar Olen dalam keadaan seperti pisang yang akan di goreng, Tampa pakaian sehelai benang pun, sambil mencekik leher Olen, sehingga kaki olen terangkat tinggi dari tanah.
Kelihatan bukan pacar nya lagi yang mencekik dia, sebab mata nya merah menyala, dia terus tertawa sambil menjilat lidah Olen yang terjulur keluar. Olen pun dalam keadaan yang sama dengan pacar nya seperti kayu manis yang telah di ambil kulit nya, tampa satu helai benang pun yang melekat di tubuh nya.
Mereka bersama-sama ingin menolong Olen, sebab Olen telah kelihatan kaki nya bergetar dan mata nya telah memutih terbelalak, seakan nyawa nya tidak lama lagi akan melayang.
Tiba-Tiba sosok mahluk tinggi kurus melompat dari atas pohon, sambil membelakangi Erim dan teman-teman nya, dengan sekilas menoleh ke arah mereka. Wajah nya gosong datar tampa hidung di penuh lubang. belatung merayap ke sekujur wajah mahluk itu, rambut nya yang tumbuh jarang panjang hingga ke pinggang
Tiba-Tiba tubuh mereka semua terasa berat, seakan di himpit oleh beban ratusan kilo, tubuh mereka seperti sedang tidur dalam keadaaan ketindihan, sebenar para wanita itu telah berteriak dan meminta tolong. Tapi mulut mereka seakan seperti di sumpal dengan kain, lidah mereka terasa keluh.
Jangan kan untuk beranjak dan berlari dari tempat itu, untuk mengedip kan mata saja mereka tidak berdaya, mata mereka selalu melihat prilaku pacar olen yang kelihatan nya tidak sadar apa yang dia laku kan.
Tiba-Tiba entah dari mana, muncul mahluk seperti lintah dan bertanduk, lintah itu sebesar kerbau, dengan gerak perlahan dan menggeliat, dia mendekati kaki Olen yang sedang terangkat tinggi dari tanah oleh pacar nya.
Setelah tiba mahluk itu di dekat Olen, dan Pacar nya melepas cengkraman tangan nya dari leher Olen, sehingga Olen terjatuh, kelihatan nya dia tidak bernyawa lagi.
Lalu lintah itu membuka mulut nya lebar-lebar, mulut mahluk itu penuh bergerigi dengan memiliki taring di setiap pinggir mulut nya seperti huruf V. Lalu mahluk itu menyambar kepala Olen sehingga kepala Olen tenggelam hingga leher nya, kedalam mulut mahluk itu.
Mahluk tinggi kurus di hadapan Erim dan teman-teman nya, dia menatap pacar Olen dengan nanar, sesekali dia menoleh melihat mahluk seperti lintah itu.
Dan pacar Olen terus tertawa riang gembira sambil mengusap lintah sebesar kerbau itu, suara nya terdengar dengan halus seperti dua.
Entah pertolongan dari mana, tiba-tiba tubuh mereka seperti terlepas dari belenggu dan ikatan, seakan tubuh mereka ringan kembali.
"Lari...". Ucap Erim sambil menarik pacar nya, sehingga mereka lari tampa arah, melanda apa pun yang di hadapan.
Erim dan pacar nya terpisah dari teman-teman nya tidak di ketahui untung dan nasib ke enam teman nya yang lain, sehingga pakaian dan kulit Erim dan juga pacar nya robek-robek dan kulit mereka luka-luka tidak tahu benda apa yang melukai mereka. Hampir satu jam mereka berlari, sehingga mereka hampir tiba di ujung negeri.
Erim ingin segera mendapatkan pertolongan.
Tapi sayangnya, sepertinya semuanya sudah terlambat begitu saja. Belum sampai Erim dan pacar nya tiba di tengah negeri, tiba-tiba mereka berdua melihat adanya sosok yang tinggi kurus terlihat berdiri tepat ditengah jalan dengan raut wajah yang sangat menyeramkan dengan tatapan garang.
Tapi kelihatan nya bukan mahluk yang di pabrik tadi, wajah sosok mahluk tersebut, terlihat sudah sangat membusuk dengan mata, hidung dan mulutnya yang sudah terlihat melepuh.
Namun meskipun sudah dalam keadaan ketakutan sangat, Erim masih sadar bahwa dia masih bisa mengenali, jika sosok mahluk tersebut adalah sosok mahluk yang di rumorkan oleh masarakat hulu bahwa mahluk itu tidak lain adalah kodam bagian ilmu jahat yang mengikuti Datuk Klewang Pandore.
"Ampuuun... Ampuni kami". Teriak Erim dengan kakinya yang tiba-tiba sudah tidak bisa digerakkan lagi.