Bianca Salsabila Santoso, wanita dewasa berusia 26 tahun. Usia transisi membuat nya harus di cecar dengan pertanyaan kapan menikah? Hingga perjanjian dari almarhum sang ayah bersama sahabat nya membuat wanita yang biasa dipanggil Bee tersebut harus terikat pernikahan dengan seorang pemuda berusia 19 tahun.
Lalu bagaimana jadinya jika pria bernama Bastian Schweinsteiger, berusia 19 tahun harus menikahi seorang wanita dengan usia terpaut 7 tahun. Bastian tak hanya masih muda tetap dia juga ketua geng motor yang hobby nya tawuran. Namun, dia tak bisa menghindari pernikahan gila tersebut.
Kehadiran orang ketiga juga membumbui pernikahan yang rusuh setiap hari itu.
Bagaimanakah sikap Bee menghadapi suaminya yang kekanak-kanakan?
Apakah Bastian bisa meluluhkan batu es seperti Bee?
Tawa dan air mata mengiringi perjalanan kisah cinta mereka....
Yuk simak kisah nya.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunggu suami
Bee memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Wanita itu turun dari mobil. Bee menghela nafas panjang ketika motor suaminya tidak ada. Artinya lelaki itu belum pulang.
"Apa dia keluyuran?" tanya Bee pada dirinya sendiri.
Wanita itu masuk kedalam rumah sederhana yang dia beli dengan uang miliknya. Rumah baru dia beli ketika menikah dengan Bastian. Sebenarnya Bee memiliki apartemen sendiri. Tetapi dia ingin memulai hal baru bersama orang baru.
"Aku masak saja, dia pasti lapar," ucap Bee meletakkan tas kerja nya dan berjalan menuju dapur.
Wanita itu mengeluarkan beberapa bahan sayuran dari dalam kulkas. Bee belanja seminggu sekali untuk stok makanannya. Agar tidak perlu repot membeli setiap hari.
"Bastian suka apa ya?" gumam nya tampak berpikir.
Bee tampak sibuk berkutat didapur. Wanita itu tampak serius. Walau dia dan Bastian tidak saling mencintai. Tetapi lelaki itu adalah suaminya dan kepala rumah tangga yang akan membimbing dia dan anak-anak mereka nantinya.
Masakkan Bee telah siap, wanita itu menyajikan nya diatas meja. Namun, tidak ada ciri-ciri kedatangan Bastian padahal sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Kemana bocah mesum itu?" tanya Bee sedikit panik. "Apa sekolah sampai malam seperti ini?" gumam nya kesal.
Bee meronggoh ponselnya. Dia langsung menghubungi Bastian, tetapi lelaki itu tak menjawab sambungan telepon dari istrinya.
Bee duduk di kursi meja makan sambil memejamkan matanya sejenak, agar sabar. Beginilah resiko dia menikahi bocah dan anak orang Kayam dia jatis banyak-banyak menyimpan stok kesabaran agar tidak emosi.
"Jam segini belum pulang?" Wanita itu geleng-geleng kepala seraya melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan nya.
Tidak tenang, Bee berjalan kearah pintu sambil mondar-mandir seperti setrika kepanasan. Dia benar-benar tak tenang, bagaimana jika terjadi sesuatu pada suaminya itu? Bagaimanapun Bastian adalah tanggung jawab nya.
"Awas saja kalau dia pulang, akan ku suruh dia bersihkan toilet," geram Bee dengan tangan mengepal. Sialnya kenapa dia bisa sepanik ini ketika Bastian lama pulang? Tidak mungkin Bee memiliki rasa pada lelaki yang baru lahir itu.
Tok tok tok
Segera Bee membuka pintu dengan cepat.
"Bas....."
Seno dan Ardy tampak mengotong tubuh Bastian yang sudah babak belur. Pasti lelaki itu tawuran lagi.
"Malam Tante ehh malam Kak, kami teman-teman Bastian. Tadi Bastian berkelahi di sekolah," lapor Seno sedikit gugup melihat wajah Bee yang dingin. Seperti Bu Marni, guru matematika paling killer disekolah.
Seno dan Ardy baru tahu jika Bastian sudah menikah dengan Bee. Bastian mengakui hubungan pernikahan nya dengan Bee pada Seno dan Ardy, dengan satu catatan bahwa kedua sahabat nya itu tidak akan membocorkan rahasianya.
"Bawa dia masuk!" perintah Bee.
Seno dan Ardy membaringkan Bastian diatas sofa. Lelaki tampan itu sudah tak sadarkan diri dengan luka-luka dibagian wajah nya.
"Kalian berdua. Duduk jangan kemana-mana," ucap Bee tegas.
"I-iya Kak," sahut Seno dan Ardy gugup dan takut.
Bee mengambil kotak P3K serta air dalam baksom kecil dan kain handuk untuk membersihkan luka di wajah suaminya.
Wanita itu tampak marah namun tak mengatakan apapun. Dia tetap mengobati luka Bastian dengan tenang. Bee tak bertanya kenapa bisa berkelahi? Bee sudah tahu bahwa suaminya memang biang kerok masalah.
Seno dan Ardy saling senggol-senggolan saat melihat wajah dingin Bee. Benar kata Bastian bahwa istrinya itu lebih sangar dari guru matematika.
Setelah membersihkan luka suaminya, wanita itu bergegas menuju dapur membuatkan minum untuk kedua teman sang suami.
"Cantik sih, tapi killer," bisik Seno.
"Iya. Apa Bastian tidak takut di marahi setiap hari?" sambung Ardy.
Kedua lelaki yang masih berusia 19 tahun itu saling berbisik-bisik satu sama lain. Mereka juga nakal seperti Bastian. Hanya saja tidak berulah dan melakukan hal-hal yang ekstrim seperti Bastian.
"Minumlah," ucap Bee meletakkan dua cangkir kopi diatas meja.
"Ter-rima kasih Kak," sahut Ardy dan Seno mengambil cangkir tersebut lalu menyesap isinya.
"Siapa nama kalian?" tanya Bee mengusap lengan Bastian yang masih terlelap.
Sebenarnya Bee ingin meminta Seno dan Ardy agar membawa suaminya ke dalam kamar. Tetapi kamar adalah tempat privasi yang tidak bisa di masuki oleh sembarangan orang.
"S-saya Ardy, Kak," ucap Ardy tak berani melihat wajah Bee.
"Sa-ya Seno, Kak," ucap Seno juga gugup.
"Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia bisa sampai berkelahi? Kenapa wajah nya terluka? Kenapa dia sampai tak sadarkan diri? Apa guru disekolah kalian tidak punya tim keamanan? Kenapa membiarkan siswanya tawuran?" cecar Bee.
Bee juga pernah sekolah, disetiap sekolah biasanya ada keamanan khusus. Tetapi kenapa suaminya ini malah tawuran setiap hari?
Seno dan Ardy harus jawab apa. Keringat dingin membasahi dahi kedua pria tersebut. Apalagi tatapan Bee seperti pedang bermata dua yang siap menghunus indra penglihatan mereka.
"Kenapa saja?" tanya Bee dengan tatapan tajam nya.
"Kam_"
"Ayang," panggil Bastian dengan suara lirihnya. Lelaki muda itu masih meringgis kesakitan.
"Bas..." Bee langsung berjongkok menyamakan tinggi nya dengan sang suami. "Dimana yang sakit?" tanya nya lembut.
Sebenarnya emosi Bee meluap-luap tetapi ketika melihat wajah Bastian yang babak belur dia tidak jadi mengomel.
"Ayang, sakit," renggek Bastian manja. Kapan lagi coba bisa manja pada istri jutek seperti Bee?
"Dimana?" tanya Bee mengusap perut suaminya.
Ardy dan Seno saling melihat, walau Bee kategori wanita dewasa yang sebenarnya tidak cocok dengan Bastian. Tetapi sikap Bee yang tegas dan juga berani, mampu mengayomi Bastian yang masih anak-anak tersebut. Bastian juga jarang manja kalau sedang kesakitan, tetapi saat ini dia terlihat ingin diperhatikan oleh Bee.
"Ayang," renggek Bastian lagi. "Aku lapar," ucap nya.
"Iya, apa kau sudah mampu bangun? Ayo kita makan aku sudah memasak untukmu," ajak Bee berdiri.
"Ayang, aku kesakitan bantu aku," ucap Bastian manja sambil mengulurkan tangannya.
"Bangun sendiri Bastian, yang sakit wajah mu bukan kaki mu," sanggah Bee ketika melihat suaminya manja.
"Tapi Ayang_"
"Ayo berdiri, kau bisa," ucap Bee lagi. Dia pernah menjadi guru sebelum bekerja di perusahaan, jadi dia adalah guru yang sering mengajari murid-murid nya untuk berjalan sendiri.
Seno dan Ardy hendak membantu Bastian karena kasihan melihat Bastian yang tampak kesusahan.
"Biarkan dia berdiri. Jangan dibantu," ucap Bee tegas menatap tajam Seno dan Ardy.
"Iy-a Kak," sahut Seno dan Ardy kikuk.
Bastian merenggut kesal, istrinya ini benar-benar tidak punya hati. Padahal dia masih sakit tetapi tidak diperhatikan juga oleh wanita jutek itu.
"Ayo Bastian!" seru Bee menyemangati lelaki itu.
Bastian mencoba berdiri. Seluruh tubuhnya remuk redam dan terasa tulang nya patah-patah.
Bersambung....
BKNKH GK ADA PACARAN DLM ISLAM, YG ADA TA'ARUF.. BILA COCOK DI KHITBAH..
GOBLOK JUGA SI BAS YG TRLALU MNJA, HRSNYA LO LBH TEGAS, DINGIN DN DEWASA.. DN JUGA AGAK KEJAM BIAR TDK DIREMEHKN