Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Julia pergi
Alan menatap istri nya yang amat pucat tidak karuan itu dan juga lingkar mata nya juga menghitam, tanda kalau tadi malam dia tidak bisa tidur sama sekali, sebab pikiran Julia sedang bergelut dengan rasa yang sangat tidak bisa ia ceritakan pada siapa pun. ini adalah resiko yang harus ia tanggung, jadi memang hanya beban saja untuk hati nya.
"Aku pergi dulu ya, kamu kalau tidak enak badan tidak usah kamu masak! nanti pas aku pulang kita makan di luar saja ya." Alan mengelus kepala istri nya.
"Iya, terima kasih ya." Julia jadi berkaca kaca menatap Alan.
"Loh kok jadi menangis!" Alan kaget dengan reaksi istri nya.
Julia sudah berusaha keras untuk menahan air mata nya sejak tadi akibat terharu dengan ucapan Alan, sejak dulu dia selalu bermimpi tinggal di rumah berdua dengan suami, sesuka hati saja saat memasak. bila memang lelah maka tidak masak, baru sekarang impian itu terwujud setelah ia menghadapi banyak badai.
Tapi kebaikan dan perhatian Alan membuat rasa berdosa di hati Julia kian menjadi saja, merasa diri nya tidak pantas mendapatkan perhatian dari pria sebaik Alan. diri nya sudah kotor akibat menggadaikan harga diri, hanya demi keluar dari rumah yang bagai kan neraka setiap hari nya di sana.
Keluar dari rumah yang bagaikan neraka tapi malah masuk kedalam neraka asli ciptaan nya Karto jahanam, ini tidak lebih baik dari tinggal di rumah itu. sebab harga diri Julia memang terasa sangat di injak injak dengan sangat hina, entah sampai kapan juga Karto akan terus memakai tubuh nya ini.
"Loh kok malah diam saja, kamu kenapa?" Alan memeluk istri nya erat.
"Maafkan aku, Mas." isak Julia membenam kan wajah dalam pelukan Alan.
"Kamu tidak ada salah apa apa kok minta maaf, kenapa ini?" Alan mengusap usap punggung Julia agar tenang.
"Demi apa pun itu, aku sungguh minta maaf pada mu." Julia kelu sekali mau bicara.
"Iya, Sayang! aku akan selalu memaafkan mu kok." jawab Alan akhir nya walau dia tidak tau salah Julia apa.
"Aku sungguh beruntung punya suami sebaik kamu, walau orang tua kamu tidak pernah suka padaku! tapi kamu tetap bersama ku." isak Julia kian parah saja.
Alan hanya bisa menenangkan karena tadi malam juga saat jaga di pos ronda dia sudah dapat wejangan dari teman nya, menurut mereka mood Ibu hamil itu susah sekali mau di tebak. kadang sangat bahagia dan kadang juga mendadak sedih, pokok nya tidak bisa mau di terka dan sebagai suami ya memang harus siap siaga agar istri tidak semakin parah saja mood nya.
"Aku juga beruntung punya kamu, sudah ya jangan banyak pikiran lagi." Alan mengusap air mata istri nya.
"Iya!" angguk Julia sudah bisa menguasai diri.
"Diam di rumah dan tidak usah di pikirkan apa kata orang dan kata orang tua ku juga, kalau misal nya Ibu datang nanti. tidak usah di buka kan pintu, dia pasti mengira kamu pergi." pesan Alan.
"Iya, kamu hati hati juga ya kerja nya." angguk Julia.
"Besok saat sudah menjual semua hasil panen, aku ajak kekota ya." janji Alan sambil tersenyum manis membuat hati Julia berdebar.
Julia hanya mengangguk saja dengan hati yang amat tidak bisa di jabarkan lagi, ada rasa senang dan ada juga rasa ragu untuk percaya. mungkin karena rasa bersalah nya yang amat besar sehingga Julia jadi ragu untuk apa pun, apa lagi kalau sudah melihat wajah polos suami nya ini.
"Aku harus bertindak apa bila memang ingin lepas!" tekad Julia sudah tidak mau lagi di perbudak.
"Sudah cukup semua ini, kalian terus saja menginjak injak diriku." Julia bergegas mengambil jaket dan juga helm serta masker agar jangan sampai di lihat oleh siapa pun, karena nanti malah jadi pertanyaan oleh mereka.
Tujuan nya adalah kampung selayang pandang, kampung yang paling ujung dekat dengan desa mati, di sana lah keluarga Julia berada dan itu hanya tinggal Ayah nya saja karena Ibu Julia sudah lama meninggal. satu jam bila ngebut, namun bila santai bisa sampai satu jam lebih karena jalan nya juga tidak seberapa bagus.
"Nak, mari berjuang bersama Bunda! Bunda tidak ingin terus terusan di buat begini, kamu yang kuat ya." Julia mengusap perut nya.
"Ya Allah, aku ingin memperjuangkan hidup ku walau aku tau apa yang akan ku lakukan ini adalah sebuah dosa besar." batin Julia segera tancap gas pergi meninggalkan rumah.
Tak lama berselang setelah pergi nya Julia, Warti memang datang kerumah ini di antarkan oleh Maura. dia datang menggunakan mobil, gaya nya sangat angkuh walau kaki sudah korengan begitu, membuat Maura yang mengantarkan merasa amat jijik dan juga kesal karena tadi dia tidak bisa mau menolak permintaan Warti.
"Dasar orang tua sialan, mobil ku jadi bau!" kesal Maura.
Bau amis di kaki nya Warti memang sangat terasa sejak tadi, bahkan rasa nya Maura tidak bisa mau nafas akibat sangking bau nya. Selia curang karena dia beralasan sakit perut segala macam, Maura yang sedang santai jadi kena imbas mengantar kan Warti.
"JULIAAAAA!"
"Sudah lah seperti orang ndeso, teriak sesuka congor nya saja!" kesal Maura segera turun dari mobil.
"Buka pintu nya, mentang mentang kau tinggal sendirian malah kau tidur seenak nya saja!" sentak Warti menggebrak pintu.
"Hubungi saja dulu ponsel nya, Bu. jangan teriak begitu, malu lah di lihat orang!" Maura sudah tidak nyaman.
Warti segera mengambil ponsel dan malah menghubungi Alan saja, dia pikir mau mengadu agar Alan nanti memarahi Julia yang kelayapan atau juga tidak mau membuka kan pintu untuk diri nya. padahal maksud Maura tadi adalah menghubungi Julia nya, tapi Warti mau langsung ke pusat saja agar lebih gampang.
"Alan, ini Julia kemana kok Ibu datang tapi tidak di buka kan pintu?" Warti marah marah.
"Julia tadi mau pergi ke dokter, Bu." jawab Alan berdusta.
"Dengan siapa dia pergi, apa dengan mu juga?" tanya Warti.
"Tidak, dia pergi sendiri karena aku sibuk sekali di kerjaan." jawab Alan lagi.
"Oh sudah jelas ini, pasti dia sambil main." kesal Warti.
"Ya biar lah dia main sekali kali saja, Bu." Alan tidak keberatan sama sekali.
Warti tambah kesal akan jawaban nya Alan, baru dua hari pindah saja Alan sudah berani membantah diri nya sekarang, tentu Warti sangat marah dan juga kesal. siapa saja yang lewat bakal kena sembur, kalau sudah naik darah memang bahaya.
Bab ketiga ya besty, jangan lupa like dan comen nya.
lanjut thor
lanjut thor 🙏