Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.
Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Setelah meninggalkan rumah keluarga Blair, Sienna langsung naik taksi dan buru-buru kembali ke taman hiburan.
Ia menyusuri seluruh area taman, tapi tak menemukan jejak Sebastian maupun kedua anak berharganya.
Sienna panik. Jangan-jangan cowok bajingan itu menculik dan menjual anak-anaknya?
Ia juga sadar, dirinya terlalu terburu-buru tadibahkan lupa menanyakan kontak atau alamat rumah pria itu.
Sial Sekarang aku harus cari ke mana?!
Ia langsung berpikir untuk menghubungi polisi. Saat baru saja mengangkat ponselnya dan hendak menekan 110, sebuah panggilan dari nomor asing masuk.
Tanpa pikir panjang, Sienna langsung menjawab, “Halo.”
“Mima, ini aku” suara Hazel terdengar ceria dan nakal seperti biasanya.
Sienna merasa sangat lega mendengarnya, tapi detik berikutnya rasa cemas kembali menyerang. “Hazel Kamu di mana sekarang? Mima akan langsung jemput kamu.”
Hazel terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada cemberut, “Mima, aku ga tau ini di mana, tapi aku lagi di rumah Papa sekarang.”
Sienna diam. Bibirnya mengerucut, pikirannya kosong sejenak. Ia tahu menanyakan itu pun percuma.
Ia menarik napas panjang dan berkata pelan, “Hazel, coba tanya ke Om itu. eh, maksud Mima, tanya alamat rumahnya, terus kamu kasih tahu Mima ya?”
Hazel menjawab tidak puas, “Mima, itu Papa, bukan Om.” Meski begitu, ia tetap menyerahkan telepon pada Sebastian. “Papa, Mima nyari Papa”
Sebastian mengerutkan dahi, lalu mengangkat ponsel. “Halo?”
“Apa maksudmu bawa pergi anakku tanpa bilang-bilang?!” gertak Sienna tajam.
“Diam,” jawab Sebastian datar, sambil memijat pelipis. “Aku akan kirim alamatnya.”
Setelah mengatakan itu, ia langsung menutup sambungan.
“Papa, Mima nanti datang kan?” tanya Hazel, penuh harap.
Sebastian mengangguk pelan. Kalau saja Hazel tadi tidak mencuri-curi pakai ponsel untuk menelepon, ia tak akan pernah memberitahu alamat rumahnya pada wanita itu.
Hazel malah tersenyum bangga, “Papa, aku pintar banget kan? Aku kangen Mima, jadi aku telepon dia pakai HP Papa. Mima bakal datang, aku seneng banget!”
Sebastian mengusap kepala Hazel. “Iya, kamu pintar.”
Padahal tadi dia membawa anak-anak pergi buru-buru demi mencegah wanita itu mencarinya. Tak disangka, Hazel diam-diam meneleponnya.
Ia pun menghela napas panjang.
Sementara itu, Sienna yang sudah menerima alamat langsung menghentikan taksi dan menuju vila Sebastian secepat mungkin.
Begitu sampai di depan vila, ia terpana. Vila mewah berdiri megah di hadapannya.
Pria ini kaya banget!
Tanpa buang waktu, ia menekan bel pintu. Saat pintu terbuka dan ia masuk, rasa takjubnya makin menjadi. Bahkan lukisan-lukisan di dinding terlihat mahal.
Jangan-jangan dia buka usaha gigolo?
Saat ia masih melongo, suara riang menyambutnya, “Mima, Mima."
Ia menoleh dan melihat Hazel berlari ke arahnya secepat peluru.
“Hazel, pelan-pelan!” teriak Hunter yang mengejarnya. Wajah kecilnya penuh ketegangan, takut adiknya terjatuh.
Melihat keduanya selamat, Sienna sangat lega. Ia langsung berjongkok dan memeluk Hazel erat. “Sayang syukurlah kamu baik-baik saja. Ayo pulang sama Mima, ya."
Tuhan tahu, saat ia kehilangan jejak mereka di taman hiburan, ia nyaris gila karena panik.
Namun saat Sebastian yang berjalan di belakang mendengar ucapannya, ekspresinya berubah tidak senang.
Sebelum sempat ia bicara, Hazel lebih dulu berkata, “Mima aku gamau. Aku mau main sama Kakak di sini lebih lama.”
Ia melepaskan diri dari pelukan Sienna, menggandeng tangannya sambil menunjuk sekeliling. “Mima, lihat Rumah Papa gede banget! Ada bioskop pribadi, aula permainan yang besar, kolam renang luar ruangan, keren banget!”
Luar biasa.
Sienna tak bisa menahan diri untuk memutar bola matanya.
Ia hendak membuka mulut, tapi pandangannya tanpa sengaja bertemu mata Sebastian yang menatapnya penuh penghinaan.
Lihat apa? pikir Sienna. Baru punya vila gede karena jadi gigolo dibiayai wanita kaya, udah sombong aja!
Sienna mendadak kesal. Ia makin yakin ia tidak bisa membiarkan anak-anaknya berhubungan dengan pria ini. Jangan sampai masa depan mereka sama seperti pria itu.
Ia pun berjongkok lagi, menatap kedua anaknya dan berkata lembut, “Hazel, Hunter, Mima janji akan kerja keras supaya kalian bisa tinggal di rumah besar juga, ya?”
Tak disangka, Hunter justru menimpali polos, “Mima, kalau dari gajimu sekarang, kapan kita bisa tinggal di rumah gede?”
Sienna terdiam.
Sienna langsung terpukul. Wajahnya terluka. “Hunter ngomong gitu bikin Mima sedih.”
Hazel buru-buru menenangkan, “Mima, jangan sedih. Rumah besar Papa itu juga rumah besar Mima. Nanti Mima juga punya rumah gede kok!”
"Itu bukan jawaban yang Mima mau, Nak" ucapnya dalam hati.
Sementara itu, Sebastian yang melihat semua interaksi ini diam-diam menyipitkan mata. Tatapannya makin dingin.
Anak-anak ini lebih dekat dengan wanita itu dari yang kuduga. Sepertinya aku harus berusaha lebih keras untuk membawa mereka kembali padaku.
Lagipula wanita itu licik. Cara bicaranya tadi, jelas dia sedang menyisipkan pesan tersembunyi untuk anak-anak.
Pikiran itu membuat Sebastian menatap Sienna dengan dingin.
Hunter yang juga suka tempat itu, memohon, “Mima, boleh ya aku main di sini sama Hazel lebih lama?”
Dia masih penasaran dengan banyak mainan!
Hazel pun ikut memohon manja, “Iya, Mima, setuju yaa.”
Sienna mendesah dalam hati. Ia benar-benar ingin membawa mereka pergi saat itu juga, tapi ia tak tega menolak. Akhirnya ia menyerah, “Baiklah, kalian main sebentar aja, ya. Kebetulan Mima juga mau bicara sebentar sama Papa kalian.”
Ucapannya ditujukan pada Sebastian yang sejak tadi diam saja.
“Papa dan Mima mau ngobrol berdua”
Mendengar itu, kedua anak kecil langsung senang bukan main dan berlari pergi.
Sienna terdiam beberapa detik, lalu menatap Sebastian sambil mengernyit, “Tuan, aku minta kamu ajak anak-anak main di taman bermain. Tapi kamu malah bawa mereka pergi tanpa izin. Itu sangat despicable!”
Sebastian menatapnya sejenak, lalu tanpa berkata apa-apa langsung berbalik menuju ruang tamu.
Sienna merasa dadanya sesak. Ia cepat-cepat mengejarnya dan masuk ke ruang tamu.
Sebastian duduk di sofa dan berkata dingin, “Kamu harus pahami satu hal. Aku ayah dari anak-anak itu. Aku tidak melanggar hukum atau moral dengan membawa anakku sendiri. Justru kamu. kamu melahirkan anak-anakku tanpa persetujuan dariku. Siapa yang lebih despicable, menurutmu?”
“Kamu lucu!” Sienna tertawa sinis. “Aku yang mengandung dan melahirkan. Anak itu milikku. Mau aku lahirkan atau gugurkan, itu hakku. ga ada hubungannya dengan kamu!”
Tatapan Sebastian langsung dingin. Auranya berubah tajam. “Kamu berani bunuh anakku?”
Sienna refleks mundur selangkah karena auranya yang mengintimidasi. Tapi kemudian ia maju lagi dan membalas, “Itu anakku Aku bisa lakukan apa pun yang aku mau, Tapi nyatanya Hazel dan Hunter tumbuh sehat bersamaku.”
Artinya: kalau bukan karena aku, mereka ga akan ada di dunia ini!
Sebastian membaca makna tersiratnya dan rasa bencinya makin dalam. Perempuan ini, sok bicara manis, padahal niatnya mendekat pakai anak. Demi keuntungan pribadi.
“Berapa yang kamu mau? Tentukan harganya!” katanya tiba-tiba. Ia teringat informasi hasil penyelidikannya, lalu menambahkan, “Artis di bawah Cole Group bisa kamu pilih sesuka hati. Maksudku, kamu bisa tentukan siapa saja artis yang kamu mau tangani.”
Sienna terkejut. Kok dia tahu aku manajer di Cole Group? Apa Hazel dan Hunter yang cerita?
Ia langsung merasa tertekan. menjual anak sendiri ke cowok ini? ga!
Tapi karena pria itu menyebut Cole Group, Sienna sadar: Bisa jadi dia adalah salah satu pemegang posisi penting di Cole Group.
Cowok ini ternyata berkembang pesat!
Sienna tertawa kecil, lalu menyindir, “Lima tahun ga ketemu, kamu ternyata berkembang pesat!”
Sebastian mengernyit. Hal gila Apa yang maksud perempuan ini?
Melihat ekspresinya bingung, Sienna hanya tersenyum pahit. Ia sudah lelah berurusan dengannya.
“Tuan, aku sudah bilang dari awal. Berapa pun uang yang kamu tawarkan, aku ga akan menukar anak-anakku demi keuntungan. Mereka bukan barang. Kalau kamu benar-benar ingin jadi ayah yang baik, jangan menganggap semuanya bisa dibeli, apalagi bicara seenaknya tanpa malu!”
makasih Thor dah up buanykkk semoga besok up lagi
pls Sienna jangan ada rasa deh untuk sekarang ,,be strong woman ok jangan lembek