Si pincang Furya, Itulah julukannya di sekolah. Sejak tragedi berdarah yang menimpa ia dan keluarganya, Furya mengalami luka fatal dan kaki kirinya tidak berfungsi lagi.
Ia juga kehilangan ayah serta ibunya harus koma di rumah sakit. Saat ini Furya yang menjadi tulang punggung keluarga dan harus menghidupi kedua adik kecilnya sendirian.
Di masa-masa tersulit dalam hidupnya, Takdir berkata lain dan ia mendapatkan sistem misterius.
Dengan bantuan Perfection System, mampukah Furya mewujudkan semua impian dan keinginannya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon haoyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekat Dan Harapan
Di perjalanan, sopir angkot yang melihat Furya menangis sambil mengelap matanya hanya diam saja.
Melihat seorang bocah seperti Furya mengingatkan ia pada anaknya di rumah. Tapi tetap saja di dunia yang kejam ini ia harus memiliki penghasilan untuk tetap bertahan.
Sambil menyetir dengan santai, supir angkot bertanya kembali soal pembayaran.
“Beneran kamu bakalan bayar 1 juta?”
“Bener pak, kalau bisa lebih cepat lagi.”
Mendengar itu supir angkot langsung tancap gas dan dengan cepat mereka tiba di depan rumah sakit Kartika.
Furya yang sampai langsung turun di pinggir jalan dan bergegas masuk.
“Pak, saya hanya bawa uang cash 300 ribu sekarang, nih bapak pegang dulu dan sisanya saya bayar kalau urusan saya di rumah sakit dah siap.”
Melihat Furya yang memberikan uang sebanyak itu padanya, pak sopir yang memang membutuhkan uang langsung mengambilnya tanpa bertanya kembali.
“Makasih dek, bapak memang lagi butuh uang buat berobat anak bapak...uangnya bapak terima ya.”
“Gpp pak harusnya saya yang makasih. Yaudah saya masuk dulu, bapak tunggu di sini dan sisanya saya bayar nanti.”
“Oke...oke.”
Sambil berlari, Furya langsung masuk ke rumah sakit Kartika yang besar dan megah.
Di sana terlihat ramai oleh keluarga pasien ataupun pekerja.
Memang rumah sakit yang di urus keluarga konglomerat Kartika itu setara dengan rumah sakit internasional kelas atas dan terjamin kualitasnya.
Saat sampai di dalam, Furya langsung menuju meja resepsionis. Karena luas dan ada banyak, Furya tak perlu mengantri dan langsung di layani.
“Permisi mbak, saya mau bayar biaya perawatan ibu saya.”
“Atas nama siapa ya mas?”
“Ibu Reni Aditya.”
“Bentar ya mas, saya cek dulu...”
Furya yang di suruh menunggu hanya bisa pasrah. Meskipun punya uang, ia tak punya koneksi dan harus menggunakan cara seperti orang biasa lainnya.
Setelah beberapa saat, mbak Resepsionis yang masih muda langsung berbicara kembali.
“Mas, maaf ya karena sebelumnya biaya perawatan menunggak sebanyak 2 bulan, ibu Mas sudah di pindahkan ke ruangan biasa.”
“Iya saya tau...mangkanya saya mau bayar sekarang dan saya mau ibu saya di kembalikan ke ruangan VIP.”
“Baik saya mengerti, ini biaya yang harus Mas bayar.”
Di berikan kertas faktur pembayaran, Furya yang melihat nominal sebanyak 50 juta rupiah langsung membayar semuanya.
Ia bahkan membayar lebih agar ibunya bisa langsung di pindahkan ke ruangan VIP.
“Mbak, saya bayar sekaligus lima bulan, bisa lewat trasfer kan?”
“Bisa...sebentar ya.”
Setelah mentrasfer uang sebanyak 125 juta rupiah untuk biaya kamar VIP selama 5 bulan, Furya yang sudah membayar langsung di antarkan ke ruangan ibunya.
Ia di temani oleh suster dan langsung menuju kamar ibunya.
Dan benar saja, saat ini ibunya terlihat berada di kamar biasa dengan beberapa pasien lainnya.
Melihat kondisi ibunya yang pucat, Furya mencoba tetap tenang dan mendekati ibunya secara perlahan.
“Ma...maaf ya Furya telat.”
Di bantu suster dan beberapa karyawan, ibu Furya langsung di pindahkan kembali ke ruangan VIP.
Dengan peralatan yang super canggih serta penjagaan ketat 24 jam di rumah sakit, Furya akhirnya bisa bernafas lega.
Sambil duduk di kamar VIP ibunya, Furya hanya menatap sambil memegang tangan ibunya yang koma.
“Ma...Furya sekarang sudah punya banyak uang. Jadi tak perlu kuatir lagi dengan Ren dan Yuki.”
“Furya janji akan membahagiakan Ren dan Yuki jadi mama cepat sadar biar kita bisa berkumpul kembali.”
Di beri perawatan yang lebih memadai, kondisi ibunya mulai membaik. Saat Furya sedang duduk menemani ibunya, dokter Dedi masuk dan menemuinya.
Melihat dokter Dedi, Furya yang matanya merah mulai mengelap itu dan menemui Dokter khusus yang merawat ibunya.
“Furya...maaf karena memindahkan ibumu tanpa pemberitahuan sebelumnya, itu terpaksa di lakukan karena peraturan rumah sakit yang ketat.”
“Iya dok saya mengerti dan maaf saya berteriak saat di telpon tadi.”
Setelah berbincang-bincang dengan dokder Dedi, Furya bisa bernafas lega karena kondisi ibunya yang memburuk bukan karena luka di kepalanya melainkan perawatan yang tak begitu baik.
Tapi setelah pindah kembali di ruangan VIP, itu semua tak perlu di kuatirkan lagi. Dokder Dedi juga menjelaskan kalau setelah setahun di rawat kondisi ibunya makin membaik.
Luka di kepalanya sudah hampir sembuh dan mungkin hanya menunggu waktu sampai sang ibu bisa sadar kembali.
“Jadi begitu...banyak-banyaklah berdoa karena kita telah melakukan yang terbaik dan sisanya yang di ataslah yang akan menentukan.”
“Iya dok, makasih sudah merawat ibu saya selama ini.”
“Tidak perlu berterima kasih, itu sudah pekerjaan saya sebagai dokter.”
“Yasudah saya izin dulu karena mau mengecek beberapa pasien lain.”
“Baik dok terima kasih.”
Furya yang akhirnya bisa bernafas lega kini duduk kembali di samping ibunya. Melihat ibunya yang koma, Furya hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Meskipun luka di kepalanya mulai membaik, tapi ibunya belum juga sadar.
Karena sekarang memiliki sistem, Furya bertanya pada sistem apa yang bisa ia lakukan untuk sang ibu tercinta.
“Sistem, seperti yang kau lihat...ibuku sedang sakit dan tak sadarkan diri.”
“Apa ada yang bisa ku lakukan untuk membuat ibuku sadar kembali?”
[Ding! Lapor tuan, sistem tak dapat membantu soal ibu tuan yang sakit, tapi tuan sendirilah yang mampu melakukannya]
Mendengar jawaban sistem, Furya langsung kaget dan bertanya kembali.
“Aku...apa yang harus ku lakukan?”
[Ding! Dengan kemampuan tuan harusnya penyakit seperti ini dapat di obati dengan mudah. Jika kemampuan penyembuhan tuan sudah melewati beberapa kondisi, bukan hanya dapat menyembuhkan tubuh tuan sendiri, tapi itu juga dapat menyembuhkan semua makhluk hidup yang tuan inginkan]
Mendengar pejelasan sistem, Furya langsung tersenyum kembali. Memang benar terdengar seperti tak masuk akal. Tapi siapa yang peduli, ia juga sudah tau kalau sistem nyata dan benar-benar dapat membantunya.
“Aku mengerti...jadi maksudnya aku harus bertambah kuat lagi dan meningkatkan Status milikku, dengan begitu kemampuan penyembuhanku dapat di gunakan untuk orang lain juga, benar begitu kan sistem?”
[Ding! Tepat seperti yang tuan pikirkan]
Melihat kesempatan dan harapan yang di berikan sistem, Furya langsung bertekat untuk bertambah kuat lagi.
Alih-alih berdoa pada sang pencipta untuk kesembuhan ibunya, Furya lebih memilih menyembuhkan ibunya dengan tanganya sendiri.
Sambil membuka layar hologram, Furya teringat kembali beberapa misi yang di jual di toko sistem bagian misi.
Ada banyak sekali misi yang di jual. Hampir seperti mini game dan jika di selesaikan Furya akan mendapakan hadiah Poin dan Exp yang banyak.
Tapi misi yang di jual sistem bukan sembarangan dan Furya juga tau itu.
“Sistem, di bagian misi Utama ada beberapa misi yang tersedia dan di jual dengan harga lumayan tinggi. Tapi hadiahnya sangat banyak. Apa menurutmu aku yang sekarang mampu mengerjakannya?”
[Ding! Lapor tuan, saat ini kesempatan tuan untuk menyelesaikan Misi Utama terendah yaitu rank F di bagian misi Achievement adalah 0%]
Mendengar itu Furya hanya tersenyum tipis. Tak ada yang instan di dunia ini, bahkan ia yang sebenarnya sudah banyak uang dan kaya raya juga tak bisa langsung menyembuhkan ibunya yang koma.
Sadar semuanya butuh proses, Furya tersenyum sambil menatap ibunya yang tertidur.
“Ma...tunggu Furya ya, Furya berjanji akan menyembuhkan mama.”