Menjadi janda bukanlah sebuah pilihan bagiku,
Tahun pun telah berlalu dan waktu telah menjawab segala perbuatan seseorang.
Cinta itu datang kembali namun tidak sendiri, suamiku yang telah mencampakkan diriku dengan talak tiga yang ku terima secara mendadak. Kini Dia datang kembali di saat sebuah cinta yang lain telah menghampiri diriku yang sebenarnya telah menutup hati untuk siapapun..
Siapa yang harus aku pilih? Sedangkan hati ini masih ragu untuk melangkah kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesanan Pertama
Hari pertama ku buka tempat les modiste yang akan aku geluti berikutnya, seperti biasa kami menganut adat Jawa kental.
Sebelumnya aktivitas dimulai Ayah mengumpulkan para tetangga untuk sekedar bersyukur atas berdirinya les modiste dan yang sebagian aku dapatkan bantuan dari Disnaker dan juga kelak bisa saja menjadi lahan pekerjaan bagi lingkungan sekitar tempatku.
Klinting.....
Ponsel yang kebetulan pas aku pegang, berbunyi nomor baru tertera pada layar kecil itu, penasaran dengan nomor yang tertera perlahan ku tekan tombol jawab, "iya hallo,"
"Selamat siang, ini dengan Bu Lintang? Saya dari SDN suka maju 2, kami membutuhkan tenaga penjahit untuk seragam batik sekolah, dan untuk keperluan pengukuran kami para guru-guru anda bisa hadir di sekolahan dengan waktu yang di sepakati," Suara dari seberang membuatku tercekat, tidak percaya begitu cepat pemesanan meluncur tanpa ku duga.
"Bu... Bu Lintang? Anda masih online?" Suara dari seberang kembali membuatku tersentak kaget.
"Oh maaf, i... iya Bu saya masih online, baik besok pukul 8 pagi saya akan usahakan datang ke SDN suka maju 2, terima kasih untuk kerjasamanya Bu," panggilan berakhir dengan kepuasan yang sulit ku ukir dengan sebuah kata-kata.
Segera aku hubungi teman yang selama ini menemani dan mengarahkan segala teori dan perencanaan hingga berdirinya les modiste yang sedang aku rintis dari awal ini.
"Assalamualaikum, Anik! Aku dapat order seragam batik dari SDN suka maju 2 dan ini tentu partai besar, aku harus bagaimana? Tenaga penjahit tentu saja menjadi kendala ku saat ini!" Ceritaku pada Anik, tidak ku duka teriakan nyaring terdengar dari seberang membuat serasa telinga kiriku, sedikit seperti mendapatkan terapi teriakannya.
"Ya ampun Lintang ini namanya rejeki jangan di tolak ya, aku akan bantu, tenaga penjahit yang ada di tempatku bisa kamu pakai beberapa orang, dan selanjutnya bila ada order seragam atau apapun terima saja ini adalah awal yang bagus untuk usahamu, semangat yah!" Pucuk di cinta ulam pun menghampiri, aku bersyukur dengan apa yang ku dapat hari ini, sungguh luar biasa.
Teman temanku masih saja membuka lebar-lebar tangannya untukku, yang saat ini benar-benar membutuhkan pertolongan.
Aku berjalan menuju belakang rumah, ku dapati ayah dengan ibu yang sedang memberikan makanan di kolam yang lumayan besar terdapat beberapa ikan gurami peliharaan ayah sebagai pengganti kesibukan karena masa pensiun sudah tiba.
Ku ceritakan berita yang baru saja ku terima, senyum ibu tentu saja ikut bahagia dengan usaha yang baru saja aku rintis.
"Lintang, berusaha memang sudah wajar harus kamu mulai dari sekarang, tapi ingat! Shasy juga membutuhkan perhatian mu sebagai single parent tidak mudah akan kamu jalani sendiri," peringatan ayah sangat masuk akal, dan itu juga akan menjadikan agenda ku berikutnya untuk memasukkan putriku ke jenjang pendidikan awal di taman kanak-kanak di kotaku.
"Iya Yah... Pendaftaran depan saya akan mendaftarkan Shasy, itung-itung masuk awal sebab di area kita jarang sekali anak kecil, kasihan kalau masa kecil Shasy di penuhi hanya dengan tontonan televisi dan gadget Android yang sedikit kurang bagus untuk perkembangannya," jawabku sambil duduk di samping ayah dan ibu.
"Dan satu lagi Lintang! Kamu harus tegas meminta kepastian kepada Iwan, bagaimana kelanjutan talak yang sudah dia berikan kepadamu, semua harus ada kepastian!" Ucapan ayahku membuatku kembali mengingatkan akan bagaimana kondisi hubungan ku yang tanpa kabar dan kepastian, bahkan surat keputusan talak tiga hingga sampai saat ini juga belum ku terima.
"Jangan sampai harus dirimu menjadi taruhan atas tugaskan yang telah Iwan lakukan padamu, ingat! Ayah tidak akan tinggal diam bila ini tidak segera Iwan tuntaskan," ayah berbicara santai sambil tetap memberikan makanan pada ikan-ikan di kolam itu.
"Iya, Yah.... Saya sudah berusaha menghubungi mas Iwan, namun panggilan sekali diluar jangkauan, sepertinya nomor saya sudah di blokir, Tapi ayah sangat saja! lintang akan tetap meminta pertanggungan jawab dari mas Iwan."
"Lintang... Untuk saat ini Shasy adalah yang utama, dengan usahamu untuk maju Seperti ini, ibu percaya kamu akan mampu mengatasi kendala hidup mu," ucapan ibu yang selalu memberikan acuan hidupku, serasa menyejukkan hatiku.
Setelah beberapa saat ngobrol dengan ayah dan ibu, aku berniat menuju tempat ku berkerja. Ya.... Ku sebut tempat bekerja, karena ruangan ini aku yakin akan memberikan ku pekerjaan yang menjadi penunjang masa depan anakku kelak.
🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️🧚🏽♀️
Hampir dua bulan sudah aku berpisah dari kehidupan mas Iwan, tanpa kabar dan tanpa sedikitpun rasa aku ingin mengetahui apa yang sudah terjadi dengannya.
Kenapa kata-kata ayah tentang talak dan surat cerai kembali mengingatkan luka yang sedikit demi sedikit aku lupakan rasanya, kenangan demi kenangan membuatku sama sekali tidak bisa konsentrasi memegang kain milik temanku Anik yang dia berikan padaku untuk pekerjaan pertama yang harus aku selesaikan minimal 1 Minggu kedepan.
Aahhh... Apapun yang terjadi aku harus kuat, demi anak ku dan pendidikannya nanti.
Tangan ku kembali melanjutkan aktivitas memotong kain dan menghitung ukuran, serta menempatkan motif agar seimbang dengan bentuk baju yang di harapkan pemesan.
"Mama... Nanti kalau mama capek biar Shasy yang kasih pijit, he..he ..he.." suara putriku tiba-tiba saja muncul sambil menyeringai memamerkan deretan gigi susunya dan lesung Pipitnya di kedua pipinya.
Ku letakkan gunting, kuraih tubuh kurus putriku sambil menciuminya sepuas rasa, "Sayang .. Mama hanya mau Shasy menjadi gadis penurut dan pinter biar kelak jadi orang sukses, hem," ku pencet hidungnya terlalu gemas melihat tingkah bahagia.
"Shasy tidur di sini ya ma! Mau nemenin mama menjahit baju," kembali putriku beranjak menuju kursi sudut untuk sekedar merebahkan tubuhnya dan tidak berapa lama ketika aku menoleh, kulihat nafasnya yang mulai teratur karena sudah tertidur dengan nyenyak nya.
Ku akui putriku memang kurang bahagia bila di banding anak-anak seusianya yang rata-rata mendapatkan perhatian, kondisi keluarga ataupun vitamin dan gizi yang memadai.
Kasih sayang yang hanya dia dapatkan dari ku, itupun dengan waktu yang terbatas, dan menghadapi pertengkaran orang-orang dewasa setiap harinya.
Bentakan dan cubitan selalu ia terima, trauma dan rasa ketakutan membawa anakku terkadang merasa minder pada saat-saat tertentu. Kejadian yang ia terima dalam setiap hari nya dalam usia yang sangat belia membuat dia lebih merasa membatasi diri dengan teman-teman barunya.
Kembali ku teruskan pekerjaan ku, ku hapus rasa sedih dan ingatan yang sangat menyakitkan, pokoknya aku harus sukses usiaku masih muda jelas jalanku masih panjang.
.
To be continued 😉.
Semangat 💪, jangan lupa dukungannya bestie 😘
Salam Sayang Selalu by RR 😘
awassss lohhh anumu ntar di sambel sama bini sahnya