Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bercerai
"Cerai? Memangnya kamu pikir enak jadi janda? Kamu nggak bisa hidup tanpa adanya aku." teriak Anwar.
"Kamu pikir biaya hidup murah? Gaji aku aja nggak cukup. Terus kamu mau makan apa hah?" teriak Anwar lagi.
Entah mengapa saat mendengar permintaan cerai dari Vina, hatinya sakit. Dia nggak rela jika harus berpisah dari Vina.
"Jika menghidupi aku saja kamu bilang gaji mu nggak cukup. Makanya jangan sok-sokan nikah dua mas." cibir Vina.
"Hey keluarga Nadin itu kaya, nggak seperti kamu miskin. Orang tua aja nggak tau. Jadi kalau aku nikah sama Nadin, sudah pasti aku ikutan kaya. Hidupku bercukupan. Nggak kayak sekarang. Apa-apa harus di bantu Ibu." kata Anwar.
"Sudah tau aku miskin, nggak ada orang tua, kenapa dulu Mas nikahi?" tanya Vina. Sebenarnya dia sudah muak sama suaminya.
"Aku nikahi kamu, karena dulunya kamu manis. Dan tentunya kasihan melihat hidupmu" jawab Anwar.
"Ya udah sekarang ceraikan aku." kata Vina.
"Ceraikan saja dia Anwar, percuma saja kamu pertahankan dia. Dia itu seperti benalu, cuma bisa mengharapkan gaji mu. Biar dia tau bagaimana susahnya cari uang." kata Bu Fatma.
Dia tadi sengaja ke rumah Anwar, mau memberi uang untuk cucunya Saka. Dia datang lebih awal agar bisa bertemu langsung dengan Saka. Pas dia di depan pintu mendengar suara teriakan anaknya yang memarahi Vina. Dan Vina yang meminta cerai.
"Ibu, kenapa Ibu kesini?" tanya Anwar.
"Tadi ibu, mampir mau ketemu Saka. Eh dengar dia lagi minta cerai. Ya udah ceraikan saja." ucap Bu Fatma enteng.
"Sekalian usir dia dari rumah ini" lanjut Bu Fatma.
"Baiklah, saya akan ceraikan kamu dengan satu syarat. Kamu tidak ada hak untuk menuntut harta gono-gini." kata Anwar.
"Baiklah, tapi anak-anak ikut saya." tegas Vina.
"Oke. Siti zarvina dengan sadar aku talak kamu, talak kamu, talak kamu. Mulai sekarang dan seterusnya kamu bukan lagi tanggung jawabku." kata Anwar.
Vina mematung, antara sedih dan bahagia. Dia tidak menyangka bahwa pernikahannya akan berakhir. Sakit, tentu saja. Tapi dia berpikir mungkin inilah takdir dari yang Esa.
"Aku beri waktu padamu tiga hari untuk mengosongkan rumah ini." kata Anwar lagi.
" Tolong jangan halangi aku untuk ketemu cucuku Saka." kata Bu Fatma. Bagaimanapun dia sangat menyayangi Saka.
Tanpa menunggu jawaban dari Vina, Bu Fatma dan Anwar meninggalkan Vina.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Sudah semua?" tanya Adit.
"Sudah bang, memang kita mau tinggal dimana?" tanya Saka.
" Kita tinggal di rumah dokter Iqbal yang satunya. Kita cuma disuruh bersihin. Rumahnya juga kosong. Dulu dia menyuruh orang untuk bersihin. Sekarang karena kita tinggal di sana jadi ganti kita yang ngerawatnya." kata Adit.
Tadi, Setelah kepergian Anwar bersama Bu Fatma. Vina WA Adit, bahwa Anwar telah menceraikannya. Adit pulang sekolah langsung pulang ke rumah. Dan dia nelpon dokter Iqbal untuk cari rumah kontrakan. Tetapi, dokter Iqbal malah menawarkan rumah kosong miliknya. Tanpa bayar sewa, cuma disuruh untuk bersihin dan ngerawat saja.
"Bunda nggak apa-apa kan? Kalau kita pindah ke sana?" tanya Adit.
"Bunda ikut aja, maafkan Bunda, jika udah jadi beban untuk kalian berdua." kata Vina.
"Bunda bukan beban buat kami, jadi, jangan ngomong kayak gitu lagi ya." jawab Saka. Dia tau bahwa bundanya sedang terluka.
"Kita berangkat ya, nggak usah tunggu 3 hari, kalau akhirnya kita terusir juga." Kata Adit.
Dokter Iqbal dan Syahril menunggu kedatangan Vina. Saat Iqbal memberi tahu Syahril jika Vina mau menempati rumahnya yang kosong, Syahril ngotot mau ikut. Dia penasaran bagaimana wajah Vina. Karena setau dia, Vina bocah kecil, hitam manis, dan kurusan.
"Oo ya, gue selain penasaran sama Vina, juga mau kasih tau tentang Nadin. Jadi, dia anak pengusaha bidang textile. Dia anak satu-satunya. Sudah pernah menikah dengan anak pengusaha kuliner. Konon, mereka di jodohkan. Dengan alasan, mengingkatkan tali silahturahmi sebab mereka masih keluarga jauh. Mereka cerai satu setengah tahun lalu. Gara-gara Nadin mau child free. Suami dan keluarga suaminya nggak setuju makanya dia nikah lagi." papar Syahril.
"Mungkin nggak sih, kalau Nadin masih mencintai Anwar. Makanya dia milih child free." lanjut Syahril.
"Aku juga mikir gitu, soalnya aku pernah di kasih tau sama Adit, kalau Ayahnya mau anak perempuan. Mungkin Nadin cuma mau hamil anaknya Anwar." kata Iqbal.
"Eh, kok kita seperti ibu-ibu tukang ghibah ya." canda Syahril. Kemudiaan mereka tertawa bersama.
"Tapi ngomong-ngomong Vina beneran nggak kenal sama kamu? Atau mungkin dia lupa?" tanya Syahril.
"Gue juga nggak tau, kemarin aku udah ingatkan nama panjang gue. Supaya dia manggil Reza aja. Kayaknya dia beneran lupa deh." kata Iqbal.
"Atau mungkin dia lupa ingatan?" tanya Syahril.
"Nggak lah, soalnya aku pernah cerita-cerita sama Adit. Dia bilang kalau Ibunya dulu tinggal di Panti Kasih Sayang desa x. Jadi dia nggak mungkin hilang ingatan dong" ucap Anwar.
Tak lama kemudian rombongan Vina sampai ke tempat kediaman Iqbal. Iqbal yang melihat raut wajah Vina yang sedih, akhirnya pun ikut sedih. Sedangkan Syahril terpana dengan penampilan Vina. Vina gadis lugu yang dulu sering nangis saat mainannya direbut sama temen-temen di panti. Terlihat begitu berbeda, dia terlihat cantik dengan rambut gelombangnya serta kulit bersih walaupun tidak terlalu putih.