Ellena harus pasrah, ketika suami yang ingin ceraikan karena tabiat bermain perempuan tidak berhenti, namun hatinya terjerat karena dia tampan dan berubah baik.
Namun siapa sangka, kebaikan Lex, hanya satu?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oktiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memgamuk Pria Gila
"Pergilah kau itu salah rumah,!"
Bugh.
Pintu di tutup, saat itu Hana kesal dan kembali pada keluarga yang berkumpul, lalu mengatakan pada sang Ayah jika di depan rumah pengantar paket yang salah alamat, bahkan security jadi saksinya, tentu saja itu ulah kode Hana di suap untuk bungkam.
Setelah kembalinya Hana, sang ayah kembali bertanya pada putrinya itu."Parfume? papa salah kali, mana ada Hana pakai parfume Pria?"
Setelah melepas pelukan sang Ayah, Hana kembali mengelak jika sang Ayah sedang salah indra penciuman. Ia sudah tak mungkin mengelak, karena memang dasarnya saat ia mencium kerah baju dan ketiaknya memang terdapat wangi parfum.
"Mungkinkah kamu sudah punya pacar? Hana, ini beneran wangi parfum. Kok mirip sama punya Ayah yang jarang di pakai. Bener mirip parfum Ocean yang kalau Ayah pakai saat acara penting gitu. Hehehe, maklum mehong." ungkap sang bunda.
Hana tidak bisa mengelak, ia hanya menelan salivanya. Jujur saja ini adalah bekas parfum dari jas pria tadi. Saat ia berdebat dan menabrak, jujur saja Hana juga masih ingat kala saat ia memaksa aroma tubuh pria itu memang sangat sama seperti apa yang jadi perdebatan kedua orangtuanya. Tak terkecuali, Kanya di sofa ayunan yang masih saja sedikit tak peduli, fokus pada earphone dan memangku sebuah laptopnya.
"Kamu sudah punya pacar?"
"Enggak Ayah, mana mungkin Hana punya pacar. Memang dengan tubuh gendut, jelek kaya gini siapa yang mau. Berteman aja udah jadi beban." jelasnya.
"Hana! kamu gak boleh gitu nak!" menggeleng kepala, sang bunda Mila.
"Ya gimana dong mah, bukan Hana mau insecure. Tapi kenyataannya, siapa yang mau berteman dengan Hana. Bahkan teman Hana saja, ke rumah ini cuma mau ketemu kak Kanya."
Hah?!
Kenan dan Mila sebagai orangtua, memang tak pernah membedakan kedua putrinya. Namun mendengar kata kata Hana, putri bungsunya ia merasa sakit. Kala Hana memang mempunyai satu penyakit, yang sedikit kelebihan badan sejak lahir. Dan itu membuat ia delima karena tak ingin melakukan operasi takut gagal pada putrinya.
"Maafkan kami Nak!"
"Lagi pula kalau Hana jadi kalian, Hana pasti akan menolak. Hana janji, akan mengatur pola makan lebih sedikit lagi." senyumnya, padahal dirinya tak sanggup ketika melihat banyak makanan di meja makan.
Sulitnya ia menahan makan bahkan diet, tak mampu membuat Hana sadar sedang mengikuti diet sehat, tak jarang jika ia melakukan mogok makan dua jam, maka ia akan selalu makan nonstop selama dua puluh empat jam tanpa terasa kenyang sebagai gantinya. Itu adalah suatu penyakit yang sulit bagi Hana untuk hadapi. Baginya mungkin ia akan menjadi perawan tua selamanya adalah takdirnya.
"Lalu kenapa parfume itu sayang?" tanya Kenan. Membuat Hana kembali mengingat, ia pikir pertanyaan itu akan dilupakan.
"Owh mungkin, soal tadi Hana menabrak banyak loundryan, karena seorang manager ikut membantu, mungkin menempel parfumnya." jelas Hana sedikit gugup.
"Iy, kamu benar! mana mungkin Hana kita pacaran tanpa sepengetahuan kita. Hana anak baik, anak rumahan. Bawa teman aja kerumah enggak kan? gak mungkinlah." jelas Mila sang bunda.
"Lagi pula, untuk apa kamu Hana, bekerja seperti itu. Membawa pakaian oranglain, itu sangat menjijikan. Bagaimana jika membawa virus, dan kamu! Ayah bisa carikan pekerjaan terbaik untukmu. Perusahaan kita banyak, kenapa pakai cari kerja di tempat lain. Apa tidak cukup uang saku bulanan yang kami kirim?"
"Bukan gitu Ayah, Hana mau mandiri."
"Sudahlah yah! lagi pula Hana sudah menjelaskan, kenapa juga sih kamu masih marah saja."
"Karena parfume Beast, Ocean Itu mengingatkan ..," gerutunya.
"Lagi lagi mengungkit." tajam Mila pada Kenan. Sementara Hana di tengah tengah menjadi kebingungan.
"Ayah kenapa bicara ketus pada bunda, memang ada apa?" tanya Hana.
"Karena kau, Parfume.. !"
"Kenan." sentag Mila menghentikan.
"Ayah aneh ya bun." Hana terkejut.
"Lupakan nak! Ayahmu sedang stress." Hal itu membuat tetawa lucu.
Sementara Kenan sebenarnya masih tak masuk akal, dengan penjelasan putrinya. Tapi karena sang istri, ia jadi berhenti mengomel. Jujur saja, ia adalah orangtua yang protektif dan jeli jika semua berkaitan dengan anaknya.
"Mandi sana! bersihkan tubuh dan ganti pakaianmu. Bau itu sangat menjengkelkan."
"Ya Ayah! Mah, Hana ke kamar dulu."
Jujur saja Kenan masih sangat cemburu, ketika putrinya sudah mulai dewasa, ia takut anaknya itu cepat mempunyai pacar. Meski ia melupakan bobot tubuh putri bungsunya, tetap saja ia tetap khawatir.
Berbeda dengan Hana di kamar, ia masih menatap cermin kala di kamar. Ia sudah mandi berkali kali, tetap saja wangi pria sialan itu masih merekat padanya. Seolah ini adalah hal yang tak bisa Hana elak, namun jujur saja wanginya saja memang nyentrik di hidung. Meski telah mandi, wanginya benar benar masih tercium ketika jarak dekat lima centi.
"Huuuft! aku harus mandi apa, agar aroma pria gila itu hilang."
Tak lama, Hana mengambil rak mandi. Dengan santainya, ia senyum dengan berendam madu susu dan sedikit aroma theraphy rose milik Kanya. Hana sengaja memakai sedikit, meski tidak tau yang mana itu yang paling mahal. Hanya saja ia menyukai aromanya, ia akan pakai. Dan benar saja, dalam waktu beberapa jam aroma acean itu tidak melekat lagi seperti sebelumnya.
MAKAN BERSAMA.
Saat itu semua tampak seperti biasa, mereka akan makan sore layak keluarga umumnya. Namun setelah hampir selesai makan malam, Kenan meminta Hana untuk benar benar mengambil keputusan.
"Kau yakin, akan menggantikan Kanya nak?" tanya Ayah.
"Ya ayah! aku sanggup, lagi pula aku tak suka melihat kak Kanya sedih, jika ia terpaksa begitu."
"Kalau begitu, kita temui malam ini juga, papa sudah hubungi Roni."
"Tunggu! Apa tidak ada waktu lain, secepat itu?" tanya Hana, yang membuat pupil matanya berdebar. Terlebih sang Mila, ia juga sedikit terkejut.
"Karena anaknya jarang di indonesia. Jadi ada kesempatan, ayah ingin semuanya selesai dan tau bagaimana hasilnya."
"Apa kau yakin, semua ide ini akan berhasil Hana?" tanya Kanya sang kakak yang begitu khawatir. Malah terdiam menatap Kanya, hanya bergumam dalam hatinya memikirkan jawaban Kanya.
Hana yang mempunyai firasat tak enak, ia yakin pria itu adalah putra dari paman Roni. Hingga dimana, ia berusaha mengingat dan memulai apa yang harus ia lakukan untuk menahan rasa lapar berlebih.
'Aku tidak yakin jika dia adalah pria yang akan di jodohkan kak Kanya. Tapi jika benar, aku harus mencegah! bagaimanapun malam itu telah terjadi sesuatu. Tidak aku harus lakukan sesuatu agar pria itu mau menikah denganku. Setidaknya agar statusku tidak jelek.'
Itu adalah perkataan Hana, ketika ia mendengar sang ayah menghubungi paman Roni. Bahkan melihat dengan matanya sendiri, jika pria itu duduk menatap suatu map di samping paman Roni kelak.
Hana segera bergegas kekamar, ia kembali diam diam meminum herbal. Serta mencoba perawatan dari Nazi. Semoga saja dalam waktu yang cukup. Perubahan kembali terlihat, agar dirinya tak selalu di cecar body shaming. Gendut! jelek. Itu adalah ungkapan orang lain padanya membuat ia sakit hati. Terutama pria yang tak ingin Hana lihat, dan mungkin bisa saja bertemu kembali.
Tuhan! apa takdirku seperti ini? kau tau, aku sulit sekali mengurangi makanan. Lalu dengan herbal, diet diam diam dari bunda yang kasih aku resep. Semoga hasilnya tidak berdampak buruk. Agar aku bisa tampil lebih baik layaknya wanita yang perfect seperti kak Kanya yang makan banyak tetap langsing. Deru Hana berbicara sendiri.
Tling!
Nada ponsel, membuat Hana melihat samar nomor yang tak ia kenal. Melupakan pertanyaan Kakak Kanya saat ini.
To Be Continue!!