Rhaella Delyth adalah seorang gadis cantik dengan kepribadian dingin dan ekspresi wajah yang selalu datar. Meskipun berasal dari keluarga terpandang, kehidupan yang ia jalani jauh dari kata bahagia. Kehadirannya di dunia tidak pernah diharapkan, membuatnya tumbuh dengan hati yang keras dan kesulitan untuk mempercayai orang lain.
Sementara itu, Gabriel adalah seorang pemuda tampan dan berkarisma yang lahir di lingkungan keluarga kaya dan berpengaruh. Di balik pesonanya, ia memiliki sifat dingin, tak mudah didekati, serta sisi kejam yang tidak banyak diketahui orang.
Bagaimana kisah pertemuan mereka bermula? Ikuti perjalanan mereka dalam cerita ini, yang penuh dengan intrik dan adegan penuh ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Seorang gadis masih asyik berbaring santai di atas kasur empuknya, dia sudah bangun lebih awal untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Dan kini Rhaella bersiap-siap memakai seragamnya lalu turun untuk sarapan, dia duduk di kursi di samping sang ayah.
" Ngapain lo duduk di sini, gue nggak mau ya duduk satu meja makan sama Lo "hina Daena pada Rhaella.
"Iya, kamu ngapain duduk di sini, mending kamu sekarang pindah aja makan di dapur" usir mama Daena, tapi Rhaella seorang tidak mendengar dia tidak bergeming sedikit pun dia malah tetap melanjutkan sarapannya.
"Lo budeg ya, nggak denger mama gue bilang apaan tadi? Pindah sana gue nggak Sudi makan satu meja sama lo Rhaella " sentak Daena menimbulkan keributan di meja makan pagi ini.
" Ena ada apa? Kenapa kamu harus teriak teriak di meja makan pagi-pagi? Tanya tuan Blaze.
" Ayah aku nggak mau makan kalau satu meja sama cewek sialan ini, pokoknya aku nggak mau makan kalau dia masih di sini " adunya pada tuan Blaze.
"Rhaella kamu pindah ke belakang. "ucap sang ayah, Rhaella berdiri membawa piring sarapannya ke belakang untuk sarapan bersama para maid.
Para maid di sana yang melihat nona mudanya merasa kasihan karena selalu di siksa oleh ayah kandungnya sendiri. Tapi wajah nona mudanya tidak terlihat seperti orang yang tersakiti, tetap dengan aura dingin, wajah datar dan tatapan tajam yang di tunjukkan pada orang yang di anggap orang lain. semua orang lain, yang di anggap keluarga atau orang terdekat hanya ayahnya sendiri.
Setelah menyelesaikan sarapannya Rhaella berjalan keluar berniat berangkat sekolah tapi saat melewati ruang keluarga dia langsung di panggil oleh sang ayah.
"Rhaella saya mau bicara " ucap datar sang ayah yang langsung di turuti Rhaella, kemudian berjalan menuju sang ayah dan berdiri di samping ayahnya.
"Hari ini kamu langsung masuk ke sekolah yang sama dengan Daena, tapi ingat jangan membawa nama Blaze dan jangan mengaku kenal dengan Daena di sana, mengerti?" Tegas sang ayah, Rhaella hanya mengangguk dan langsung berjalan keluar rumah menuju sekolah barunya. Dia mengikutikarena dia tidak tahu di mana letak sekolah barunya sekarang.
...
Tiga puluh menit berkendara Rhaella memasuki gerbang tinggi dan mewah sebuah sekolah internasional dengan mengendarai motor sport hitamnya lengkap dengan helm full face nya yang berwarna hitam. Kedatangannya membuat dia menjadi pusat perhatian karena jam masih pagi membuat murid baru berdatangan. Bisik-bisik pun terdengar melihat kedatangannya yang terkesan misterius dengan aura dinginnya.
"Anjir, siapa tuhh! keren parah"
"Iya keren banget anjirrr, tapi mobil yang di tumpangi oleh Daena dari jauh siapa dia kok kek misterius gitu, penasaran gue"
"Itu cewek apa cowok sih gue ngga bisa lihat jelas serba hitam soalnya"
"Gue ngga tahu mungkin cowo dia anak baru kayanya deh"
"Kayanya iya deh, tapi dari penampilannya gue yakin dia pasti cowo ngga sih"
Rhaella turun dari motornya tanpa peduli dengan tatapan dan bisikan dari murid di sekolah barunya karena dia memang terkesan cuek dengan orang sekitar yang tidak ada urusan dengannya.
Dia hanya memaklumi karena selain mereka belum kenal siapa Rhaella, dia juga yakin murid murid di sekolah barunya ini tidak akan sama dengan murid di sekolah lamanya dari kasta saja sudah berbeda. Sekolah lamanya saja hanya sekolah negeri biasa sedangkan sekolah yang di tempati Daena sekaligus sekolah barunya ini merupakan sekolah swasta favorit bertaraf internasional. Sebenarnya seandainya dulu dia mau sekolah di sekolah seperti sekolah barunya ini pun bisa saja, hanya saja Rhaella memang tidak tertarik. Saat semua anak ingin dan berusaha agar bisa sekolah di sekolah seperti ini dia justru lebih memilih sekolah biasa seperti sekolah lamanya.
Rhaella kemudian berjalan masuk ke dalam sekolah setelah mendengar Suara bell tanda masuk jam pelajaran pertama. Rhaella berjalan masuk di koridor sekolah yang sepi karena sejak bell berbunyi semua murid langsung masuk ke dalam kelas masing masing. Rhaella terus berjalan menuju ruang kepala sekolah, dia tidak perlu bertanya di mana letak ruang kepala sekolah karena di sekolah Elit seperti ini sudah ada petunjuk di depan terdapat papan saya pertama kali masuk kita bisa mencari tahu sendiri di mana tujuan kita lewat petunjuk tersebut.
Tok
Tok
Tok
"Masuk" jawab dari dalam ruangan yang bertuliskan ruang kepala sekolah. Setelah mendengar jawaban dari dalam Rhaella kemudian masuk. Di sana dia melihat seorang pria paruh baya sedang duduk di kursi seberang meja kerjanya.
" Permisi" ucap Rhaella pertama kali saat masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah datar dan tatapan tajam dan jangan lupakan aura dinginnya itu yang membuat orang lain merasa segan.
"Silahkan duduk" suruh sang kepala sekolah Dan Rhaella langsung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan kepala sekolah.
"Kamu yang bernama Rhaella?" kan tanya kepala sekolah tersebut.
"Iya" jawab singkat Rhaella "Baik, Kamu masuk di kelas 12 IPA 1 yah dan ini seragam barunya" kepala sekolah memberitahukan di mana kelasnya. Lalu menyerahkan sebuah seragam khusus sekolah itu.
"Hmm terima kasih" setelah tahu kelasnya dan mengambil seragam itu Rhaella kemudian langsung berdiri dan keluar dari ruangan itu tanpa basa basi atau sekedar ucapan terima kasih. Sedangkan sang kepala sekolah hanya diam melihat kelakuan murid barunya itu, dia pun tidak ingin menegur karena sejujurnya aura dan tatapan murid barunya itu mampu membuat dia merasa terintimidasi.
"Kenapa auranya sangat dingin seperti seseorang" ucap sang kepala sekolah pada dirinya sendiri.
...
Rhaella kini sedang berjalan menyusuri koridor yang Dia lewati sebelumnya tujuan untuk melihat petunjuk di mana letak kelasnya, Setelah melihat petunjuknya, ternyata kelasnya berada di lantai tiga dia kemudian pergi mencari tahu di mana kelasnya. Lalu dia berjalan menyusuri koridor yang sepi jalur yang berbeda dari jalur koridor yang ia lewati sebelumnya saat ke ruang kepala sekolah.
Setelah berjalan beberapa menit terlihat di sebelah kanannya ada lift dan di sebelah kiri lift ada tangga untuk menuju ke lantai atas. Jika kalian berfikir Rhaella akan menaiki lift. Jawabannya salah, di malah memilih menaiki tangga dari pada lift yang padahal mempermudahkan dia segera berada di lantai tiga.
Kurang lebih 10 menit Rhaella sampai di lantai tiga tanpa lelah atau nafas yang memburu. Menyusuri tangga sampai ke lantai tiga tidak ada apa-apanya bagi Rhaella karena dia memiliki fisik yang kuat. Setelah berada di lantai tiga dia kemudian mencari toilet untuk mengganti pakaiannya dengan seragam baru sekolahnya, setelah menemukannya dia masuk dan menggantinya kemudian keluar dan mencari kelasnya. Dia pun menemukan kelasnya yang ia cari sebelum itu dia memasukkan earphonenya ke dalam tasnya karena sejak tadi dia menyumpal telinganya dengan earphone agar membuatnya tidak jenuh saat menaiki tangga.