NovelToon NovelToon
Menantu Yang Disembunyikan

Menantu Yang Disembunyikan

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:780.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Dewi Risnawati

Lima tahun menikah belum diberikan keturunan. Namun tak membuat kadar cinta Pria yang bernama Abian Rahardian itu berkurang pada istrinya.

Suatu hari Abi diminta oleh orangtuanya untuk datang, maka disela kesibukan ia menyempatkan diri untuk memenuhi permintaan orangtuanya. Sedikit penasaran, ada hal penting apa yang ingin mereka bicarakan.

"Tidak, Ma! Aku tidak bisa menduakan Diana, tolong Ma, jangan membuat hubungan aku dan Diana hancur. Kami bahagia, anak itu hanya masalah waktu saja, aku yakin suatu saat nanti Diana pasti bisa Hamil," ujar Pria itu meyakinkan sang Mama.

Tak mempunyai pilihan lain selain mengikuti kemauan kedua orangtuanya yang menginginkan kehadiran seorang cucu. Apalagi kondisi Mama yang sedang sakit membuat Abi tak bisa menolak.

"Dengar! Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena Ibuku!" Abian Rahardian.

"Tenang saja, Tuan, Tujuan kita sama. Aku menerima tawaran ini juga karena Ibuku!" Sharena Husman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Sha tak menanggapi lagi, ia segera duduk di kursinya dan melanjutkan kembali pekerjaan yang tadi sempat tertunda. Abi masih menatap dengan cara curi-curi.

Sore setelah meeting, Sha dan Abi kembali ke kantor, wanita itu turun dari mobil atasannya berjalan dengan tergesa menuju parkiran untuk mengambil sepeda motornya, karena hari ini adalah jadwal kontrol ibunya.

Abi kembali masuk kedalam ruangannya untuk mengambil beberapa berkas penting, dan segera beranjak meninggalkan ruangan. Ia segera pulang ke kediamannya.

Setibanya dirumah Sha segera membawa Ibu ke RS. Alhamdulillah semakin hari kondisi Ibu semakin baik. Terlihat Ibu dan anak itu mengukir senyum lega.

"Alhamdulillah, semoga kedepannya ibu semakin sehat ya," ucap Sha mendo'akan yang terbaik untuk sang ibu.

"Aamiin, terimakasih untuk segala waktu dan jerih payah kamu yang telah merawat dan membiayai ibu, maaf jika ibu banyak merepotkan kamu, Nak," balas ibu menatap sedih pada putrinya yang begitu keukuh berjuang demi kesembuhannya.

"Ibu jangan bicara seperti itu,apa yang aku lakukan adalah kewajibanku. Aku dan Aldo hanya ingin ibu tetap sehat agar selalu bisa membersamai kami."

Sha memeluk tubuh ringkih yang sudah mulai tampak sedikit berisi. Berharap malaikat tak bersayapnya itu tetap sehat, masih banyak harapan dan cita-cita yang belum terwujud, yaitu yang utama adalah membahagiakan Ibu.

Abi pulang lebih cepat dari yang biasanya, karena hari ini jadwalnya tidak terlalu padat, jadi ia bisa lebih sedikit santai.

Pria itu menyerukan salam, namun tak ada yang menyahut, ia segera masuk menuju kamar, ruangan itu juga terlihat sepi tak ada penghuni. Kemana Diana?

"Bik! Bik!" Panggil Abi pada Art.

"Ya, Tuan!" ujar wanita itu menghampiri majikannya dengan langkah sedikit tergesa-gesa.

"Kok, sepi? Diana kemana Bik?" tanya Abi menanyakan keberadaan sang istri.

"Nona Diana tadi pergi dijemput dengan temannya, Tuan," jawab Bibik jujur sekali.

Abi segera merogoh kantong celananya mengambil ponsel, lalu mendial nomor Diana.

"Dimana kamu, Di?" tanya Abi saat sambungan dijawab.

"Aku lagi dirumah teman, Mas."

"Teman kamu yang mana?"

"Di ru-rumah Winda," jawab wanita itu sedikit gugup.

"Pulang sekarang, atau aku yang jemput."

"Ah, ti-tidak perlu, Mas. Aku akan pulang sekarang," tolak wanita itu segera.

Abi hanya menghela nafas dalam, apakah seperti ini setiap hari kelakuan wanita itu saat dirinya sedang tak diruamah? Ah, entahlah. Abi tak ingin memikirkan hal yang bukan-bukan tentang istrinya.

Pria dewasa itu segera membuka pakaiannya, melempar keseimbangan tempat, ada rasa tak nyaman dengan keadaan ini, tapi entah apa ia tidak tahu.

Abi segera masuk kedalam kamar mandi, berendam cukup lama untuk menyegarkan pikirannya. Lumayan berendam dengan wangi yang menyegarkan pikiran, sedikit memperbaiki moodnya.

"Sayang, kamu pulang cepat kok nggak ngabarin aku?" ucap Diana menyambut Pria itu saat keluar dari kamar mandi.

"Darimana kamu?" tanya Abi sembari mengenakan pakaian ganti yang telah tersedia diatas ranjang.

"Itu, aku pergi kerumah teman, Mas. Aku kira kamu pulang seperti biasanya."

"Jadi biasanya kamu sering pergi tanpa izin dariku seperti ini?" tanya Abi dengan nada dingin mengintrogasi.

"Ti-tidak Mas. Ih, kamu kok mikirnya begitu, ya baru kali ini saja," jawab Diana sedikit gugup.

Abi tak menanggapi lagi, Pria itu sibuk dengan mematut diri didepan cermin. Diana tampak berdiam diri di belakangnya.

"Besok kita mulai program hamil," ucap Abi memutar tubuhnya menghadap pada Diana yang masih berdiam diri.

"Program hamil?" tanya Diana sedikit terkejut.

"Iya, aku ingin kita segera mempunyai anak. Aku rasa sudah lima tahun bukanlah hal yang wajar untuk menunggu tanpa kita ikhtiar," jelasnya pada sang istri.

"Tapi bukankah dulu kita sudah pernah menjalaninya, tapi hasilnya tetap saja tak ada," jawab Diana seperti enggan untuk mengulang usaha yang pernah mereka jalani.

"Ya, kita harus usaha lebih keras lagi. Kita bisa mencari Dokter yang terbaik, aku tidak peduli meskipun harus diluar negri sekalian," jawab Abi tak mau dibantah.

"Ya terserah kamu sajalah." Wanita itu segera masuk kamar mandi. Sepertinya ucapan suaminya bersungguh-sungguh.

Sementara itu di kediaman Wibowo, pasangan suami istri itu sedang membahas sesuatu yang mungkin saja tak akan diterima oleh sang Putra. Papa Ikhsan menceritakan bagaimana sikap Diana saat bertemu dengannya dikantor beberapa hari yang lalu.

"Apakah kamu yakin, Mas, bahwa Sha mau menerima permintaan kita ini?" tanya Mama Nia pada suaminya.

"Papa rasa Sha mau, Ma. Karena Papa sangat tahu bagaimana sikap gadis itu."

"Bagaimana jika dia tidak mau, Mas?"

"Tenanglah, kita akan bicara padanya."

"Baiklah, besok pulang kantor suruh Abi dan Sha datang kesini."

Sore ini Sha dan Abi sama-sama keluar dari kantor, Abi sudah ada janji dengan Dokter kandungan untuk konsultasi bersama Diana. Sha membiarkan Pria pemarah itu berjalan terlebih dahulu, dia tak ingin satu lift dengannya.

Saat Abi sudah masuk, Sha memperlambat langkahnya agar atasannya lenyap dari pandangannya dibawa oleh lift ke lantai dasar. Namun pintu lift itu masih terbuka karena tangan Pria itu masih menekan tombol buka.

"Hei, cepat sedikit jalan kamu itu. Kenapa lamban sekali seperti keong!" serunya menatap malas.

Sha segera mempercepat langkahnya. Dalam hati kesal sekali mendengar dirinya disamakan oleh keong. Dasar Boss tak berakhlak.

Abi menekan lantai satu setelah meyakinkan bahwa sekertarisnya berdiri dengan nyaman disampingnya. Suara vibrasi ponselnya mengusik lamunan kedua insan itu. Abi segera menerima panggilan dari sang Papa.

"Ya, Pa."

"Kamu dimana sekarang?"

"Aku masih di kantor mau pulang," jawab Abi jujur.

"Mana Sha?" tanya Papa.

"Ini bersamaku."

"Kebetulan, Papa tunggu kamu dan Sha dirumah."

"Ada apa, Pa? Aku sedang sibuk. Aku ada janji bersama Diana," tolak Abi.

"Jangan membantah, Abi, ada hal penting yang ingin Papa bicarakan padamu dan Sha. Pokoknya datang sekarang juga, jangan membantah!" Pria baya itu telah memutuskan sambungan teleponnya.

Abi mengusap wajahnya gusar, apalagi yang ingin dibicarakan oleh Papanya. Kenapa harus membawa Sha? Apa yang sedang mereka rencanakan. Pria itu menatap wanita yang ada disampingnya.

"Ikut denganku!" titah Pria itu saat sudah memasuki area basement kantor untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing.

"Ikut Bapak? Kemana?" tanya Sha tak mengerti.

"Kerumah orangtuaku," jawabnya dingin masih mendahului Sha.

"Ada apa saya harus ikut kesana, Pak?" tanya gadis itu kembali, ia berusaha melebarkan langkah mensejajarkan dengan Abi.

"Mana aku tahu, sudahlah, jangan banyak bertanya. Nanti saja kamu tanya sendiri dengan yang bersangkutan," jawabnya cuek.

Sha hanya menghela nafas dalam, ada apa Pak Ikhsan dan Bu Nia memintanya untuk datang dengan Pria ini. Rasanya malas sekali harus satu mobil dengannya, jika bukan masalah urusan pekerjaan.

Sha masih diam ditempat, ia masih enggan ikut dengan Pria itu. Lebih baik dia menggunakan motor saja untuk sampai dikediaman Pak Ikhsan.

"Hei, kenapa masih berdiri disana? Ayo masuklah! Aku tidak punya waktu untuk menungguimu!" tukasnya begitu bingar.

"Ah, baiklah." Akhirnya wanita itu mengalah. Demi Pak Ikhsan dan Bu Rania. Harus sabar berhadapan dengan anaknya yang super arogan ini.

Bersambung....

Happy reading 🥰

1
Irni Yusnita
bagus ceritanya 👍
dd'arhie
Luar biasa, bagus alur ceritanya gampang di mengerti...
Langit Jingga
jijay bgtt dahhh itu si Diana zina sama akik" selama 3 thun kasian kmu abi
Sweet Girl
Sejak hari ini i
Sweet Girl
Tanyakan aja Bi... jangan terus aja percaya sama Diana...
Sweet Girl
Jarno ae Sha...
Sweet Girl
Pinter Papa... jangan Sampek deh Pa... percaya Diana.
Sweet Girl
What this
degil...?
Sweet Girl
Akhirnya Abi banyak belajar sama Diana.
pandai berbohong.
Sweet Girl
Cemburu juga kali Sha...???
cuma belum menyadari...
Sweet Girl
Ndak bo'ong tuuuu???
Sweet Girl
Maksudnya, Abi sudah tau... kelakuan buruk suaminya?
memaafkan, terus sekarang di ulang lagi.
Sweet Girl
Lagi cencitip
Sweet Girl
❓❓❓❓❓
Sweet Girl
Naaaa akhirnya, ada yg tau aslinya Diana.
Sweet Girl
Yakin Ndak cinta...???
Sweet Girl
Ndak ada keberatan tu Din...
Sweet Girl
Istri tak berakhlak udah tauuu suami baru pulang, kasih minum dulu kek...
Sweet Girl
Lhaaa kamu Khan masih punya Wali Sha...
mana boleh pakek Wali Hakim?
Sweet Girl
Terus klo kamu hamil, bakal bikin drama apa kamu ke keluarga mu...???
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!