Menantu Yang Disembunyikan
Disebuah rumah sakit swasta, seorang wanita cantik yang menggunakan hijab sedang bersedih hati duduk seorang diri di depan ruang operasi. Gadis itu masih menangis terisak-isak.
"Sabar, Nak," ucap seseorang.
Sharena menoleh untuk melihat siapa orang yang duduk disampingnya. Sosok lelaki baya, terlihat dari penampilannya orang senang. Dari bicaranya juga sangat lembut dan sopan.
Lelaki itu mengukir senyum lembut, tatapannya yang teduh membuat hati Sharena sedikit lebih tenang. Ia mencoba membalas senyuman itu.
"Terimakasih, Pak," jawabnya sembari menyusut air mata yang sedari tadi masih setia jatuh.
"Boleh Bapak tahu siapa yang berada didalam ruangan itu?" tanya sang Bapak menatap iba, ia tahu bahwa gadis itu sedang berduka lara.
"I-ibu saya, Pak," jawab Sharen datar.
"Operasi apa?" tanya Pria itu kembali.
"Jantung, Pak. Pasang ring," jawab Sharen jujur. Sebenarnya ia enggan untuk terlalu banyak bicara dalam keadaan genting seperti ini, tetapi rasa tak sopan bila mengabaikan pertanyaan Pria baya itu.
"Oh, semoga Allah beri kelancaran ya. Kamu harus sabar dan kuat. Bapak juga sedang menunggui istri Bapak yang sedang dirawat juga di RS ini," jelasnya.
"Ah, Ibu sakit apa, Pak?" tanya Sha merespon ucapan Bapak itu.
"Hipertensi, jadi harus dirawat."
"Semoga Ibu lekas sembuh ya, Pak," Do'a wanita itu dengan tulus.
"Aamiin, Terimakasih ya. Kalau begitu Bapak balik dulu, kamu harus tegar. Jika ada kesempatan mainlah ke ruang rawat Ibu yang ada di Tulip 3." Pria itu menyebutkan ruang rawat istrinya.
"Baiklah, insya Allah. Sekali lagi terimakasih atas Do'anya, Pak."
"Ya, sama-sama. Oya, Bapak boleh tahu siapa nama kamu?" tanya Pria itu sebelum beranjak.
"Nama saya Sharena Husman, Pak."
"Ya, ya. Nama yang bagus. Nama saya, Ikhsan Wibowo," ujar Pria baya itu memperkenalkan namanya.
Sharena hanya mengangguk paham, dan mengukir senyum tipis pada lelaki yang bernama Ikhsan itu.
Dengan hati resah gelisah wanita itu menantikan pintu ruangan terbuka. Hatinya dilanda rasa cemas saat pikiran buruk menghantuinya, bagaimana jika nyawa Ibu tak bisa diselamatkan? Ha, tidak. Ia tidak boleh cengeng, harus kuat seperti yang dikatakan Pak Ikhsan.
Cukup lama wanita itu menanti kabar dari Dokter yang sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa sang ibu. Selang beberapa menit pintu ruangan itu terbuka.
Sharena segera bangkit dari tempat duduknya, dan menyongsong Dokter yang baru saja berada di depan pintu.
"Dok, bagaimana keadaan Ibu saya? Apakah operasinya berjalan lancar?" tanya Sha tak sabar.
"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, tiga puluh menit lagi Ibu anda akan dipindahkan ke ruang rawat," jelas sang Dokter tersenyum dengan nafas lega.
"Alhamdulillah ya Allah, terimakasih, Dok," ucap gadis itu tersenyum bahagia sembari menangkup kedua telapak tangannya mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada tenaga medis itu.
"Ya, sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu."
"Ya, mari, Dok."
Sore ini Ibu sudah menempati ruang rawat inap yang berada di lantai dua. Ruangan cempaka 2 berhadapan dengan Tulip 3. Sha izin pada Ibu ingin membeli sesuatu untuk mengisi perutnya yang sedari tadi belum terisi apa-apa.
Gadis yang berumur dua puluh empat tahun itu keluar dari ruangan, seketika langkah kakinya terhenti saat berpapasan dengan Pria baya yang tadi siang membawanya ngobrol. Ia menatap kamar yang ada dihadapannya.
Ternyata kamar ibunya dan kamar istri si Bapak berhadapan. Namun beda kelas. Kamar itu terpampang ruangan VIP.
"Sharena, kamu disini?" tanya Pak Ikhsan.
"Ah, iya Pak. Ibu saya dirawat disini," jawabnya jujur.
"Oya, bagaimana operasinya, apakah lancar?"
"Alhamdulillah lancar, Pak."
"Alhamdulillah, syukurlah. Bapak ikut senang mendengarnya. Kamu mau kemana?" tanya Pak Ikhsan yang tampak begitu ramah pada gadis itu.
"Mau ke kantin sebentar, Pak. Apakah Ibu dirawat disini?" tanya Sha ingin tahu juga keadaan istri Pria baya itu.
"Ya, diruangan itu. Apakah kamu ingin menjenguk kedalam?"
"Ah, ba-baiklah." Sha tak bisa menolak. Tak ada salahnya saling memberi Do'a dan support sesama pasien.
Pak Ikhsan membawa Sharena masuk kedalam kamar rawat sang istri. Terlihat seorang wanita yang di perkirakan berumur kurang lebih dari lima puluh tahun, wanita itu menatap kedatangan Sha dengan senyum.
"Selamat sore, Ibu. Bagaimana keadaan Ibu?" tanya Sharena dengan lembut.
"Sore, Nak. Alhamdulillah sudah mulai membaik. Cantik sekali kamu, tadi suami saya cerita tentang kamu. Oya, bagaimana keadaan Ibu kamu?" tanya wanita itu menyambut dengan ramah.
"Alhamdulillah, operasinya berjalan lancar, Bu, sekarang sudah berada di kamar rawat. Kebetulan kamarnya berhadapan dengan kamar, Ibu. Jadi saya mampir sebentar," jelas Sha sembari mengukir senyum, hingga menampakkan lobang yang ada di pipi menambah kadar kecantikannya.
"Terimakasih ya, kamu sudah menyempatkan diri untuk menjenguk Ibu," ucap sang Ibu begitu senang atas kehadiran wanita cantik itu.
"Iya sama-sama, Bu, semoga ibu cepat pulih ya. Kalau begitu saya pamit mau kebawah sebentar," ucapnya pamit undur.
"Baiklah, sering-sering kesini ya, nanti Ibu sempatin jenguk Ibu kamu," balas wanita baya itu.
Sha sedikit sungkan dengan sikap baik dan perhatian dari pasangan yang sudah tak lagi muda itu.
"Baik, Bu." Sharena segera beranjak dari ruangan itu, dan segera menuju lift untuk sampai ke lantai satu.
Gadis itu segera menuju kantin, memesan makanan dengan dibungkus saja, ia akan makan di kamar rawat saja, jaga-jaga bila nanti sang Ibu membutuhkan bantuannya.
Sha masuk kedalam ruang rawat dengan menenteng kantong plastik yang berisi makanan, meletakkan diatas nakas dan terlebih dahulu menghampiri ibunya.
"Ibu mau sesuatu?" tanyanya sembari memperbaiki kain tebal penutup tubuh malaikat tak bersayapnya itu.
"Tidak, Nak. Apakah kamu sudah makan?" tanya Ibu lirih, menatap wajah cantik sang Putri, tampak dimatanya masih tersimpan kesedihan.
"Belum, itu makanannya aku bawa kesini. Kalau begitu aku makan dulu ya, Bu."
"Ya, makanlah."
Sharena segera menyantap makanannya hingga tandas, kini kampung tengahnya sudah lebih aman karena sudah terisi. Sharena rehat sejenak meluruskan kakinya yang cukup pegal.
Pagi ini perempuan itu diminta untuk melunasi biaya operasi ibunya ke kasir RS. Sebab sudah peraturan RS harus melunasi terlebih dahulu, baru dimulai penghitungan baru biaya rawat inap untuk selanjutnya.
Sha mendatangi kasir untuk melunasi, seketika Gadis itu tercengang saat melihat totalnya. Kenapa semahal itu? Uang dari mana ia dapatkan. Sha masih terdiam sepi menatap angka nominal yang tertera di kwitansi pembayaran RS.
"Bagaimana, Ibu?" tanya petugas kasir.
"Ah, maaf, Buk, kenapa sebesar ini ya?" tanya Sha meminta penjelasan, karena ia memang belum pernah menghadapi hal seperti ini sebelumnya.
"Memang segitu, Bu. Bahkan RS kami sudah memberi kelonggaran. Pasien harus ditangani terlebih dahulu, kalau RS yang lain harus melunasi terlebih dahulu baru dilakukan tindakan," jelas pegawai itu.
Sha hanya mengangguk paham. Ya, saat ibunya kritis memang segera mendapatkan penanganan dan tindakan. Maka dari itu ia tidak tahu biaya yang harus ia lunasi.
Bersambung.....
NB. Jangan lupa mampir ya, dan tinggalkan jejak sayang kalian agar Author semangat Update. Oya, apakah ada disini yang tahu dengan Bapak ikhsan Wibowo 😊
Happy reading 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Sweet Girl
Orang kaya maksudnya ya Tor ...?
2024-02-22
0
🔮S⃟M༽༽༽༽༼.BLUEPINKL123💟🌸✅
gimana ya 🤔
2024-02-11
1
Zafira
kayaknya bagus nih ceritanya
2024-02-07
0