.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Setelah itu seperti biasa, pagi itu aku menyiapkan sarapan untuk keluargaku, perutku masih biasa saja, tidak ada gejala akan melahirkan. Setelah selesai menyiapkan sarapan, aku rebahan tapi tumben tidak bisa tidur siang, biasanya aku rutin tidur siang.
Aku beraktifitas seperti biasa, sampai menjelang malam, sekitar pukul 18.00 WIB. Tiba-tiba aku merasa lapar, aku ingat terakhir makan tadi pagi. Kemudian aku mengatakan kepada suamiku.
"Mas, aku lapar pengin Bakso yang pentolnya besar," ujarku kepada suamiku.
"Dimana ya, Dik" tanya suamiku.
"Di perempatan ada, Mas," kataku.
"Iya, tunggu, Dik," ujar suamiku.
Kemudian suamiku keluar untuk membelikan aku bakso. Kurang lebih 15 menit suamiku datang membawakan aku sebungkus bakso dengan pentol yang sangat besar.
"Ini, Dik, Baksonya," ucap suamiku sambil menyodorkan Bakso.
"Kamu nggak beli, Mas?" tanyaku karena suamiku membawa sebungkus Bakso saja.
"Aku kenyang, Dik," kata suamiku.
"Beli di mana, Mas?" tanyaku.
"Di dekat terminal, Dik," jawab suamiku.
"Pantesan lama," ujarku sambil membuka bungkus Bakso.
"Di perempatan tutup," kata suamiku.
"Terima kasih ya, Mas," ujarku sambil melahap pentol Bakso.
"Iya, Dik" kata suamiku.
Aku makan Bakso yang di belikan suamiku dengan lahapnya, karena memang aku sangat lapar, mungkin juga karena ini bawaan bayi di dalam perutku.
Bakso merupakan salah satu makanan favoritku, apalagi di tambah kuah yang pedas, kenikmatan tiada tara membuatku menjadi penggemar setia Bakso.
Saat jam menunjukkan pukul 21.00 malam, aku bersiap untuk tidur. Tapi perut tidak enak, aku bolak-balik ke toilet, aku buang air kecil dan besar, terus begitu sampai tengah malam.
Jam 23.00, aku coba tidur tapi tidak bisa, hanya 15 menit lalu bangun lagi untuk ke toilet.
Aku tidak tahu kalau ini adalah kontraksi. Sampai jam 03.00 Pagi, aku tidak bisa tidur, aku sampai merangkak setelah dari toilet, karena saking lemes nya.
Saat itu semuanya sudah tidur termasuk suamiku. Lalu aku membangunkan suamiku.
"Mas...mas...," panggilku sambil menggoyang-goyangkan badannya.
"Iya, Dik," jawab suamiku dalam keadaan setengah sadar.
"Mas, aku sakit perut," ujarku.
Mendengar aku sakit perut, seketika suamiku beranjak dari tempat tidur.
"Sakit perut kenapa, terlalu pedas kamu Baksonya?" kata suamiku.
"Bukan, Mas, sepertinya aku mau lahiran," ucapku lirih.
"Iya, Kah?" Suamiku kaget mendengar kalau aku akan lahiran.
"Tunggu, Dik, aku mau bangunkan Ayah sama Ibu," ujar suamiku sembari.keluar dari kamar menuju kamar mertuaku.
kemudian suamiku membangunkan kedua mertuaku.
"Bu...., Ayah," Panggil suamiku.
Tok...tok...tok...
Suamiku mengetuk pintu kamar mertuaku.
Kemudian ibu dan ayah membuka pintu kamarnya.
"Ada apa, Nak?" tanya ibu mertuaku.
"Tuti, sakit perut sepertinya mau melahirkan, Bu," ujar suamiku.
"Dimana Tuti?" tanya ibu,
"Di kamar, Bu," jawab suamiku.
Kemudian Ibu dan ayah masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaanku.
"Sudah sakit perut, Nak?" tanya ibu mertuaku seraya tangannya memegang perutku.
"Iya, Bu, mules, sakit sekali," jawabku lirih karena menahan rasa sakit.
"Ayo cepat bawa ke rumah sakit," kata ibu mertuaku.
Aku pun bersiap-siap, ganti baju dan memakai pembalut agar cairan ketuban tidak merembes. Perlengkapan bayi sudah aku siapkan jauh-jauh hari di dalam tas.
Sambil menunggu suami dan kedua mertuaku, aku sempatkan untuk makan yang banyak agar bertenaga saat proses lahiran.