KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"Ini gawat bro. Kita-kita bakalan diincar sama mereka dalam waktu cepat. Gimana ini?" Panik Revan, jantung nya berdegup kencang. ia menghela nafas berulang kali. tak bisa lagi berpikir jernih disaat-saat genting seperti ini.
"Untung nggak ada yang curiga sama kita dari tadi. Padahal kita diem terus loh, tapi tatapan-tatapan mereka serem banget men. Bikin keringet dingin, gue takut banget sama kondisi ini. apalagi gue, Lo berdua sama arhan terjerat dalam hal ini. Terlebih Arthur dan pasukannya yang nangkep mereka dan gue yang bagian ekseskusinya. Astaga, kalo kebongkar? Habislah kita semua." Cerocos lucky berbisik, tegang.
"Untung rekaman tadi disabotase. Ada bagusnya juga. Makasih ya tuhan." Ucap Revan sedikit lega.
"Kita harus bertindak cepat." Kata Leon, menghempaskan rasa tegangnya dulu.
"Gimana caranya le? Sistem perusahaan kita aja gak bisa ngakses apapun. Akses kita dilevel bekukan. Dan mereka pasti punya mata-mata disekitar kita. Ini masalah utamanya yang bisa mengakibatkan kecurigaan dari pihak sana." Kata Revan.
"Tidak ada yang curiga sama kita, karena Arhan sudah meninggal. Dan mereka pasti berpikir, bukan kita pelakunya. Karena kita juga termasuk orang-orang terdekatnya." Balas lucky yakin.
"Justru itu alasan kenapa kita harus lebih hati-hati. Karena kalau sampai mereka gali lebih dalam... kedekatan itu bisa jadi alasan utama untuk mencurigai kita." Ucap Leon membuat Revan dan lucky kelimpungan dengan semua ini, sulit mencari solusi untuk menutupi masalah ini. Salah satu langkah, dampaknya fatal.
Bukannya mereka tidak punya kekuasaan. Mereka punya, namun bingung mengatasi masalah ini karena didera kepanikan, yang membuat pikiran susah mencari-cari solusi paling tepat, banyak pertimbangannya.
"Mereka bahas apa sih sampe segitunya?" Tanya Bella menyaksikan dari kejauhan. Ia penasaran dengan pembahasan mereka.
Kelihatannya panik banget. Duga Bella, memperhatikan gerak-gerik mereka, seolah membaca gerakan bibir dan juga gestur.
Disela-sela ia hendak mengambil kesimpulan. Bahunya ditepuk seseorang dari belakang.
Bella terhenyak. Reflek menoleh kesamping, dan pelakunya livy yang cengar-cengir.
"Ini Bella kan? Bukan bebep gue?" Tanya livy tampak cantik dengan setelan kantor serta rok span pendeknya.
Bella berbalik badan. Di depannya kini berdiri Raka, Kevin, Roy, Aluna, Mala, Rara, dan Sean—semuanya mengenakan setelan kantor yang rapi, elegan, dan terlihat berwibawa.
"Bebep-bebep! Lo kira dia Sabrina? Jelas-jelas dia Bella. Bener gak bel?" Tanya Raka menaik turunkan alisnya.
"Iya, bener! Aku Bella," jawab Bella tersenyum dibalik cadarnya, meski sedikit kaget dengan kemunculan mereka secara tiba-tiba.
"Masyaallah. Kamu cantik banget, bel. Udah cantik, pinter lagi. Saya jadi kagum sama kamu pas tadi." Jawab Raka senyum-senyum sendiri.
Bella tersenyum malu.
"Gak usah goda-godain cewek gue, ka." Lucky tiba-tiba menyeletuk, mereka beralih. Kini lucky berdiri dibelakang Bella.
"Yailah bang! Posesif banget! Jadian aja belum!" Skak Revan. Dia langsung mendekati Raka dan bertos-tosan istimewa, lalu berpose dab-dab kompak dengan eskpresi sumringah.
Mala, Rara, Roy, Bella, livy, Sean, Kevin, Leon dan aluna hanya bisa geleng-geleng kepala sambil terkekeh geli melihat tingkah random dua manusia itu.
"Kepastian aja belum. Tapi ngaku-ngaku. Bener apa bener?" Sindir Revan ngakak.
"Mirip banget kayak orang baru belajar naik motor, tapi udah minta gas dijalan tol!" Timpal Raka cekikikan.
"Atau kayak yang baru belajar masak, tapi langsung nyiapin pesta pernikahan. Aduh dapetin aja belum, gimana nikahin" tambah Revan sambil nge-dab-dab lagi.
"Cuakkksss!" Sahut Raka dan Revan bersorak, keduanya dab-dab kembali.
Semua langsung ketawa, termasuk Bella yang akhirnya bisa lepas sedikit dari kesedihannya. Disindir begitu lucky hanya bisa mendengus, menahan jengahnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Waduh kalian ini duaan terus ya. Tapi kejelasan hubungan enggak ada sedikitpun, sayang." Kata Aluna menggoda putrinya.
Tawa Bella lenyap. "Mih!" Cicit Bella dengan nada manja, tak suka digoda-godain.
"Anak Tante yang satu ini susah banget diajak jalin hubungan. Mungkin harus saya pelet dulu, biar luluh!" Celetuk lucky dengan nada agak ketus.
"Ngucap bang! Ngucap!" Sahut Revan geleng-geleng kepala.
"Jaman gini masih pake pelet? Yailah, Luk! Luk! Pelet mah kagak bakal mempan buat Bella. Iman dia kuat, kokoh, tegak. bisa-bisa peletnya ambruk sebelum ngehunus!" Kata Raka.
Rara tertawa. "Cinta ditolak, dukun bertindak. Kelaz kak lucky!"
"Dia bukan kelaz ra. Tapi somplak. Mana ada dukun bisa bertindak, yang bisa bertindak itu yang maha kuasa!" Ucap Revan bijaksana.
"Tumben bener! Biasanya ngelindur!" Sindir lucky dingin, tak tersinggung.
"Sayang kamu disuruh lucky ya ikut meeting tadi?" Tanya Roy tiba-tiba.
"Nggak pih. Aku mau sendiri," jawab Bella malas membahas lucky si bejat itu.
"Gak boleh bohong, bel. Dosa tau. Om jangan percaya sama Bella. dia masuk keruang meeting tadi karena diajak saya aja. Coba kalo enggak. Pasti disuruh keluar tuh!" Kata lucky santai, sombong sejenak.
"Oh, nggak ikhlas? Makanya Dibahas-bahas terus?" Tanya Bella sinis.
"Perasaan baru ngebahas!" Lucky menggaruk tengkuknya, menggulum senyum.
"Perasaan nggak pernah dibalas. Selalu Excited sendirian!" Celetuk livy menyela.
"Waduh!" Raka dan Revan kembali dab-dab kompak senang menyindir lucky habis-habisan.
'ngapain gue sedih ya? Kenyataannya kan emang gini.' batin lucky terenyuh.
"Lucky sana cari cewek-cewek. Disini kan banyak tuh yang cantik-cantik. Jangan ngedeketin saya terus. Saya nggak suka sama kamu." Ucap Bella tegas, menyentak perasaan lucky.
Pria itu terbungkam seribu bahasa, malu mendapat penolakan secara tiba-tiba didepan orang banyak.
"Sayang nggak boleh gitu." Roy merasa tak enak.
"Aku nggak suka sama dia, pih. Dia orangnya gak sopan. Suka nyentuh-nyentuh aku seenaknya." Adu Bella lirih namun cukup membuat suasana hening.
Roy dan aluna terdiam, memandang lucky dengan perasaan campur aduk. Sementara yang lain menatap lucky dengan sorot mata sulit ditebak.
Lucky hanya bisa menunduk, menatap lantai. sorot matanya kosong. Hatinya berdenyut. Memang benar ia menyentuh, tapi gak seharusnya diumbar didepan orang-orang.
"Astaga bang! Bang! Lu kenapa jadi gini dah! Gak semua cewek suka disentuh-sentuh bang. Terlebih Bella, dia jaga batasan ini itu.... Gak sewajarnya lu ngelakuin itu seenaknya." Tegur Revan spontan, marah dan kecewa dengan abangnya.
"Lu pikir karena lagi pendekatan, lu bisa semaunya? Itu bukan sayang, bang... itu ego. Bella punya hak buat nentuin siapa yang boleh deketin dia, siapa yang boleh nyentuh dia. Dan jelas, dia belum ngasih itu ke lu!"
Lucky masih terpaku di tempat. Sorot matanya kosong, seolah kalimat itu menampar kesadarannya.
"Lu harus belajar hormatin dia dulu sebelum pengen jadi bagian hidup dia. Kalo nggak, jangan harap bisa nyentuh hatinya, apalagi hidupnya." Revan habis-habisan melontarkan kalimat tajam, menyadarkan abangnya.
"Semua orang punya hak ngelarang luk. Dengan cara lu nyentuh Bella itu bukan sekedar kelewatan. Itu sama aja kayak lo ngerendahin dia serendah-rendahnya. Seolah-olah Lo dia nggak punya batasan, nggak punya harga diri, nggak punya kehormatan!" Timpal kevin, menggeleng kecewa.
Bella tersenyum lega. Ternyata ada orang yang masih berpikir seperti itu.
Lucky termenung, hatinya tersayat mendengar penghakiman Revan dan kevin disini.
"Sudah! Sudah! Kalian ini! Gak boleh gitu!" Tegur Roy, tak tega dengan lucky. Bisa ia rasakan betapa sakitnya dipermalukan disini.
Lucky mengangkat kepala, sorot matanya dingin memandang lurus. Tanpa menyala, ia memilih pergi melewati mereka semua yang memandang punggungnya hingga menghilang dibalik tembok.
'rasain kamu lucky. Emangnya enak.' batin Bella. Lumayan, bisa melampiaskan sakit hatinya setelah ditolak Tama tadi pagi. Pikir bella
'kasihan banget kamu, kak lucky!' batin livy iba.
Dikamar mandi.
"Arghhhh!" Lucky menonjok tembok sekencangnya. Menyalurkan kemarahannya tanpa peduli dengan tangannya. Seolah rasa sakit ditangannya tidak sebanding dengan sakit hatinya.
"Gue tau gue salah! Bgst! Tapi gak seharusnya digituin setan. Gue malu! Gue sakit!" Mata lucky memerah, ia mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Emang t4i kalian semua!" Lucky menyumpah serapah, semua kata-kata kebun binatang dan gaul keluar dari mulutnya. Ia mengoceh frustasi membandingkan mereka dengan arhan. Sosok orang paling baik, bijaksana, tidak pernah menghakimi. Disaat seseorang pantas marahi, ia tidak memarahinya. Justru pria ity memikirkan perasaan orang tersebut.
"Gue butuh Lo sekarang, Han. Buat bilang ke gue kalau gue gak seburuk itu. Gue juga cuma manusia biasa yang gak pantes digituin" Lucky meneteskan air mata, rindu dengan laki-laki itu. Ia ingin mengobrol, curhat, dibela dan dirangkul olehnya seperti saat-saat arhan masih ada didunia ini.
Sementara itu.
"Lo berdua ngapain dah negur-negur dia disini? Lo berdua nggak mikirin perasaan dia?" Tanya Raka menahan geram. Meskipun ia sering meroasting, namun ketika melihat lucky ditegur seperti itu ia tampak tak suka, tak tega.
Revan dan Kevin merenung sejenak. "Tapi dia salah, rak."
"Nggak gitu cara negurnya." Raka mengusap wajahnya, antara gemas dan kesal.
"Mbak, kak Sabrina dimana? Kok aku nggak ngeliat dia ya?" Tanya Sean mengalihkan perhatian, mencoba menghempas ketegangan.
"Mbak nggak tau dek." Jawab Bella lembut, memang tidak tahu.
"Sabrina kemana Leon, Revan? Bukannya dia sama Bella kesini?" Tanya Roy serius. Sebelumnya Sabrina meminta izin mengajak Bella kesini lewat pesan.
"Le, Sabrina mana?" Tanya Revan, menoleh.
"Sepertinya sudah pulang sejak tadi, om." Tutur Leon semasuk akalnya.
"Oh. Yasudah. Makasih ya." Roy tersenyum hangat.
Setelah bercengkrama singkat, mereka berpamitan pulang. Roy mengajak Bella pulang, namun Bella menolak sopan, meminta duluan saja. Akhirnya Roy mengiyakan, sebelum pergi Roy, Aluna dan Sean menitip pesan tuk berhati-hati.
Setelah para rombongan pergi. suasana tampak sepi, menyisakan Revan, Leon, Bella yang kini berdiri. Bella izin pamit, hendak melaksanakan sholat Zuhur seorang diri. Keduanya tersenyum ramah dengan satu anggukan, seolah mempersilahkan.
Bella menghilang, tak lama lucky datang menghampiri keduanya. Penampilan lucky terlihat biasa saja, rapih, seperti tadi.
Tak ada yang patut dicurigai. Lucky baik-baik saja, bahkan tersenyum sumringah.
Padahal itu semua hanya kepalsuan untuk menutupi kesedihannya.
Revan ingin meminta maaf, namun gengsi dengannya.
Bagi Revan, lucky juga sering kurang ajar dan dia juga sama. Jadi impaslah, anggap saja ini jokes dibalik olokan. Lagian ia kesal juga sama lucky yang memperlakukan wanita segitunya.
"Lo berdua mau balik?" Tanya lucky basa-basi.
Leon melirik arlojinya. "Masih jam setengah 3, luk. Sisa setengah jam lagi, habis tu baru balik."
Lucky mengganguk pelan, Paham. "Sono kerja! Jangan nggangur disini!" Titahnya bossy.
"Udah selesai kali bang. Jadi sisa nyantai. Nggak ada kerjaan lagi. Hari ini cuman meeting doang!" Kata Revan menghela nafas lega, tersenyum sumringah. Pekerjaan selesai terasa sangat enteng, rasanya plong seperti disurga.
Lucky geleng-geleng kepala. Ketiga orang itu mengobrol-ngobrol singkat. Seolah melupakan masalah yang ditakuti kala tadi.
Mata lucky tak sengaja menangkap Bella. Wanita itu berjalan dengan langkah anggun, namun kepalanya menunduk.
"Mau kemana kamu, bel?" Tanya lucky merentangkan tangannya, menghalangi Bella.
Bella berhenti, mengangkat kepalanya. "Awas sih! Gak usah ngegangguin saya terus." Ia mengibaskan tangannya, mengusir.
"Mau pulang?"
"HM!"
"Saya anter ya!" Pinta lucky.
Bella tak merespon. Ia bergeser dan pergi begitu saja. Lucky melongo, ia langsung menyusul. Leon dan Revan hanya bisa berdecak kesal melihat tingkah lucky barusan.
"Abang Lo pemaksa banget dah, pan!" Muak Leon.
"Mboh! Kek nggak ada cewek lain aja didunia ini!" Lama-kelamaan Revan jengah juga dengan sikap lucky yang tak karuan. Sampai segitunya mengincar wanita, melakukan banyak cara, terlalu berambisi untuk mendapatkannya. Padahal sudah ditolak mentah-mentah, bukan hanya sekali, tapi berulang kali.
'ah! Kadang kasihan! Kadang juga jengkel. Tapi gak masalah. Gue akuin tekad Lo kuat banget, nggak mudah goyah, Gak ada nyerahnya, bang. Semoga Lo bisa ngedapetin Bella dah. Aamiin!' doa Revan dalam hati, penuh ketulusan dan harapan.