"Enam bulan," lirih Diana dengan pelan bahkan terdengar ada rasa takut di nada bicaranya.
Sherly yang mendengar itu benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa, jantungnya terasa ditikam saat mendengar pernyataan dari adik kandung yang rela berselingkuh dengan suaminya sendiri.
Sakit? Bukan saatnya memikirkan rasa sakit ini, dengan tenaga yang masih tersisa, Sherly menatap Rian dengan tatapan kecewa.
"Ceraikan aku, mas!"
"Tidak! Jangan pernah berharap hal itu akan terjadi!"
Apa yang akan dilakukan Sherly saat Rian tidak mau menceraikannya? Apa yang akan terjadi antara Sherly dan Diana? Sanggupkah Sherly menahan rasa sakit ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lujuu Banget, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mall
"Mas, nanti kamu bisa enggak temani aku belanja?" tanya Sherly sebelum Rian berangkat kerja.
Rian diam sejenak, sebenarnya dia sudah berjanji kepada Diana akan menghabiskan waktu berdua dengannya, jadi Rian rasa dia tidak bisa menemani Sherly.
"Enggak bisa ya? Ya udah deh," ujar Sherly membuat Rian segera memeluk wanita itu.
"Kapan-kapan deh, nanti malam aku lembur, jangan ditunggu."
Sherly menganggukan kepalanya dengan pelan, entah kapan Rian ada waktu untuknya.
Karena Rian tidak bisa menemani Sherly belanja, wanita itu mengajak Amelia, awalnya mereka hanya mau ke pasar saja, tetapi anak itu malah merengek ingin ke mall membuat Shery mau tidak mau harus menuruti permintaan Amelia karena memang semenjak Rian sibuk mereka sudah sangat jarang mengajak Amelia jalan-jalan.
"Tapi cuma sebentar!" peringat Sherly yang diangguki oleh Amelia.
Awalnya mereka bahagia saja, mengelilingi mall berdua sambil membeli beberapa barang yang sangat diinginkan oleh Amelia.
Saat mereka tengah asik berjalan, tiba-tiba Amelia berlari ke arah seorang pria dan wanita yang tengah bergandengan tangan seperti suami istri, apalagi mereka tengah berada di sebuah toko perhiasan.
"Ayah!" teriak Amelia.
Tentu saja Rian yang mendengar teriakan yang tidak asing itu segera membalikkan badannya, kedua orang itu berwajah pucat saat melihat Sherly tengah menatap mereka dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, tentu saja Diana segera menjauh dari Rian lalu tersenyu manis seraya memanggil Sherly untuk ke sini.
Sherly menurut, dia melangkahkan kaki ke arah Rian dan Diana, bahkan Rian tengah mengendong Amelia yang sudah berada di dekatnya.
"Kalian kenapa di sini?" tanya Sherly membuat Diana dan Rian tersenyum kaku, mereka seperti pencuri bai yang ditangkap basah, bahkan kedua orang itu berupaya untuk bersikap biasa saja.
"Ini mbak, abang Rian mau membeli perhiasan ini buat mbak, cuma dia enggak tahu mau ngasih yang mana, makanya ngajak aku," jelas Diana seraya berharap Sherly perrcaya dan mau menerima alasannya ini dan tidak memperpanjang masalah.
"Iya, aku tahu selama ini aku jarang ada waktu untuk kamu, makanya aku mau kasih sesuatu ke kamu." Rian ikut menimpali.
Mendengar itu, Sherly kembali menganggukan kepalanya, dia melihat di atas meja ada beberapa kalung, tetapi ada yang salah dengan kalung itu.
Kalung di atas meja idak ada yang menjadi seleranya, karena baik Rian atau Diana tahu jika dia lebih suka dengan barang-barang simpel tetapi elegan, sedangkan yang berada di atas meja sangat berbeda jauh dengan keinginannya, sudah jelas jika semua yang ada di sana selera Diana.
"Jadi, mana kalung buat aku itu?" tanya Sherly seraya menatap Rian dengan tatapan penuh tanda tanya.
Rian segera mengambil kalung asal-asalan yang ada di atas meja, dia lalu memperlihatkan kalung itu kepada Sherly sambil bertanya apakah dia suka.
"Suka, aku suka banget," jawab Sherly dengan hati yang sedikit kecewa.
Padahal mereka sudah lama menikah, Rian juga tahu dia orangnya seperti apa, tetapi kenapa sekarang Ran seperti orang lain? Seperti seseorang yang baru saja mengenal dirinya.
"Makasi ya mas, o ya malam ini kamu ada waktu kan?"
"Tentu aja ada, ayo kita makan siang di sini aja, kebetulan aku belum makan," ucap Rian yang diangguki oleh Sherly.
Saat Rian tengah membayar kalung barusan, Diana seperti terus-menerus menghindari tatapan Sherly seakan ada sesuatu yang dia sembunyikan, dia seakan takut dengan tatapan Sherly padahal Sherly menatapnya dengan tatapan biasa saja.
"Ayo!" ajak Rian yang diikuti oleh Sherly dan Diana karena Amelia masih berada di gendongan Rian.
Jujur saja entah kenapa hati Sherly tidak bisa menerima alasan yang barusan mereka katakan, ada sesuatu yang menganjal di hatinya, tetapi dia masih berupaya menepisnya dengan logika.
Tidak mungkin Rian dan Diana selingkuh, tidak mungkin mereka setega itu kepadanya, lagian Diana dan Fahri akan segera menikah, jadi bisa aja Rian memang mengajak Diana untuk menemaninya membeli kalung ini.
Tetapi kenapa harus bergandengan? Kenapa kalung yang dibeli Rian untuknya seakan bukan untuknya melainkan untuk orang lain?
"Kenapa mas?" tanya Sherly kepada Rian karena dia ketahuan melamun.
"Aku cuma tanya kamu pesan apa?" Rian kembali mengulangi pertanyaannya membuat Sherly menjawab jika pesanannya sama aja dengan Rian, tentu saja Rian hanya menganggukan kepala walau sebenarnya dia tengah khawatir, dia tahu jika Sherly tengah memikirkan sesuatu yang sangat tidak dia inginkan.
Saat tengah menunggu pesanan datang, seorang pria tiba-tiba datang seraya mengucap salam membuat pandangan semuanya teralih ke arah pria tersebut, bahkan Diana yang melihat itu segera tersenyum senang, dia segera meminta Fahri untuk duduk di dekatnya.
Diana sengaja menyuruh Fahri untuk datang agar Sherly tidak curiga kepada dia dan Rian, tentu saja karena kedatangan Fahri, suasana menjadi sedikit mencair, tidak secanggung tadi.
"Tadi abang Rian beli kalung untuk mbak, kamu enggak mau beli sesuatu buat aku?" tanya Diana kepada Fahri membuat pria itu hanya tersenyum tipis, bahkan Sherly yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Selesai ini kita beli," jawab Fahri membuat Diana bersorak gembira, bahkan dia sangat bahagia saat mendengar jawaban Fahri barusan walaupun sebenarnya itu hanya sandiwara.
"Belinya jangan yang mahal-mahal, ingat kalian sudah mau menikah!" peringat Sherly.
"Enggak apa-apa mbak, asal Diana senang," jawab Fahri yang diangguki oleh Sherly.
Pria sebaik Fahri, tidak mungkin Diana masih mau selingkuh darinya? Mungkin semuanya hanya perasaan dirinya saja, melihat Fahri dan Diana saja membuat Sherly menjadi tidak yakin akan pikirannya barusan, di sini terlihat jelas jika mereka saling mencintai.
Saat pesanan datang, Diana mengatakan jika dia telah memesan makanan untuk Fahri, hanya saja dia tidak tahu Fahri suka apa sehingga Diana memesan apa yang menurutnya Fahri suka saja.
"Enggak apa-apa, terima kasih," ucap Fahri yang diangguki oleh Diana dengan perasaan malu.
"Ciee ... yang pipinya memerah," goda Sherly membuat Diana seketika menyentuh pipinya.
"Enggak kok, mana ada," ucap Diana membuat Sherly semakin tertawa, sedangkan Fahri yang melihat itu hanya tersenyum tipis, berbeda dengan Rian yang hanya diam melihat adegan barusan, ada api cemburu yang membakar dirinya, tetapi dia harus sadar jika hubungan mereka saja terlarang, bahkan sangat terlarang.
Diana yang menyadari jika Rian tengah menatap ke arahnya hanya melirik Rian sekilas lalu berhenti tertawa, dia yakin Rian pasti tengah marah kepadanya, tetapi dia bisa buat apa? Ini semua juga tidak termasuk ke dalam rencananya.
"Makan yang banyak," ucap Sherly seraya memberi beberapa makanan kepada Rian membuat pria itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
Sekarang malah Diana yang cemburu melihat itu, dasar kedua orang ini.
...***...
jalang ini dah bunuh org dgn mencelakai HBS it minta maaf dan selesai gK di penjara...anjing GK...y anjing bgt lah....anjingggggggggggg
bangettt