NovelToon NovelToon
Perfect Vs Casual

Perfect Vs Casual

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dosen
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Izzmi yuwandira

Apa jadinya jika impian mu hancur di tangan orang yang paling kamu benci, tapi juga tak bisa kamu hindari?

"Satu tesis gagal, Karena seorang dosen menyebalkan, Semua hidup ku jadi berantakan"

Tapi siapa sangka semuanya bisa jadi awal kisah cinta?

Renatta Zephyra punya rencana hidup yang rapi: lulus kuliah, kerja di perusahaan impian, beli rumah, dan angkat kaki dari rumah tantenya yang lebih mirip ibu tiri. Tapi semua rencana itu ambyar karena satu nama: Zavian Alaric, dosen killer dengan wajah ganteng tapi hati dingin kayak lemari es.

Tesisnya ditolak. Ijazahnya tertunda. Pekerjaannya melayang. Dan yang paling parah... dia harus sering ketemu sama si perfeksionis satu itu.

Tapi hidup memang suka ngelawak. Di balik sikap jutek dan aturan kaku Zavian, ternyata ada hal-hal yang bikin Renatta bertanya-tanya: Mengapa harus dia? Dan kenapa jantungnya mulai berdetak aneh tiap kali mereka bertengkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 27

Di dalam mobil, Renatta duduk di kursi penumpang sambil menatap jendela. Wajahnya masih menyisakan raut bingung, meski ia berusaha tersenyum. Bastian meliriknya sesekali sambil menyetir.

“Kamu capek ya? Dari tadi diem terus.”

Renatta menoleh cepat dan tersenyum kecil.

“Nggak kok. Cuma lagi mikir aja.”

“Mikirin apa? Atau... siapa?”

Nada suaranya bercanda tapi ada rasa ingin tahu yang tersembunyi.

Renatta tertawa kecil, menutupi canggung.

“Nggak siapa-siapa. Tugas kuliah aja… Banyak banget”

Bastian mengangguk, tak ingin memaksa. Ia kemudian memutar musik pelan, lalu mengganti topik.

“Oh iya Ren, aku dapet undangan dinner dari salah satu klien hari Sabtu. Tempatnya fancy banget. Aku pengen kamu yang nemenin aku”

Renatta terkejut.

“Hah? Aku? Emangnya boleh?”

Bastian menoleh sebentar sambil tersenyum lembut.

“Boleh banget lah... Kamu kan pacar aku. Kenapa nggak?”

Renatta tersipu malu, namun tetap ada rasa tak tenang di dadanya. Ia menatap ke luar jendela, memikirkan Zavian yang dingin dan tidak hadir hari ini.

“Kamu tau nggak? Aku seneng bisa jemput kamu hari ini. Rasanya... lengkap aja.”

Renatta menatap Bastian dengan lembut.

“Makasih ya… Kamu baik banget sama aku…”

Bastian hanya tersenyum lalu mengacak pelan rambut Renatta, membuat Renatta tertawa kecil. Mobil pun melaju menuju café pinggir kota yang cozy dan tenang.

Setibanya di café, suasananya tenang dan hangat. Mereka duduk di balkon lantai dua, menikmati sore dengan pemandangan langit jingga.

Bastian menyodorkan minuman ke Renatta.

“Coba yang ini, kamu pernah bilang pengen coba rasa matcha kan?”

Renatta tersenyum lebar

“Kamu inget…”

“Hal kecil tentang kamu selalu aku inget.”

Renatta terdiam, hatinya hangat... namun pikirannya masih melayang-layang, menolak diam. Ada yang belum selesai di hatinya, meski senja ini begitu indah.

Renatta menatap Bastian dengan lembut

“Makasih… Kamu baik banget…”

Bastian tersenyum, matanya tetap ke jalan

“Bukan baik, tapi sayang. Aku sayang kamu, Ren.”

Renatta terdiam sesaat. Ucapan itu terasa hangat, dan dia tahu Bastian memang selalu tulus. Tapi… entah kenapa hatinya masih terasa sedikit kosong.

Renatta memaksakan senyum kecil.

“Aku juga seneng bisa jalan sama kamu. Kamu udah nyempetin waktunya padahal sibuk banget.”

Bastian menoleh sebentar, lalu tersenyum.

“Aku selalu bisa nyempetin waktu buat kamu. Kamu tuh prioritas nya aku"

Renatta mengangguk kemudian memperhatikan sekeliling tempat.

“Wah… bagus banget tempatnya. Kamu nemu ini dari mana?”

“Tempat ini masih belum banyak yang tahu. Aku tuh pengen ajak kamu ke sini duluan sebelum rame.”

Bastian menatap Renatta dalam-dalam

“Biar semua yang spesial bisa kamu rasain duluan.”

Renatta terdiam lagi. Ada desir di dadanya, tapi juga pertanyaan yang belum bisa ia jawab.

“Kamu itu terlalu sempurna deh.” ucap Renatta.

Bastian tertawa kecil.

“Nggak. Tapi aku pengen jadi seseorang yang bisa bikin kamu bahagia. Itu aja.”

Renatta menatap mata Bastian dalam-dalam, lalu mengangguk pelan. Tapi dalam hatinya, ia bertanya pelan…

Please deh Renatta... Lo itu lagi sama Bastian, ini tuh momen yang langka. Lo bisa pergi ngedate romantis kaya gini... stop mikirin Zavian. Dia nggak penting...

Suasana Cafe semakin syahdu. Matahari mulai turun perlahan, menciptakan pantulan jingga. Meja mereka dihias lilin kecil dan bunga mawar putih. Bastian menyuapi Renatta potongan kecil dessert dengan senyum manis.

“Nih… yang manis buat yang paling manis.”

Renatta tersenyum, malu-malu.

“Hahaha… gombal banget kamu, Bas.”

Bastian menatap Renatta dalam-dalam.

“Ah iya Aku mau ngomong serius. Aku… pengen ngomong sesuatu, Ren…”

Renatta menatap Bastian dengan tatapan penasaran. Tapi belum sempat Bastian melanjutkan, tiba-tiba bayangan wajah seorang pria tua hadir dalam benaknya wajah kakek Zavian. Wajah ramah, hangat, dan tubuh ringkih yang selalu menyambutnya dengan senyuman lembut.

Renatta terbelalak.

“Oh Tuhan…”

Dengan cepat, Renatta bangkit dari tempat duduknya. Kursi sedikit terseret ke belakang, membuat suara yang cukup menarik perhatian.

Bastian terkejut.

“Ren? Ada apa? Kamu kenapa?”

Renatta gugup, panik.

“Aku harus pergi… maaf… aku harus ke rumah sakit…”

Bastian semakin bingung, berdiri mengikuti.

“Ren, tunggu, aku antar aja ya! Kamu gak bisa pergi sendiri—”

Renatta menggeleng cepat.

“Enggak, Bas. Aku… aku harus pergi sekarang.”

Lalu berbalik dan berjalan cepat keluar dari cafe.

Bastian hanya bisa berdiri di tempat, tak paham apa yang terjadi. Ia menatap punggung Renatta yang menjauh dan lenyap di keramaian.

Renatta berdiri di pinggir jalan, matanya mencari kendaraan. Sebuah taksi melintas, ia segera melambaikan tangan.

“Pak, ke rumah sakit Mitra Sehat! Cepat ya, pak…”

Taksi pun melaju, membawa Renatta yang kini duduk dengan jantung berdegup kencang, matanya menerawang cemas.

“Tolong jangan terjadi apa-apa… Kakek…”

***

Renatta sampai di rumah sakit dengan napas terengah-engah. Nafasnya tersengal karena ia berlari dari lobi hingga ke lantai tempat kakek Zavian dirawat. Dada dan tenggorokannya terasa sesak, namun langkah kakinya tak berhenti. Ia terus berjalan cepat menuju kamar yang biasa ia datangi dulu, saat masih sempat menjenguk.

Begitu sampai di depan kamar, ia terdiam. Matanya menangkap sosok Zavian yang duduk sendirian di kursi luar ruangan. Pria itu menunduk, wajahnya tak terlihat jelas dari sudut Renatta berdiri.

“Apa sesuatu terjadi?” batin Renatta, mulai cemas.

Meski tubuhnya lelah, Renatta menghampiri Zavian perlahan, mencoba menstabilkan nafasnya.

“Pak Zavian?”

Zavian langsung mendongak, terkejut saat melihat Renatta berdiri di hadapannya. Matanya refleks menelusuri penampilan gadis itu dress lembut berwarna pastel, rambut tergerai indah, sedikit berantakan karena tergesa-gesa. Gadis itu terlihat lain dari biasanya, bisa dibilang cantik...?

“Dia habis jalan sama pacarnya?” batin Zavian.

“Lalu kenapa dia bisa ada di sini?”

Namun, seperti biasa, wajah Zavian tetap datar. Tak menunjukkan keterkejutan sedikit pun.

“Kamu? Ngapain di sini?”

Renatta masih sedikit terengah.

“Pak… pak Zavian… kakek… kakek baik-baik aja?”

Zavian sedikit tersentak. Tak menyangka gadis itu datang untuk kakeknya. Zavian menatap Renatta beberapa detik, seolah memastikan apa ia tak salah dengar.

“Kakek saya? Kamu ke sini untuk… kakek?”

Renatta mengangguk, masih mencoba mengatur napas.

“Iya… aku tuh khawatir. Bapak gak masuk kampus, gak kayak biasanya. Terus aku langsung kepikiran… jangan-jangan… ada masalah sama kesehatan kakek… dan ternyata bener kan?”

Zavian terdiam. Pandangannya lurus menatap ke jendela kamar kakek, enggan memperlihatkan emosi di wajahnya. Ada rasa aneh yang menyeruak di dadanya. Entah kenapa, perhatian Renatta barusan menimbulkan gejolak kecil yang tak biasa.

Beberapa detik hening, lalu ia berkata lirih,

“Tunggu sebentar.”

Zavian berdiri dan pergi tanpa menjelaskan. Renatta hanya mengangguk dan duduk di kursi tempat Zavian tadi berada, Renatta hanya menatap punggungnya yang menjauh. Lalu mencoba menenangkan diri sambil menatap pintu kamar kakek. Tangannya masih gemetar karena udara dingin, dan tubuhnya belum benar-benar pulih dari kelelahan.

Tak lama kemudian, Zavian kembali. Di tangannya ada jaket tebal dan satu cup minuman hangat.

Ia mendekat, menyerahkan minuman itu ke Renatta tanpa berkata apa pun.

“Minum ini. Di luar dingin, kan?”

Renatta menerima minuman itu dan mengangguk kecil.

"Terimakasih Pak Zavi"

Tanpa banyak bicara, ia berdiri di hadapan Renatta, lalu perlahan memakaikan jaket itu ke bahu gadis itu. Gerakannya lembut namun canggung, Zavian bukan pria yang biasa melakukan hal seperti ini. Ada perhatian dalam setiap sentuhan, meskipun tak diucapkan lewat kata-kata.

Mereka terdiam. Hening. Tapi bukan hening yang kikuk lebih seperti hening yang hangat dan anehnya, nyaman.

Zavian duduk di samping Renatta, kali ini tanpa banyak pertanyaan. Matanya tetap menatap lurus ke depan, namun ia merasa... tidak sendiri.

"Gimana kondisi kakek nya pak Zavi?"

“Kondisinya sudah lumayan membaik sekarang. Gak perlu khawatir”

"Apa kata dokter?"

"Kakek harus segera mendapatkan donor jantung, tapi selama ini belum ada pendonor yang cocok. Pagi tadi kondisi kakek tiba-tiba memburuk, jadi saya tidak bisa masuk ke kelas. Maafkan saya karena sebelumnya tidak memberi kabar. Saya tidak tahu akan ada kejadian tak terduga seperti ini"

Renatta meliriknya pelan.

“Pak Zavian pasti capek ya…”

Zavian tak menjawab, hanya mengangkat bahunya sedikit.

Lalu, untuk pertama kalinya sejak lama… Renatta melihat sesuatu yang berbeda di wajah Zavian. Bukan senyum, bukan ekspresi hangat. Tapi sorot mata yang sedikit... melembut.

Dan malam itu, di lorong rumah sakit yang sepi, mereka hanya duduk berdua dalam diam masing-masing dengan pikirannya sendiri, namun hati mereka mulai saling mendekat.

1
Nur Adam
l njur
Riyuriyus
semangat yaa kakakk,sukses trs
Nurul Fitria
Owalah Renatta /Determined//Determined//Determined/
Nurul Fitria
Wkwk lucu banget kakek dan Renatta /Facepalm//Facepalm/
minwoo
kasihan banget mereka, si Renatta nih nyebelin banget
minwoo
Mantap pak /Hey/
minwoo
Bacottt kauuu bastian
minwoo
Ihhh ngapain sih ketemu sama Bastian lagi /Puke/ sumpah gak suka bangeeeettt /Cry/
minwoo
Seruu banget ceritanya Thor, lanjut dehh/Tongue/
minwoo
Haaa mau yg kayak pak Zavian juga donggg /CoolGuy//Scream//Scream/
minwoo
Lahh ternyata kakek nya pak Zavian /Facepalm//Facepalm//Facepalm/ bisa kali kek dijodohin
Kim nara
Sedih y nasib renata semangat ren
Nur Adam
lnjut
Nurul Fitria
Lanjut Thor... ❤️❤️❤️
audyasfiya
Lanjut author lanjutt... seru nih ceritanya hehehe
minwoo
Suka banget sama chemistry pak zavian dan Renatta... gemes banget /Grin//Grin//Grin//Grin//Grin/
Sasya
wkwk lucu banget, semangat update nya Thor ❤️❤️❤️❤️
audyasfiya
Renatta bisa-bisa nya 🤣🤣🤣🤣
audyasfiya
Pengen punya pacar dosen deh 🤣🤣🤣
Lorenza82
Pak zaviannya nih kadang cuek, kadang dingin, kadang perkataan nya nyelekit, tapi dia lucu juga, perhatian sama Renatta 😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!