Pernikahan yang diawali dengan perjodohan dan tak saling cinta, biasanya berakhir dengan sebuah cinta diantara keduanya. Namun ternyata apa yang Salma alami berbeda dengan kisah romansa pada umumnya.
Dua puluh tahun menikah dengan Aidil dan dikaruniai dua orang putra ternyata tak membuat Aidil bisa membuka hatinya untuk Salma. Hingga di suatu malam, akhirnya Salma mengetahui jika suaminya memiliki wanita idaman lain dalam pernikahan mereka.
Manakah yang akan Salma pilih? Bertahan demi anak-anaknya atau memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Kecurigaan
Salma terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan mata sejenak sebelum benar-benar bangun dari tempat tidur. Ia melirik ke sisi kanannya dan ada Aidil disana yang masih terlelap.
Semalam entah jam berapa Aidil pulang ke rumah, karena Salma sudah tidur. Salma melirik jam dinding di kamar itu. Masih pukul empat pagi.
Salma terbiasa bangun pagi sejak dulu. Karena dirinya harus menyiapkan segala keperluan keluarganya. Hal yanf pertama Salma lakukan adalah membersihkan diri, lalu menuju ke dapur.
Salma sudah membuat jadwal makanan yang akan dia buat selama satu minggu. Ini karena ibu mertuanya yang sakit harus menjaga pola makannya.
Saat sedang memasak, Salma teringat kembali dengan jepit rambut yang ditemukan di mobil suaminya. Entah kenapa Salma tiba-tiba pergi ke tempat keranjang pakaian kotor.
Salma menggeledah pakaian yang digunakan Aidil kemarin. Kosong. Tidak ada apapun disana. Bahkan kertas struk belanjaan atau apapun tidak ada disana.
Salma menghela napasnya. "Apa mungkin ini hanya perasaanku saja?"
Salma menggeleng pelan kemudian kembali ke dapur untuk melanjutkan acara memasaknya.
#
#
#
Jihan sedang menulis naskahnya di rumah. Semangatnya mulai terpacu karena Aidil yang terus memberinya asupan kata-kata penyemangat untuknya.
Ponsel Jihan bergetar. Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.
"Pak Aidil?" Mata Jihan berbinar mendapat pesan dari Aidil.
Secepat kilat Jihan membalas pesan dari Aidil. Hingga akhirnya Jihan pun lupa akan pekerjaannya dan malah berbalas pesan dengan suami orang.
Jihan merasa diperlakukan dengan istimewa oleh Aidil. Dulu saat bersama dengan Anggara, Jihan juga merasa sangat dicintai. Namun seiring berjalannya waktu, Angga semakin sibuk dengan pekerjaannya. Ditambah lagi waktu bersama yang semakin berkurang. Yang membuat jalinan pernikahan mereka makin renggang.
Jihan tersenyum senang ketika secara tiba-tiba Aidil datang berkunjung ke apartemennya.
"Pak Aidil? Kenapa bapak kesini?" tanya Jihan yang terlihat malu-malu.
"Aku hanya kebetulan lewat daerah sini. Dan aku teringat akan dirimu."
Jawaban Aidil membuat wajah Jihan semakin merona. Mereka tidak sadar, jika mereka sedang bermain api. Yang lambat laun bisa meluas dan akan membakar segala yang ada.
#
#
#
"Permisi Pak, ini naskah untuk serial FTV yang akan tayang bulan depan, Pak." Jihan memasuki ruangan Aidil dengan membawa satu bendel berkas naskah yang sudah ditulisnya.
"Baiklah. Aku percaya denganmu."
Jihan mengulas senyumnya di depan Aidil. Ibu satu anak itu memang selalu terlihat ceria di depan Aidil.
Hingga Aidil selalu betah menatapnya dan juga mendambanya.
"Hari ini aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ucap Aidil.
"Kemana, Pak?"
"Itu rahasia."
Jawaban Aidil membuat Jihan tertawa kecil. Tawa riang yang membuat Aidil jatuh ke dalam lumpur dosa yang tidak ia sadari.
#
#
#
Jihan menunggu kedatangan Aidil di halte bus. Jihan tak ingin terlihat mencolok karena pergi bersama dengan bosnya sendiri.
Terkadang Jihan berpikir jika apa yang dilakukannya adalah salah. Dia memiliki kedekatan tak biasa dengan pria beristri. Tapi perasaan kagum yang ia miliki terhadap Aidil, tak bisa ditepisnya dengan mudah. Ditambah Aidil juga seakan memiliki ketertarikan juga terhadapnya.
"Hotel? Kenapa bapak membawaku kemari?" tanya Jihan bingung.
"Tidak ada. Aku hanya ingin bersama denganmu saja."
Keduanya saling bertatapan dengan penuh makna. Jihan mengulas senyumnya yang selalu bisa membuat Aidil lemah.
"Aku menyukai senyummu. Aku suka canda tawamu. Aku menyukai semuanya."
Kata-kata Aidil membuat Jihan meremang. Dia wanita normal yang tentu saja haus dengan pujian dan belaian.
Tangan Aidil mengusap lembut pipi Jihan. "Ayo turun!"
Mereka berdua berjalan bersama memasuki hotel. Aidil memesan kamar di lantai 5. Mereka memasuki lift menuju kamar yang disewa Aidil.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memergoki mereka berdua.
"Itu kan ... Jihan dan..." Orang itu menutup mulutnya tak percaya.
Tangannya gemetar saat meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Halo, sayang. Ada yang ingin kutanyakan padamu..."
#
#
#
Malam harinya, orang yang memergoki Jihan memasuki sebuah hotel adalah suami Marina, Sandi. Sore tadi saat menghubungi istrinya, Sandi bertanya tentang keberadaan Aidil.
"Pak Aidil memang tidak ada di tempat. Tapi aku tidak percaya jika dia akan pergi bersama Jihan ke..." Marina menutup mulutnya.
"Aku menghubungimu karena aku takut aku salah lihat. Tapi setelah aku mengecek rekaman CCTV, ternyata memang benar itu adalah Aidil, suami Salma." Sandi menyerahkan ponselnya yang terdapat foto Aidil dan Jihan disana.
Marina menggeleng kuat. "Ini tidak mungkin! Bagaimana ini bisa terjadi? Aku merasa sangat bersalah pada Salma. Aku yang sudah merekomendasikan Jihan bekerja di perusahaan."
Marina memegangi kepalanya yang terasa mau pecah. Tak mungkin ia memberitahu Salma mengenai hal ini.
"Sayang, jangan katakan apapun pada Salma. Bisa saja kan mereka hanya membahas pekerjaan di hotel." Sandi berusaha meredam amarah yang mulai terlihat di wajah istrinya.
"Sayang!" Sandi memeluk bahu Marina untuk menenangkannya. "Tenanglah! Kita jangan berburuk sangka dulu."
#
#
#
Sementara itu di rumah keluarga Pramudya,
Malam ini Aidil kembali pulang terlambat. Aidil meregangkan otot-ototnya usai seharian bekerja.
Aidil melihat Salma yang sudah terlelap di ranjang mereka. Meski Salma sudah tidur, tak lupa ia menyiapkan setelan piyama yang akan di pakai Aidil setelah membersihkan diri.
Dua puluh menit berlalu, Aidil naik keatas tempat tidur dan ikut terlelap bersama Salma. Dengkuran halus mulai terdengar. Aidil dengan cepat terlelap karena ia sudah lelah.
Tanpa Aidil tahu, Salma membuka mata dan melirik ke arah sampingnya.
"Dari mana saja kamu, Mas? Kenapa pulang selarut ini?" gumam Salma dalam hati.
Salma masih memikirkan soal jepit rambut yang misterius itu. Perasaan seorang istri tak bisa dibohongi. Salma bangun dari ranjang dengan hati-hati dan berjalan menuju keranjang kotor yang ada di dekat kamar mandi.
Salma memeriksa pakaian Aidil. Kecurigaannya kali ini terasa tak terbantahkan lagi saat mencium bau parfum wanita dari jas yang dipakai Aidil. Dan Salma kembali menggeledah kemeja yang dipakai Aidil.
Benda berwarna mengkilat itu membuat Salma penasaran. Ia mengambil benda tipis berwarna hitam dan tidak terlalu panjang.
"Rambut? Rambut siapa ini?" batin Salma.
Salma menatap sang suami yang sudah terpejam. Tatapan yang tidak pernah bisa diartikan oleh siapapun. Salma bukanlah wanita kuat, tapi dia juga tidak lemah.
Kejadian di masa lalu menjadikan Salma wanita sekuat baja yang tidak bisa menampilkan ekspresi hati yang sebenarnya. Salma membawa pakaian kotor milik Aidil keluar dari kamar dan menuju ke ruang belakang dekat gudang.
Salma merenung disana. Ia mengambil jepit rambut yang ia simpan di kotak dalam laci. Salma menatap jepit rambut itu juga rambut pendek yang ia temukan.
"Apa kamu memiliki wanita idaman lain, Mas? Siapa dia?" gumam Salma dengan menatap menerawang.
#bersambung
^^^"Jangan memberi celah untuk sesuatu yang nantinya akan kau sesali"^^^
^^^-Author-^^^
dewasa banyak ilmu yg d dapat dr cerita ini tentang kesabaran kedewasaan dalam ambil sikap meski cerita nya sederhana
Tapi ya sudahlah jk mmg sdh hrs ending.Terima kasih utk ceritanya kak
Di tunggu next ceritanya..semangat