Mikayla Zaneta bertemu lagi dengan Nicholas Jayandru, mantan pacarnya waktu SMA yang sudah menenggut kehormatannya.
Tapi laki laki itu sudah bertunangan, dan sebentar lagi akan menikah
Mikayla membencinya. Semudah itu Nicholas mendapatkan pasangan, sedangkan Mikayla sudah insecure. Ngga mungkin ada laki laki yang mau menerimanya yang sudah tidak virgin lagi.
Semoga suka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Galau
Mikayla melengak kaget mendengar perkataan Oma Nicholas.
"Maaf, oma.... Saya ngga bisa. Juga saya minta maaf, saya duluan, mau berangkat kerja," pamit Mikayla sambil menganggukan kepalanya pada kedua pasangan sepuh yang ada di sana.
Kemudian, Mikayla mempercepat langkahnya, pergi ke parkiran. Alea dan yang lain sudah menunggu di sana.
Opa Rangga tertawa pelan.
"Dia menolak."
Oma Suci menggelengkan kepalanya.
"Gadis itu hanya sungkan," sahut Oma Suci yakin.
"Apa rencanamu sayang? Bentar lagi loh, cucu kita akan menikah."
"Ada juga yang membatalkan pernikahan di hari H," ngeles Oma Suci santai.
Opa Rangga masih terkekeh.
"Aku jadi penasaran, apa yang akan kamu lakukan, sayang."
"Aku akan menggunakan gadis itu sebagai alat untuk mengintimidasi calon istri Nicho," senyum Oma mulai lebar.
"Sesekali kita bisa mengajaknya dinner," lanjut Oma Suci penuh semangat.
"Dia mungkin menolak."
"Suamiku, semakin dia menolak, aku semakin yakin mau jadiin dia menantu."
"Nanti Nastiti marah, gimana?"
"Biar saja. Pilihannya salah. Menurut kacamataku, gadis itu gadis baik baik. Percaya sama aku," tegasnya yakin.
"Ya, ya, terserah kamu saja."
"Tapi kamu harus mendukungku."
"Tentu saja. Aku selalu di pihakmu."
Keduanya tertawa berbarengan sambil melangkah pergi.
*
*
*
"Kamu kenapa?' tanya Nala heran ketika melihat Mikayla beberapa kali menghela nafas berat.
Wajahnya pun tampak ngga lepas, seakan banyak yang dia pikirkan.
"Tadi aku ketemu opa dan oma Nicholas," ucap Mikayla terus terang.
'Kamu diomelin, ya, diminta jauhin Nicho?" sela.Rumi khawatir.
Alea yang menyetir sesekali melirik Mikayla dengan perasaan sama cemasnya dengan yang lain.
"Tidak. Malah mau menjodohkan aku dengan Nicholas."
"Apa? Ngga salah dengar?" seru Nala ngga percaya.
Rumi juga sampai tersentak kaget.
Untung Alea masih tetap bisa mengendalikan diri. Jadi stir mobil yang dipegangnya tetap stabil.
"Kok, bisa?" cetus Rumi takjub.
"Aku pun ngga tau apa alasannya. Bertemu baru juga dua kali."
"Di rumah sakit?" tanya Alea memastikan.
"Iya. Papinya Nicho dirawat di rumah sakit yang sama dengan Okta."
"Haah?" Kali ini ketiganya sangat kaget, karena baru tau.
"Kamu pernah ketemu Pak bos di rumah sakit?" tanya Nala setengah berteriak.
"Pernah."
"Kenapa ngga cerita?" gusar juga Rumi ketinggalan informasi maha penting ini.
"Ngga penting juga."
"Penting, Mikaaa..... Penting banget." Nala.juga ikutan gusar.
"Iya loh, ngga cerita," timpal Alea ikut mengompori. Sama kesalnya karena Mika merahasiakan ini darinya.
Mikayla tergelak
"Sudahlah. Itu aja dipermasalahin."
"Penting Mikaaa....."
Mika tertawa berderai ditengah tatapan kesal teman temannya.
"Trus kamu jawab apa?" tanya Nala setelah beberapa saat kemudian.
Jantungnya berdebar. Kalo Mika terima, berarti dia nekat.
"Aku tolaklah."
Nala tersenyum kega.
"Bagus." Rumi mengacungkan jempolnya.
"Dari pada nanti dijulidin mami mertua," tambahnya lagi.
"Hidupmu ngga akan pernah nyaman," sambung Nala
"Betul." Alea ikut berkomentar.
Mikayla mengiyakan di dalam hatinya.
*
*
*
Mikayla bekerja seperti biasa saat berada di ruangannya.
Saat calon istri pak bosnya datang di jam istirahat, dia berusaha tidak terganggu.
Mikayla sudah bersiap meninggalkan ruangan ketika pintu kembali terbuka dari luar.
Ringgo?
Laki laki itu serius dengn ucapannya tadi malam.
Nicholas berusaha santai dengan lengannya yang digayuti manja oleh Liza .
"Aku mau menjemput Mikayla," ucap Ringgo.berbasa basi. Dia tersenyum.pada Mikayla.yang juga membalas senyumnya.
"Silakan."
"Ayo, Mika."
Mika mengangguk dan berjalan mendekati laki laki yang ingin mengenalnya lebih dekat.
!Liza melirik Mikayla.
Biasa aja, tapi kenapa laki laki ini bisa tertarik padanya, batinnya sinis.
Tanpa basa basi, keduanya melangkah keluar dari ruangan Nicholas.
"Kamu beneran ngga sibuk?" tanya Mikayla agak sungkan. Tadinya dia ingin menolak, tapi ngga ingin membuat Ringgo malu.
Padahal kemarin dia sudah mengatakan dengan jelas akan bersama ketiga temannya menjemput Okta-adiknya.
Mikayla baru saja mengirim kabar ke Alea, kalo dia akan pergi bersama Ringgo.
"Enggak. Teman temanmu jadi ikut?"
"Iya, Mereka sekarang di parkiran."
"Oke."
Saat keduanya sudah memasuki lift, Ringgo mulai menanyakan hal yang sudah dipikirnya semalam suntuk.
"Nicholas teman SMA kamu?"
"Iya."
Ringgo terdiam mencari kata yang tepat agar tidak menyinggung Mikayla.
"Keluarga kamu, maksud aku Okta, akrab juga, ya, dengan Nicho."
Mikayla tersenyum
"Okta gampang dekat dengan teman temanku dan Samira."
"Oooh..."
Mikayla mulai merasa gerah dengan interogasi ini
Kenapa lift ini lama sekali?
"Jadi Nicholas pernah maen ke rumah kamu, ya? Tante dan adik perempuan kamu juga kelihatan dekat."
Mikayla tersenyum setenang mungkin.
"Kami sering satu kelompok."
TING
Leganya hati Mikayla karena pintu lift yang sudah terbuka.
"Ooo iya, ya."
Nama mereka juga huruf awalnya berdekatan.
Tapi tetap saja Ringgo merasa ada yang aneh.
*
*
*
Nicholas ngga bisa fokus saat menjawab pertanyaan pertanyaan calon istrinya.
Sering salah melulu kalo ditanya Liza.
"Kamu kenapa, siih, Nichooo.....?" Gimana engga kesal. Masa warna undangan nikahnya jadinya hitam
"Itu, kan, warna kematian," sungutnya lagi.
"Siapa, yang mati?" Nicho mengaduk lagi kopinya untuk yang kesekian kali.
Liza makin melotot.
"Ini mami nanya, undangan nikah kita maunya warna apa? Kan, udah aku kirimkan contohnya.
"Oooh." Dengan malas malasan Nicholas melihat contoh undangan di layar ponsel Liza.
"Terserah kamu aja." Dia sama sekali ngga minat.
Pikirannya menerawang jauh
Ringgo sudah nembak Mika belum? Dia galau berat. Nicholas yakin Ringgo naksir dengan mantannya itu.
"Kamu ikut milih, dong. Masa semuanya terserah aku dan orang tua kita," rengek Liza.
Nicho menatap kopi yang sudah tidak menarik seleranya lagi.
"Aku mau jenguk papi."
"Tapi kamu belum makan," tahan Liza.
Dia sudah menghabiskan saladnya. Tapi calon suaminya ini sama sekali tidak.menyentuh steaknya. Kopinya juga belum diteguk.
"Aku ngga lapar. Ayo, nanti keburu pergi." Dia segera bangkit dari duduknya.
Alis Liza bertaut.
"Siapa yang pergi?"
Nicholas tersadar sudah salah bicara
"Oma. Oma nunggu aku di ruangan papi." Untung dia bisa ngeles.
Liza menghembuskan nafas kesal. Oma Suci sudah sangat jelas menunjukkan ketaksukaannya pada dirinya.
Sampai dia bertanya tanya, salah dia apa, sih.
"Kanu serius dengan pernikahan kita, ngga, sih?"
"Kenapa? Kamu ingin dibatalkan. Ya udah, batalin saja," jawab Nicholas sangat enteng.
"NICHO!" geram Liza yang masih berusaha menahan suaranya walau sudah sulit mengendalikan kemarahannya.
Nicholas malah tampak ngga peduli.
Dia mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya.
"Mau ikut atau tetap tinggal di sini?"
Liza menatap Nicho nanar. Nicholas memang sangat menyebalkan. Tapi belum pernah separah ini.
Tanpa menunggu jawaban Liza, Nicholas sudah melangkah pergi meninggalkannya.
Setelah menghentakkan kakinya, Liza menyusul langkah cepat Nicho.
Kemarahannya sudah di ubun ubun.
Kamu jangan cari alasan lagi, Nicho!
Terima kasih sudah jadi penyelamat hidup Nicko, mungkin bagi Ben , menyelamatkan Nicko dari jerat licik Liza kali ini adalah salah satu bentuk permintaan maaf dari Ben karena Ben sudah meniduri Liza dan sudah membuat Liza hamil anak Ben .yang notabene nya Liza masih jadi tunangan nya Nicko.
Mungkin Nicko akan berterima kasih pada Ben atau mungkin Nicko akan marah pada Ben kenapa tidak dari dulu Ben menghamili Liza jadi tidak akan ada pertunangan antara Nicko dengan Liza. Ayo Ben akui perbuatan mu dengan Liza,sebelum mami nya Nicko memanggil penghulu untuk pernikahan Nicko & Liza.
Ben harus berusaha bantu Nico gagal nikah Liza tuh
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
Liza pasti memanfaatkan Nico yg mabuk lah
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
kalau bukan Liza benar benar novel sulit di tembak kalau iya si Liza yah gampang
DinDut Itu Pacarku Ngasih Iklan
mending fokus keluarga dan diri sendiri aja y mika yg pnting bahagia.