Cinta Setelah Mendua
"Apa? Dijodohkan?" lirih Salma ketika mendengarkan apa yang diucapkan sang ibu tiri, Lidia.
"Benar. Kamu harus membantu ayahmu, Salma. Perusahaan ayahmu sedang mengalami pailit. Hanya kamu satu-satunya yang bisa kami harapkan," tegas Lidia kembali.
Salma menatap sendu ayahnya. Usianya baru 20 tahun dan dia masih kuliah. Namun karena ekonomi keluarga semakin memburuk, Salma memilih berhenti kuliah dan bekerja apa saja.
Salma tidak menyangka jika ibu tirinya akan mengatakan ini padanya.
"Salma masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita, Bu. Tidak dengan cara seperti ini!" tegas Salma dengan mata berkaca-kaca.
"Ayah..." Salma memohon pada ayahnya yang kini hanya bisa duduk di kursi roda. Sejak mengalami stroke, Johan tidak bisa melakukan pekerjaannya seperti dulu.
Johan hanya bisa mengangguk. Untuk bicara saja rasanya sulit.
"Di-dia pria yang ba-baik. Percayalah pada Ayah..." ucap Johan terbata.
Salma memejamkan matanya. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria yang tidak dikenalnya. Bagaimana bisa dia harus meninggalkan cita-citanya lalu menikah?
"Sudahlah, Salma. Kita tidak memiliki pilihan lain. Lihatlah adikmu itu! Salman butuh biaya banyak untuk sekolah. Lalu Salsa, dia juga pastinya butuh biaya untuk kehidupannya. Salsa masih terlalu kecil untuk menanggung beban hidup, Salma." Lagi-lagi ibu tirinya mengintervensi Salma.
Salma menatap Salman dan Salsa. Adik kandungnya, Salman baru berusia 10 tahun. Dan Salsa, anak dari ayahnya dan sang ibu tiri baru berusia 2 tahun. Salma tidak akan tega melihat mereka menderita. Apalagi harus putus sekolah seperti dirinya.
"Baiklah. Salma bersedia," ucap Salma pada akhirnya.
Mata Lidia berbinar senang. "Terima kasih, Salma. Ibu akan menghubungi tuan Erkan agar dia bisa segera melamarmu."
#
#
#
Malam itu, Salma duduk sendiri di teras rumahnya. Rumah yang dulu penuh kehangatan namun berubah ketika sang ibu tiri hadir setelah ibu kandungnya meninggal.
Yang Salma tahu, ayahnya memang sudah lama menjalin kasih dengan sang ibu tiri. Mereka menikah secara diam-diam. Ayahnya beralasan jika dirinya butuh seseorang disampingnya karena ibu Salma yang memang sakit-sakitan.
Salma si anak sulung, berusaha menerima kehadiran si ibu tiri yang akhirnya pindah ke rumah mereka setelah kandungannya membesar. Saat itu usia Salma masih 18 tahun. Dia menerima keputusan sang ayah yang sepertinya sangat mencintai ibu tirinya.
Kebutuhan biologis memang tidak bisa dibantah. Salma yang beranjak dewasa mulai memahami itu. Ayahnya mendapatkan hal itu dari si ibu tiri. Hal yang tidak bisa diberikan oleh ibunya sendiri.
"Sal-ma..." Suara sang ayah membuyarkan lamunan Salma.
"Ayah, kenapa kemari? Udara di luar sangat dingin."
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah hanya bisa menyusahkanmu."
Salma menggeleng. Setelah kematian ibunya, Salma berjanji akan menjaga ayah dan juga adiknya. Mungkin sekaranglah saatnya. Saat perusahaan kecil ayahnya mulai bangkrut, dan keuangan keluarga menipis. Salma harus melakukan sesuatu.
Lidia, si ibu tiri berkata padanya, jika ada salah seorang teman ayahnya yang bersedia membantu untuk membeli saham dan aset perusahaan ayahnya. Orang itu bernama Erkan Pramudya. Dan kebetulan Erkan juga sedang mencari seorang menantu untuk putranya yang bernama Aidil.
Dengan semangat Lidia menyodorkan Salma sebagai ucapan terima kasih karena bersedia membantu suaminya. Tentu saja Erkan setuju karena dia sudah mengenal Salma sejak gadis itu masih kecil. Senyum mengembang ditampilkan Lidia saat Erkan juga menyetujui perjodohan itu.
"Ayah jangan bicara begitu. Bukankah ini sudah jadi kewajiban Salma untuk berbakti kepada ayah dan ibu? Salma menerima semuanya jika ayah juga merestui."
Johan memeluk putrinya. "Terima kasih, Nak. Ayah doakan kamu akan selalu bahagia."
#
#
#
Hari itu, Erkan dan keluarganya datang untuk melamar Salma. Tidak ada lamaran mewah. Hanya lamaran sederhana yang diminta Salma. Mengingat kondisi ayahnya yang kurang sehat.
Untuk pertama kalinya Salma bertemu dengan Aidil, calon suaminya. Salma menatapnya sekilas lalu kemudian menunduk.
Tampan. Satu kata yang Salma sematkan untuk Aidil. Sangat terlihat jika mereka dari keluarga terpandang. Namun entah kenapa, ibunda Aidil menatap Salma tajam seolah tak menyukainya.
Salma sadar diri jika dirinya bukanlah siapa-siapa. Dia yang dulu bergelimang harta, kini jatuh miskin dan hidup sederhana. Pastinya ia kini tak sebanding dengan keluarga Pramudya yang kaya raya itu.
"Kalau begitu, kita segerakan saja pernikahan mereka. Toh hal baik harus segera dilaksanakan," ucap Erkan.
Semua yang berada diruangan itu mengangguk setuju. Salma terus menunduk dan tak berani menatap Aidil. Rasanya degup jantungnya mulai tak karuan saat melihat tatapan Aidil padanya.
Seminggu setelah acara lamaran, pernikahanpun di gelar dengan cukup mewah. Keluarga Pramudya yang mengatur semuanya.
Salma langsung diboyong ke rumah keluarga Pramudya setelah pesta pernikahan selesai. Salma menatap takjub rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya.
"Ayo masuk!" ajak Aidil.
Salma mengangguk dan membawa kopernya.
"Letakkan saja disitu nanti biar bi Imah yang bawa ke kamar," ucap Aidil lagi.
Salma kembali mengangguk. Sikap suaminya ini sangat santun dan tutur katanya lembut. Sangat berbeda dengan pria dari kalangan atas yang biasanya sombong dan arogan.
Salma merasa beruntung bisa menikah dengan Aidil. Salma mengulas senyumnya. Ternyata pilihan orang tuanya adalah yang terbaik.
Tiba di kamar milik Aidil, Salma kembali terperangah dengan kondisi kamar yang rapi.
"Kamu bersihkan diri dulu saja. Setelah itu istirahat. Kamu pasti lelah kan?" ucap Aidil.
"Baiklah."
Lima belas menit Salma membersihkan diri. Ia keluar dengan setelan piyama yang biasa di pakainya. Lalu ia menyiapkan pakaian ganti untuk Aidil. Namun sebelumnya ia bertanya lebih dulu kepada Bi Imah, sang asisten rumah tangga.
Salma baru belajar menjadi istri. Namun ia akan melakukan yang terbaik untuk suaminya. Ia ingin menjadi istri idaman bagi suaminya.
Aidil keluar dari kamar mandi dengan setelan piyama yang sudah disiapkan Salma. Salma yang duduk di tepi ranjang, kini mulai gugup karena ini adalah malam pertama mereka.
Aidil duduk di samping Salma.
"Salma, aku tahu ini masih terasa canggung untukmu. Tapi, aku ingin kamu bisa nyaman tinggal disini."
Salma menatap Aidil dengan jarak yang begitu dekat. Ini pertama kalinya Salma menatap suaminya dengan lekat.
"Aku tahu kita belum saling mengenal. Kita akan lakukan perlahan saja. Ya?"
Salma mengangguk.
"Kamu jangan menjadikan status ini sebagai beban. Kita akan menjalaninya bersama. Jika ada sesuatu yang tidak kamu tahu, kamu bisa bertanya padaku."
"Iya, Mas."
Aidil tersenyum. Sangat manis hingga membuat wajah Salma merona.
"Aku suka panggilan itu. Ya sudah, kalau begitu kita istirahat dulu. Besok akan kuberitahu soal jadwalku."
Salma mengangguk kemudian naik keatas tempat tidur.
"Salma..."
"Iya, Mas."
"Bolehkah aku menciummu?"
"Eh?" Salma mendadak gugup. Wajahnya memucat.
"Santai saja. Kita lakukan pelan-pelan saja ya. Aku ... ingin mengenalmu lebih jauh."
Kalimat Aidil yang begitu menenangkan membuat Salma terbuai. Pria ini sangatlah baik. Sangat menghormatinya sebagai wanita dan istri.
Salma mulai jatuh hati pada Aidil ketika akhirnya benih cinta itu hadir dalam rahimnya. Kedua keluarga sangat bahagia mendengar kabar kehamilan Salma.
Hingga sembilan bulan berlalu, dan Salma melahirkan seorang putra yang diberi nama Adiyaksa Pramudya. Keluarga kecil Salma dan Aidil bertambah lengkap dengan hadirnya Diyas.
Salma sangat bahagia karena dia merasa dicintai oleh Aidil. Hingga dua tahun kemudian, Salma kembali hamil dan melahirkan putra kedua mereka, Aditya Pramudya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Erni Kusumawati
masih menyimak😊
2022-11-14
1
👑Meylani Putri Putti
ya ampun, kasihan nasib mu salma
2022-10-18
1
👑Meylani Putri Putti
kenapa harus Salma yg kena imbasnya
2022-10-18
1