Cinta pertama, sesuatu yang menurut orang tak bisa dilupakan dengan mudah, mungkin itu juga yang terjadi pada Alya.
-Kamu cinta pertamaku, ku harap aku dan kamu akan selalu menjadi KITA-
Alya khumaira.
Namun bagaimana jika Alya tau bahwa dirinya hanya menjadi bahan taruhan saja? Mampukah Alya melupakan segalanya?
Dan bagaimana jika suatu hari di masa depan ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya?
Mampukah dia menghadapi Cinta sekaligus Kesakitannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
"Bisik-bisik apa Lo?"
"Ish bikin kaget aja" Alya mencebik pada Sakira yang tiba tiba muncul di depan wajahnya.
"Lagian orang udah pada keluar itu ngapain masih disini aja, gak mau pulang .. Ayo.."
Sani mengedip kan matanya ke Alya dan di angguki oleh Alya.
"Ayo kita duluan" Sani menggeret Sakira agar keluar kelas.
"Eh,, tapi Al.."
"Udah dia nanti nyusul.." Tiba di gerbang Sani melihat Faris menunggu di depan mobilnya, lalu Sani mengirimkan pesan pada Alya.
-Al, beneran kak Faris masih ada, niat banget kayaknya anterin Lo pulang-
-Lo jangan dulu keluar ya!-
Sani dan Sakira melewati Faris dengan acuh, namun Faris yang menyadari kehadiran mereka pun segera bertanya "Hey, kalian temen nya Alya kan?"
"Eh, iya Kak"
"Alya nya mana?"
Alya bersembunyi di balik tembok pun bisa melihat kearah Sani dan Sakira yang di ajak bicara oleh Faris..
"Begini amat sih hidupku" keluhnya. "Semoga Sani bisa buat Kak Faris pergi"
"Loh, Alya udah pergi Kak, dari tadi."
"Eh.. bukannya--" Sani segera membungkam mulut Sakira agar diam
"Tadi Alya udah pulang duluan kak, katanya di tunggu Ibu nya di rumah" Faris melihat gelagat yang gak beres dari kedua teman Alya ini tapi..
"Oh, okey" Faris pun membuka pintu lalu menyalakan mobilnya dan pergi.
Sani mendesah lega saat melihat mobil Faris pergi meninggalkan gerbang.
"Ish.. ngapain Lo bohong sama Kak Faris, Alya kan masih di dalem" ini alasannya Sani tak memberi tahu Sakira, karena fan nya tak mungkin berhianat pada idolanya, mereka berencana mengatakan bahwa Alya sudah pulang, lalu Alya bisa pulang dengan tenang setelah Faris pergi..
Jadi setelah aman Sani pun mengirim kembali pesan pada Alya..
-Aman Al-
-Aku tau, aku udah liat-
-Ya udah Gue sama Sakira duluan ya-
-👍-
Sani pun pergi membawa Sakira untuk segera keluar dan pulang.
Alya mendesah lega saat melihat mobil Faris sudah tak ada, sekarang waktunya dia pulang..
Alya keluar dari persembunyiannya dan keluar gerbang, dan menyusuri trotoar menuju halte, namun langkah Alya tiba tiba terhenti saat melihat sebuah kaki menghalangi nya, Alya mendongak melihat siapa gerangan yang menghalangi jalannya.
"Mau kemana Lo..?"
Alya melotot tak percaya bukannya tadi dia udah pergi, kenapa sekarang ada di sini?
Faris tersenyum sinis kearahnya.
Alya celingukan melihat dimana mobil Faris berada namun ia tak melihatnya.
"Susah ya mau ketemu Lo, kayak mau ketemu Presiden.. ribet.. berasa sok cantik ya Lo" yah meskipun emang cantik sih, kulit Alya putih langsat khas indonesia,rambut hitam panjang, wajahnya terlihat halus apa lagi dari dekat, padahal dia seperti tidak pakai apapun di wajahnya seperti Salsa yang menempelkan berbagai macam produk diwajahnya.
Alya menelan ludahnya, gawat Faris kayaknya beneran marah, buktinya ngomongnya jadi Gue, Lo lagi, tadi pas di kantin masih Aku,Kamu.
"Lo berani macem macem sama Gue?" Alya memundurkan langkahnya saat Faris berjalan mendekat..
Alya menjerit dalam hati..
IBUUUU
"Aku.. Kak.."
"Lo fikir Lo siapa? berani nya mempermainkan Gue, udah bosen sekolah Lo.. Hah!" Alya berjengit saat mendengar teriakan Faris.
"Maaf Kak.. aku.. cuma."
"Cuma.. cuma apa! Lo fikir Gue GOBL*K apa"
Alya sudah berkaca kaca ingin menangis ia tak pernah di bentak, meski oleh Ibu dan Ayahnya, mereka akan menegur dengan lembut jika Alya melakukan kesalahan, tapi Faris membentaknya di depan umum.
Alya melihat sekelilingnya tidak banyak orang karena memang sebagian besar mereka sudah pulang, tapi tetap saja Alya malu.. dan Alya menjatuhkan setetes air matanya sambil menunduk malu.
Faris mencengkram dagu Alya lalu membuatnya mendongak, dan berbisik "Lo ngeremehin Gue, sekali Lo gak turutin kemauan Gue, bukan cuma Elo yang minggat dari sekolah, tapi bokap Lo yang satpam itu bisa dipecat"
Degh..
Alya membelalakan matanya tak percaya, apa kekuasaan Faris sebesar itu? tapi bukannya kekuasaan uang memang bisa melakukan apa saja, buktinya Faris bisa tau kalau Ayahnya bekerja sebagai sekuriti.
Alya menggeleng "Tidak.. jangan Kak, maafin Aku, jangan, jangan lakukan itu.. hiks.."
"Jadi nurut dong"
Alya mengangguk "I.. iya Kak, Aku bakalan nurut"
"Good girl" Faris menghapus air mata Alya "Jadi anak baik Baby" Faris merangkul Alya kearah mobil yang dia parkirkan di balik pohon besar, pantas tadi Alya tak melihat mobilnya.
Faris membuka kan pintu masuk bahkan memasangkan sabuk pengaman pada Alya.
Alya tak berdebar, tidak ada waktu untuk berdebar, yang ada dia berkeringat karena ketakutan.
Faris melihat Alya masih sesegukan dan dia hanya mendengus, dan mulai melajukan mobilnya 'Cih harus di ancam baru nurut, coba dari kemarin merepotkan saja'
Faris sebenarnya sedikit tak tega harus berkata seperti itu, tapi mau bagaimana lagi dia butuh tameng untuk menjauh dari cewek cewek ganjen itu, terutama Salsa, yang sengaja mendatangi Mommy nya dan berkata yang tidak-tidak tentang dia yang memaksa Alya untuk jadi pacarnya, yah meskipun benar sih.. tapi kan gak perlu ngadu juga kali.
Tadinya Faris tak mau mengancam dan akan menceritakan tentang ini semua, dan membuat kesepakatan agar Alya mau membantu nya, tapi Alya yang menghindar bahkan berbohong tentang rumahnya, membuatnya geram sendiri, Faris yang tak pernah di perlakukan seperti itu membuat ego nya terluka 'Memangnya siapa Lo, lihat aja Lo, Gue bikin Lo nyesel'
Faris menghentikan mobilnya di sebuah Cafe, dan keluar dari mobil "Ayo turun" katanya sambil membuka kan pintu untuk Alya, dalam hatinya mencibir 'Ngapain sih Gue repot lakuin ini?'
Alya melihat sekitarnya "Kenapa kita berhenti disini Kak?"
"Lo gak liat ini Cafe, kalo gak nyemil makan, ya ngopi, cepet turun gue haus"
Alya menggeleng "Kakak aja, aku tunggu disini" Yang benar aja ini Cafe bukan warteg, yang harga sepiring nasi plus ayam, tempe, tahu cuma lima belas ribu,masih dapet segelas teh tawar panas lagi, Alya mana punya uang masuk Cafe, kalau pun ada mending uangnya di tabung.. untuk kuliahnya nanti.
"Cek, ribet banget sih tibang turun doang" Faris menarik tangan Alya keluar dari mobil.
"Eh.. kak?" Faris menggenggam tangan Alya, bukan lebih tepatnya menarik agar Alya ikut dengannya, Alya sedikit terseok karena mengikuti langkah Faris yang lebar.
'Ni Cowok tinggi banget sih, kok Aku baru sadar ya' Alya mendongak melihat punggung Faris lalu melihat dirinya cuma setinggi bawah bahu Faris lebih tepatnya cuma sedada Faris.
'Pendek'
"Duduk!" perintah Faris membangunkan lamunan Alya.
Alya yang sudah masuk pun terpaksa menurut dan duduk di depan Faris, Seorang pelayan datang dan memberikan buku menu, Alya tak berniat beli, namun ia hanya penasaran lalu melihat menu, matanya membelalak lalu kembali menutup menu, dia sudah tau harga nya pasti mahal, tapi dia kira harga nya gak semahal itu.
"Lo pesen apa?" tanya Faris ia sendiri sudah memesan jus Alpukat, dan sepiring spagheti serta salad buah untuk cuci mulut.
Alya menggeleng lalu berkata "Aku masih kenyang" Faris mengeryit, seingatnya ia melihat Alya makan Bakso di kantin sekitar tiga jam lalu, itu pun cuma semangkuk, dia saja sudah lapar lagi plus haus juga, gara gara mesti nungguin nih cewek keluar sekolah.
"Lo yakin?"
"Em.. air putih aja" Alya meringis karena cuma itu yang geratis.
.
.
.
.
Like..
Komen..
Vote..
🌹🌹🌹🌹