NovelToon NovelToon
Tak Disangka Jodoh Terbaik

Tak Disangka Jodoh Terbaik

Status: tamat
Genre:Duda / CEO / Anak Yatim Piatu / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Orang Disabilitas / Tamat
Popularitas:28.5k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Alvaro Neo Sandler adalah pria kaya raya yang memiliki kerajaan bisnis di dalam negri maupun di luar negri, saat ini Alvaro sudah berusia 28 tahu.

Dulu Alvaro menikah di usia 18 tahun setelah lulus SMA, saat itu ia menikah karena di jodohkan oleh orang tuanya karena balas budi.

tapi pernikahan itu tidak tahan lama karena Alvaro mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Kedua orang tuanya meninggal sedangkan ia lumpuh dan di nyatakan mandul.

disaat terpuruk sang istri justru menghina dirinya yang cacat serta mandul, lalu memberi surat perceraian.



Tiara Puspa, gadis cantik dan juga baik hati yang baru saja menginjak usia 17 tahun dan duduk di kelas tiga SMA. Tiara adalah anak yatim piatu, kedua orang tuanya sudah meninggal tujuh tahun lalu akibat kecelakaan.

Ia di jadikan pembantu di rumahnya sendiri oleh dan Tante yang menumpang hidup padanya. hingga hampir di jual karena akan di jadikan alat pembayar hutang.

ingin tau kisah keduanya ayo mulai mengikuti kisah mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Antara Hidup dan Harapan

Jam di ruang tunggu rumah sakit terus berdetik. Suara jarum jam seakan menggema di antara keheningan penuh ketegangan.

Di luar ruang operasi, Alvaro duduk diam, memandangi lantai, sementara tangannya bergetar menggenggam ponsel. kelahiran kedua bayi kembar telah selesai, tetapi istrinya—Tiara—belum juga keluar dari ruang operasi.

Candra duduk tak jauh darinya, sesekali melirik jam, lalu menatap sahabat sekaligus kakaknya itu dengan penuh prihatin.

“Kamu udah makan, Al?” tanya Candra, pelan. Karena ini sudah siang hari dan Tiara belum juga keluar.

Alvaro menggeleng pelan. “Mana bisa aku makan saat istri aku sedang bertarung di ruang itu?” bisiknya lirih.

Candra menghela napas. Ia paham benar betapa dalamnya cinta Alvaro pada Tiara. Perjalanan mereka bukanlah perjalanan mudah. Setelah drama dengan Yuli, perceraian yang menyesakkan, luka batin yang perlahan sembuh, hingga akhirnya Alvaro menemukan kedamaian di sisi Tiara.

Kini, wanita yang mengembalikan senyumnya itu sedang bertarung antara hidup dan mati di balik pintu yang tak bisa mereka masuki.

“Bagaimana keadaan Tiara kenapa dokter belum keluar juga ?” tanya mama Nara, menggenggam lengan Putrnya.

Alvaro menatap mama Nara dengan mata sembab. air mata langsung tumpah dari matanya. Papa Neo memeluk Alvaro dari belakang, mencoba menenangkan meski ia sendiri sulit berkata apa-apa.

Candra berdiri dan mendekati mereka. “aku sudah minta dokter yang terbaik untuk menangani Tiara ma pa. Mereka melakukan semua prosedur secepat mungkin.”

Suasana di ruang tunggu terasa begitu sunyi, hanya ada suara napas tertahan dan isak pelan. Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar lagi.

“Pak Alvaro… kami butuh persetujuan cepat untuk transfusi darah tambahan. Ibu Tiara mengalami pendarahan pasca operasi.”

“Ambil darah saya,” sahut Alvaro tegas.

Dokter menggeleng lembut. “Golongan darah Anda tidak cocok, Pak. Tapi kami sudah dapat donor dari bank darah. Kami akan lakukan transfusi sekarang.”

Alvaro mengangguk dengan wajah tegang.

Setelah dokter kembali masuk, suasana kembali senyap. Di sela-sela itu, Candra mengambil tas kecil dari sudut ruangan dan menarik secarik kertas dari dalamnya.

“Aku sempat ke NICU tadi, Can tahu mama dan papa belum sempat melihat cucu cucu mama dan papa, ini ada foto mereka" ujar Candra lalu Candra menyerahkan foto dari hp miliknya

Terlihat dua bayi mungil di dalam inkubator, wajah mereka merah muda, mata terpejam, damai.

Mama Nara menyentuh foto itu. Air matanya kembali mengalir, kali ini bukan karena cemas, melainkan haru. “Ya Tuhan… cucu-cucuku…”

Papa Neo memandang dalam-dalam foto itu, lalu menepuk bahu Alvaro.

“Anak-anakmu luar biasa. Sekarang giliran ibunya. Dia akan keluar dari sana.”

Alvaro tersenyum lemah, meskipun bibirnya gemetar.

Beberapa waktu kemudian, lampu di atas pintu ruang operasi padam. Seorang dokter keluar, kali ini tanpa masker, wajahnya penuh keringat namun lebih tenang.

“Pak Alvaro, operasi selesai. Kami berhasil menghentikan perdarahan. Ibu Tiara dalam kondisi stabil, tapi masih belum sadar. Ia masih dalam pengaruh anestesi dan transfusi.” jelas dokter itu

“Boleh saya lihat dia?” tanya Alvaro cepat.

“Satu orang boleh masuk bergiliran, tapi hanya sebentar. Kami akan pindahkan Ibu Tiara ke ruang pemulihan.” jawab sang dokter

Alvaro mengangguk dan mengikuti perawat menuju ruang pemulihan. Di sana, Tiara terbaring dengan selang infus dan monitor yang terus berbunyi pelan. Wajahnya pucat, tapi napasnya teratur. Alvaro duduk di sisi ranjang, menggenggam tangannya perlahan.

“Sayang…” bisiknya.

“Kamu hebat. Anak-anak kita sudah lahir, dan mereka menunggumu…” ujar Al pelan

Air matanya jatuh di punggung tangan Tiara. Ia mencium dahi istrinya, lalu bersandar di sisi ranjang, menolak pergi meski waktu kunjungan hanya lima menit.

Sore harinya, Tiara masih belum sadar. Dokter mengatakan tubuhnya butuh waktu untuk pulih, dan tak ada komplikasi lanjutan.

Di ruang tunggu, Alvaro, Candra, mama Nara, dan papa Neo berkumpul. Mereka membagi giliran untuk mengunjungi bayi kembar yang kini mulai menunjukkan respons baik.

“Yang perempuan aktif banget. Tangannya nggak mau diam,” ucap Candra sambil tersenyum saat kembali dari ruang NICU.

“Yang laki-laki juga. Tapi mukanya... mirip banget sama Alvaro,” tambah mama Nara.

Alvaro tersenyum bahagia

"Benar sorot matanya. Sama banget,” jawab papa Neo sambil tertawa pelan.

Untuk pertama kalinya hari itu, tawa mengisi ruangan yang sebelumnya penuh kekhawatiran.

Malam pun datang. Alvaro menolak pulang. Ia memilih tidur di kursi panjang ruang tunggu, sementara Candra membawakan makanan dari kantin. Mama Nara dan papa Neo diantar pulang oleh sopir rumah sakit atas permintaan Alvaro, agar bisa beristirahat sejenak.

Sekitar pukul dua pagi, seorang perawat membangunkan Alvaro. “Pak, maaf mengganggu. Tapi istri Bapak... sudah mulai bergerak. Sepertinya sebentar lagi sadar.”

Tanpa pikir panjang, Alvaro langsung berdiri dan mengikuti perawat.

Tiara terbaring di ranjang, wajahnya masih pucat tapi alisnya bergerak pelan. Bibirnya terbuka sedikit, dan suara lirih keluar.

“Mas Al… anak-anak kita… mereka… selamat?” tanya Tiara pelan

Alvaro segera menggenggam tangan istrinya. “Iya, Sayang. Mereka lahir dengan selamat. Laki laki duluan, lalu perempuan. Kuat-kuat, kayak kamu.”

Air mata Tiara langsung tumpah. “Aku mau lihat mereka… sekarang…”

“Kamu masih lemah. Tapi nanti pagi, kamu bisa ketemu mereka. Sekarang istirahat dulu ya, biar cepat pulih.”

Tiara mengangguk pelan, dan matanya kembali tertutup, kali ini dengan ekspresi damai.

Alvaro mencium keningnya sekali lagi.

“Kamu luar biasa, Sayang. Kamu selamatkan mereka. Dan mereka akan sangat bangga punya ibu sekuat kamu.”

Pagi harinya, kabar baik menyebar cepat. Mama Nara dan papa Neo datang kembali dengan membawa makanan dan selimut untuk Alvaro. Mereka langsung memeluk Tiara ketika diperbolehkan masuk ke ruang rawat inap.

“Oh, Nak... kamu bikin jantung Mama mau copot semalam,” kata mama Nara sambil menangis.

Tiara tersenyum lemah. “Maaf, Ma... aku juga takut…”

Papa Neo hanya tersenyum dan menepuk kepala putrinya lembut. “Tapi sekarang kamu aman. Dan kamu seorang ibu sekarang.”

Tak lama, Alvaro masuk ke ruang rawat dengan dua kursi roda dorong kecil.

“Dua tamu penting datang,” katanya, tersenyum bangga.

Dua perawat mendorong inkubator kecil yang kini sudah dibuka. Di dalamnya, dua bayi mungil tidur dengan damai.

Tiara langsung menangis. “Ya Tuhan... mereka... Mas ini anak kita...”

Alvaro mengangguk dan mengambil bayi perempuan lebih dulu, lalu meletakkannya di pelukan Tiara. Beberapa detik kemudian, ia menyerahkan bayi laki-laki ke sisi lain pelukannya.

Tiara menangis, kali ini bahagia. Ia mencium dahi kedua bayi itu sambil berbisik, “Mama di sini... Mama sudah lama menunggu kalian…”

Mama Nara pun tak kuasa menahan air matanya. Papa Neo berdiri di samping tempat tidur, menatap cucu-cucunya dengan mata berbinar.

Candra yang memotret semua momen itu dengan ponselnya, tersenyum di pojok ruangan.

“Kalau gini, kayaknya kantor harus aku yang urus lebih lama. Soalnya, si bos sekarang punya dua atasan kecil baru,” candanya.

Semua tertawa.

Alvaro memandang anak-anaknya dan Tiara. Tangannya meraih tangan Candra dan menggenggamnya.

“Terima kasih. Kalau kamu nggak gerak cepat kemarin, aku nggak tahu gimana jadinya.”

Candra mengangguk. “Aku bukan sekadar asisten, Kak. Aku adikmu. Keluarga.”

Alvaro tersenyum. “Dan sekarang, kita bertiga punya dua alasan baru buat hidup lebih baik.”

Bersambung

1
Dewiendahsetiowati
makasih Thor buat ceritanya dan terus berkarya
Ayudya
Alhamdulillah sampai tamat juga aku bacanya walau kadang sinyal di tempat aku susah.mau kirim komen kadang ga terkirim.makasi Mak
Ayudya: sama sama mak.maaf kalau ada sikap kata aku yg menyakitkan perasaan mak
inda Permatasari: terima kasih udah mampir kak, 🌹🌹🌹
total 2 replies
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Alhamdulillah ceritana sampe tamat, ending yg bahagia 😉😊🤗 makasih thor sehat sllu
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Tinggal tara yg belom ya
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kapan bisa begitu /Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Waah bahahian na 🫠🤗
biby
terimakasih sdh menghibur dg bacaan yg bagus banget
Aghitsna Agis
yah udah tamat kasih season 2 tjor atau judul dendiri tentang anak2nya
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kumpul lagi deh
Aghitsna Agis
tapi kasihan tara blm.ada jodoh jgn lupakan tara dong biar tara juga ikut bahadia ajak srkali.kali untuk.ngumpul bersama seperti yg sudah sudah agar tambah erat lagi apalagi dekarang udah jd kel. dr canfra
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Dwi Setyaningrum
kirain sdh tamat😁 Krn sdh bahagia semua
Cindy
lanjut kak
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Lah bukanna mereka kaya juga, punya rumah besar, kemana harta yg mereka takut bagi2 🤔
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃: Ooh begitu ceritana, pantesaan.. 😅 baguslah
inda Permatasari: di jual semua dan di simpan, karena bongin kabur tapi dapat musibah hingga tidak ada lagi
total 2 replies
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Hhiih moal mereun 😏 bikin susah sendiri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ya ampuun menghilang gara2 warisnkah
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Aghitsna Agis
lagi thor upnya masuh pe asaran nih kel candra pada kemana fitu ggu ipnya mks
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!