Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Yang Indah
Lika turun dari bus dan setengah berlari menuju rumahnya.
Nanti malam ia ada janji menemani Ratna ke acara ulang tahun temannya. Jadi ia harus segera bersiap-siap. Hari juga sudah menjelang petang.
Begitu masuk kamar, Lika melempar tasnya ke tempat tidur. Dan ia menuju lemari.
"Aku pakai baju apa ya?" tanya Lika dengan suara pelan. Di lemarinya banyak pakaian, tapi ia bingung mau memakai apa untuk datang ke pesta ulang tahun.
Ratna menyarankan untuk memakai gaun dan Lika melihat beberapa gaun yang dia punya.
Gaun berwarna pink dengan panjang selutut dan bertangan pendek. Lika mendekatkan hanger pada tubuhnya, memastikan apa pakaian itu cocok dipakai malam ini.
"Ini sajalah!" gaun itu jadi pilihannya.
Lika melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 6 sore, ia pun bergegas masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selang 30 menit kemudian, Lika keluar dari kamar mandi dan ia pun mulai berdandan.
Dan tidak lama kemudian,
"Lika, mau ke mana?" tanya seorang pria paruh baya yang sedang menonton tv. Ia melihat putrinya keluar dari kamar dengan berpakaian rapi.
"Lika mau menemani teman ke acara ulang tahun temannya, yah." jawabnya seraya memakai high hells.
"Jam berapa acaranya?" tanya ayah ingin tahu. Hari juga sudah gelap.
"Jam 8, yah." jawab Lika. Kini waktu sudah menunjukkan jam 7 lewat 20. Ia tadi kelamaan berdandan.
"Jadi kamu nanti pulang jam berapa?" tanya ayah lagi.
"Paling jam 10 Lika sudah sampai rumah, yah." jawabnya. Ratna bilang mereka tidak akan lama di sana. Ya, palingan sebelum jam 9 sudah keluar dari acara itu.
Ayah tampak berpikir dan hatinya mulai merasa tidak enak. "Ayah akan pergi bersamamu."
"Ayah! Lika mau pergi sama teman loh!" ia menolak. Masa ayahnya mau ikut-ikut acaranya.
"Ayah akan antar kamu lalu akan menunggu di luar saja. Setelah selesai acara temannya temanmu itu, kamu pulang sama ayah. Malam hari bahaya nak, kamu nanti pulang mau naik apa?" ayah tetap bersikeras karena mengkhawatirkan anaknya. Tidak ada bus di jam segitu.
"Lika naik motor sama Ratna, ayah."
"Tapi, nak-"
"Lika bisa jaga diri. Ayah tidak perlu khawatir. Percaya saja pada anak ayah." Lika meyakinkan diri, bahwa ia bisa menjaga diri.
Ayah pun terpaksa mengangguk. Ia akan percaya pada anaknya itu. Tidak mau juga dianggap terlalu mengekang anaknya.
"Ayah percaya padamu. Kamu harus bisa menjaga diri." ayah masih mengingatkan.
"Siap, ayah!" Lika memberi hormat. "Lika pergi dulu, yah."
Lika menyalami ayahnya. Tidak lupa pamitan pada bunda dan Caca juga.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Di sini acaranya?" tanya Lika begitu motor yang dikendarai Ratna memasuki area sebuah apartemen yang menjulang tinggi.
"Benar. Temanku sangat kaya." jawab Ratna. Ia memarkirkan sepeda motornya.
"Pacarmu ya?" tebak Lika. Ia melepas helm lalu merapikan rambutnya.
Ratna menggeleng kepala. "Bukan! Dia temanku, aku tidak punya pacar!"
Lika mencibir, ia tidak yakin itu. Pasti ini acara ulang tahun pacarnya Ratna.
"Ayo, Ka!" ajak Ratna. Ia berjalan duluan dan Lika mengikutinya.
Tak lama, mereka kini berada di dalam lift yang akan membawa keduanya naik ke lantai 35.
Begitu sampai di lantai 35, keduanya keluar dari lift dan berjalan menuju unit tempat acara akan berlangsung.
Lika memeluk lengan Ratna, mendadak ia jadi takut. Mereka berjalan di lorong yang begitu sunyi dan sepi.
"Rat, apa kamu yakin di sini tempat acaranya?" tanya Lika memastikan. Tempat ini membuatnya tidak nyaman dan terasa horor.
"Iya di sini. Kamu tenang saja, tidak apa-apa." Ratna menenangkan Lika yang tampak mulai ketakutan.
Di salah satu unit, Ratna menekan bel. Dan terbukalah pintu.
"Selamat datang, Ratna. Aku sudah menunggumu." ucap tuan rumah dengan wajah sumringah.
"Selamat ulang tahun, David." Ratna memberikan selamat.
"Terima kasih." ucap David. Ia melihat wanita di sebelah Ratna seolah bertanya siapa dia?
"Kenalkan ini Lika, temanku." Ratna mengenalkan orang yang di sebelahnya.
"Kenalkan aku David." Pria itu mengulurkan tangan.
"Lika." ia membalas uluran tangan pria itu.
"Mari masuk!" David mempersilahkan keduanya.
Keduanya pun masuk dan Lika mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan itu.
"Katamu acara ulang tahun?" tanya Lika. Di ruangan itu seperti ruangan pada umumnya. Tidak ada hiasan di dinding atau makanan yang tersaji di atas meja.
Bahkan tamu yang datang hanya mereka berdua. Seperti tidak diadakan acara apapun.
"Kemarin ulang tahunnya," bisik Ratna.
"Silahkan duduk, anggap saja rumah sendiri." pinta David. Ia tersenyum ramah pada Lika. Wanita itu sesuai tipenya.
Ratna menarik tangan Lika, temannya itu dari tadi berdiri saja.
"Ayo, silahkan diminum." David kembali membawa nampan. Ia menghidangkan botol minuman dengan beberapa gelas. Juga tidak lupa cemilan disajikannya.
Lika menyenggol lengan Ratna agar melihat botol minuman yang dihidangkan David. Itu botol minuman keeras.
"Silahkan diminum." tawar David setelah menuangkan ke gelas-gelas. Ia mengangkat gelas untuk saling bersulang.
Ratna mengikuti David dan melihat Lika yang diam saja.
"Ayo, Ka!" ucapnya agar mengikuti mereka.
Lika menggeleng. "Aku tidak minum itu." bisiknya. Seumur-umur ia tidak pernah meminum minuman yang mengandung alkohol.
"Hargai David, Ka. Minum sedikit tidak akan membuatmu mabuk." ucap Ratna. Ia meyakinkan Lika.
Lika pun dengan terpaksa mengangkat gelas dan bersulang. Ia akan meminum itu sedikit saja. Sekedar mencecap.
David meminum sambil memperhatikan Lika yang tampak ragu-ragu.
'Minuman apa ini?' batin Lika setelah meminum sedikit. Rasanya menusuk dan tidak enak.
David tersenyum tipis. "Ayo habiskan!"
Lika menggeleng, ia tidak bisa meminum itu.
"Lika, jangan buat aku malu!" bisik Ratna. Minuman itu hanya seperempat gelas dan bukan segelas penuh.
Ratna pun menyodorkan minuman itu dan terpaksa Lika menghabiskannya.
"Lagi!" ucap David setelah gelas itu kosong. Ia menambahkan hingga setengah gelas.
Lika menggeleng, ia tidak sanggup minum lagi. Jadi David yang menghabiskan isi dalam gelas tersebut.
Tak lama Lika memegangi kepalanya yang terasa mulai pusing. Pandangannya juga sudah mulai kabur. Ia melihat Ratna dan David yang tampak mengobrol. Tapi ia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Sudah aku transfer ke rekeningmu." ucap David. Matanya terus melihat Lika yang mulai mabuk.
Ratna melihat ponsel dan tersenyum. "Baiklah, aku akan pergi. Selamat bersenang-senang. Dia masih perawan."
David tersenyum smirk, ia sangat menyukai perawan. Apalagi umur Lika masih 20 tahun. Pasti masih kenyes-kenyes.
Ratna yang akan pergi melihat dari balik tembok. David kini berpindah duduk di samping Lika. Ia pun segera keluar dari unit tersebut, akan membiarkan keduanya menikmati malam yang indah dan bergairah.
'Lika, maafkan aku ya. Aku sangat butuh uang.'
.
.
.
gmn hayo Lika, jadi gak minjem uang ke Evan untuk transfer Boni? 😁
Van, tolong selidiki tuh Boni, kalau ada bukti yg akurat kan Lika biar sadar tuh Boni hanya memanfaatkan dan membodohi nya doang
makanya jangan perang dunia trs, romantis dikit kek sebagai pasutri 😁