Diselingkuhi sedih? Sudah tidak jaman! Angkat kepalamu, gadis, mari kita balas dendam.
Betari diselingkuhi oleh kekasih yang dia pacari selama tiga tahun. Alih-alih menangis, dia merencanakan balas dendam. Mantan pacarnya punya ayah duda yang usianya masih cukup muda. Tampan, mapan, dan kelihatannya lebih bertanggungjawab. Jadi, Betari pikir, kalau dia tidak dapat anaknya, dia akan coba merebut ayahnya.
Namun ditengah misi balas dendamnya, Betari justru dikejutkan oleh semesta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Nando dan Andara
Andara benar-benar dibuat senam jantung dengan apa yang menimpanya. Setelah dihina, dipojokan, lalu sekarang mendapati Nando sempat kelimpungan karena pekerjaannya yang berantakan, membuat Andara berfikir ulang untuk menggangu Betari dalam waktu dekat ini.
Wanita itu merasa ada banyak perubahan pada diri Betari. Dia juga merasa apa yang terjadi pada Nando ada campur tangan wanita itu. Andara tidak bisa lagi menyerang Betari dari segi perasaannya ke Nando. Dia harus berkompromi soal ini dengan sang calon suami, tentunya dengan cara seolah-olah dia yang tersakiti.
Sebenarnya Andara masih bisa dibilang beruntung. Setelah situasi mereda, Nando akhirnya menyadari bahwa penyebab hilangnya file penting bukan karena kelalaian seseorang, melainkan ulah malware yang diam-diam menyusup. Karena itulah, Andara terhindar dari tudingan sebagai pelaku penghapusan file.
Penyelidikan internal kecil-kecilan pun mengerucut pada satu nama, yaitu Betari. Indikasi kuat menunjukkan bahwa sumber malware berasal dari perangkat eksternal yang sempat terhubung ke sistem, dan perangkat itu adalah milik Betari.
Namun Betari hanya mengangkat bahu dan berkelit, "Mana aku tahu flashdisk-nya bermasalah? Lagian siapa juga yang pinjam duluan, coba?" Dengan dalih seperti itu, urusan yang sebenarnya bisa jadi runyam langsung ditutup begitu saja. Nando tak memilih memperpanjang.
Dan sekarang,
Andara lebih fokus ke pernikahan yang sudah di depan mata. Tim make-up sudah datang, mulai mendandani wanita itu secantik mungkin. Wajahnya dipoles, rambutnya ditata, dan tinggal dipakaikan gaun putih yang anggun. Ia harus tampil sempurna. Setidaknya untuk hari ini, dia ingin berbahagia dan diratukan semua orang.
"Lho, kenapa gaunnya beda? Saya kan udah pilih yang ini!" Andara menunjuk galeri ponselnya dengan wajah kesal. Foto gaun yang tersimpan jelas-jelas berbeda dari yang kini tergantung di depannya. Tim MUA saling melempar pandang bingung. Mereka merasa tidak ada yang salah.
Satu per satu mulai memeriksa ulang data.
"Sesuai data kami, ini gaun yang dipesan, Mbak. Kalau memang ada ketidaksesuaian, mungkin bisa dikonfirmasi ke pihak WO," ujar salah satu dari mereka dengan hati-hati.
"Lho, kok saya yang disuruh? Kalian kan yang kerja bareng WO! Saya udah jelas ngomong ke mereka, modelnya bukan yang ini!" Suara Andara mulai meninggi, matanya melirik ke jam. Waktu terus berjalan dan acara nyaris dimulai. Panik bercampur kesal membuat nada bicaranya tak terkontrol.
Tim MUA menahan napas. Bukan karena takut, tapi karena suasana makin tidak nyaman. Mereka tahu betul, ini bukan sepenuhnya kesalahan mereka.
Di tengah kekacauan, pintu pun terbuka. Betari melangkah masuk dengan senyum yang terlalu tenang untuk situasi seperti ini.
"Belum siap ya?" tanyanya lembut, seperti ibu peri dalam dongeng. Tapi bagi Andara, kehadiran Betari justru menambah keruwetan.
Andara memicing tajam, lalu mendengus.
"Ngapain kamu ke sini? Please deh, aku lagi nggak ada tenaga buat ngeladenin kamu. Mood aku udah berantakan banget. Daripada kamu nanti kena semprot, terus sakit hati, terus ngadu-ngadu ke Nando atau Papa, mending keluar sekarang!" Nada suaranya sinis. Dia bisa berlaku seenaknya disni karena jauh dari jangkauan Nando dan Melvis.
"Aku cuma mau periksa keadaan kamu, Andara. Apakah sudah siap atau belum? Ternyata kamu belum pakai gaun." Suara Betari masih lembut. Tidak ada nada ngegas sama sekali.
"Aku nggak mau pakai gaun itu. Ini tuh beda sama yang aku pilih. Jangan mentang-mentang nikah dadakan, segala sesuatunya nggak sesuai kemauan."
"Hng...jadi gitu. Tapi kemarin gimana waktu kamu bikin kesepakatan sama WO-nya?"
"Ya aku pesennya bener lah!"
"Mungkin ada kesalahan teknis. Sekarang mending kamu pakai gaun yang ada. Pernikahan udah sebentar lagi mau digelar."
"Nggak! Nikah itu cuma satu kali seumur hidup, jadi nggak bisa asal jalan tapi nggak sesuai keinginan."
"Nggak sesuai keinginan gimana? Kamu sebenarnya nggak ingin nikah dengan Nando?" Pancing Betari.
"Bukan gitu. Maksudnya, setiap orang pasti punya bayangan wedding impian mereka, Be. Masa sih kamu nggak ngeri hal se-simple itu. Eh, ngomong-ngomong memangnya pernikahan kamu sama Papa Melvis--"
Betari sekonyong-konyong menyelak. "Waktu terus berjalan." Kemudian dia menirukan nada jam dinding, yang bunyinya seperti salah satu sosial media. Andara dibuat semakin ingin menjerit.
Betari tahu Andara kesalnya minta ampun. Maka, dia menyuruh calon istrinya Nando tersebut untuk mengurai kemarahan dengan olah nafas.
"Tenangin diri kamu, Andara. Tarik nafas, pejamkan mata, lalu bayangkan muka walid." Begitu arahan Betari pakai nada serius.
Andara yang tadinya menurut, memejamkan mata sambil menarik nafas, sontak membuka mata dengan ekspresi kaget. "Apa-apaan sih kamu, Be!"
Seisi ruangan bibirnya berkedut menahan tawa.
Berada dalam satu atap, sedikit banyaknya Betari tahu kegiatan Andara, termasuk tontonan yang akhir-akhir ini dia pantengin setiap hari. Walid yang disebut Betari barusan bukan nama gebetan, apalagi mantan. Dia karakter di dalam film asal Malaysia yang sedang viral. Film tersebut mengisahkan tentang sekte sesat yang dipimpin oleh Walid--seorang aki-aki yang menyentuh para gadis dengan dalih menjinakkan khodam.
"Andara, waktu terus berjalan. Kamu mau nikah sekarang, atau kamu cuma mau jadi istri batinnya Nando aja?"
"Enak aja kamu kalau ngomong. Aku mau nikah sah secara agama maupun negara."
"Yaudah kalau gitu. Jangan lama-lama, nanti bisa batal pernikahan ini. Semua sudah menunggu, sayangku." Betari melenggang keluar dari ruangan dengan hati penuh kemenangan. Sementara itu, Andara terduduk lemas. Jeritannya tertahan di tenggorokan, dan tangisnya pecah tanpa setetes pun air mata.
...*****...
Andara sudah siap. Dia melenggang keluar, berjalan anggun menuju tempat pernikahan. Kekesalan tidak selesai sampai di ruang make-up. Rupanya tidak hanya gaun saja yang berbeda dari rencana awal, tapi juga dekor dan semua printilannya telah berubah.
Perbedaannya bukan berarti ganti menjadi lebih norak. Semuanya tetap mewah dan berkelas. Hanya saja, semua itu tidak sesuai dengan angan-angan Andara. Ketika mendapati apa yang menjadi impian tidak terwujud, itu rasanya seperti kaki berubah menjadi jeli. Lemas.
Andara mengedarkan pandangan. Dia menangkap ekspresi semua orang tidak ada yang keberatan dengan hal ini. Semuanya nampak bahagia dengan obrolan dan juga tawanya yang mengudara. Tidak satu pun dari mereka tampak terusik. Tak ada yang menyadari bahwa konsep pernikahan ini telah berubah, karena memang hasil akhirnya tetap indah, tetap bisa dibanggakan.
Tapi... benarkah tak ada seorang pun yang bernasib sama dengan Andara--impiannya hancur?
Jawabannya ada.
Seseorang itu adalah ayahnya Andara, yang berdiri tak jauh dari keberadaan Melvis.
Huhuhuhu... gini banget ya rasanya nikah nggak diurusin sama orangtua. Ini semua gara-gara Betari. Dasar mertua nggak ada akhlak!
.
.
.
Bersambung.