NovelToon NovelToon
Secercah Asa Untuk Utari

Secercah Asa Untuk Utari

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: emmarisma

Kehidupan yang semula diharapkan bisa mendatangkan kebahagiaan, rupanya merupakan neraka bagi wanita bernama Utari. Dia merasakan Nikah yang tak indah karena salah memilih pasangan. Lalu apakah Utari akan mendapatkan kebahagiaan yang dia impikan? Bagaimana kisah Utari selanjutnya? simak kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Mengenang Masa Itu

Usai makan, Bian mengajak Utari pergi. Namun, Utari tidak bertanya kemana Bian akan membawanya, seolah dia sudah mempercayakan hidupnya pada pria itu.

Mobil Bian berhenti di sebuah kedai bakso dekat dengan sekolah mereka dulu.

"Kita serius mau makan lagi, Bi?" Utari sedikit terkejut karena dibawa ke tempat ini. Dulu dia dan Bian sering sekali makan di tempat ini.

"Kata kamu dulu, aku boleh makan apapun yang ingin aku makan?" ucap Bian, dia menatap Utari dengan wajah pura-pura polos hingga membuat Utari mendengus geli dengan kelakuan Bian ini.

Saat masuk ke kedai bakso, seorang pria tua menyapa keduanya dengan hangat.

"Loh, ini mbaknya yang dulu sering makan di sini kan?" tanya bapak penjual itu dengan nada bersemangat.

Utari menarik kedua sudut bibirnya dan mengangguk. "Iya, Pak Min."

"Wah, sudah lama sekali, sekarang sudah jadi makin cantik," puji pak Min.

"Ah, pak Min bisa aja. Pak saya pesan kaya biasanya, ingat ga?" tanya Utari dengan sedikit bercanda.

"Ingat, Neng. Bakso dua mangkuk, yang satu ga pake toge, yang satu ga pake mie." Setelah menyebutkan pesanan Utari, pak Min baru menyadari keberadaan Bian.

"Ini mas gendut itu? Sekarang badannya bagus pisan."

Utari tertawa mendengar pertanyaan pak Min. Bian dengan kesal menyeret Utari untuk duduk di kursi pojok.

"Perasaan mojok terus dari tadi," celetuk Utari. Bian hanya memutar bola matanya dan memilih bermain ponsel. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya sedang marah saat ini. Utari terkekeh dan menoel dagu Bian.

"Ish, kalau ngambek makin ganteng," ucap wanita itu. Bian melirik Utari sejenak dan lalu tersenyum setelah mendengar pujian itu.

Setelah dua mangkok bakso diantar, Bian dan Utari makan sambil mengenang masa masa di sekolah mereka dulu. Keduanya mengenang masa itu dengan penuh nostalgia.

Usai makan, Bian mengajak Utari berjalan di sekitar area sekolah mereka. Utari memandang bangunan sekolahnya dulu dengan perasaan campur aduk.

Pandangan mata Utari beralih ke bahu jalan, di mana dulu ia akan selalu diturunkan ayahnya di sana. Ada perasaan getir yang tiba-tiba menyelusup di hatinya. Utari merasa perasaan itu baru kemarin dia rasakan, ketika dirinya bersalaman dengan ayahnya dan mencium punggung tangan pria paruh baya itu. Setiap kali Utari mencium punggung tangan ayahnya, ayahnya akan selalu mengusap kepalanya dan mengatakan doa yang sama, "Semoga kelak hidupmu akan dipenuhi dengan kebahagiaan."

"Tari! Tari!"

Bian berhenti di hadapan Utari dan mengguncangkan bahu Utari.

"Hah, kenapa?" Utari linglung dan tampak bingung.

"Kamu kenapa?"

"Ga apa-apa, Bi."

"Kalau ga kenapa-kenapa, lalu ini apa?" Bian menunjuk ke kiri dan kanan mereka. rupanya Utari hampir saja berjalan ke tengah jalan raya.

Utari mengerjap bingung. Perasaan tadi dia hanya diam di tempat, kenapa bisa sekarang dia berhenti hampir di tengah jalan. Beruntung Bian segera menarik dirinya.

Bian membawa pulang Utari, dia sedikit merasa cemas dengan keadaan wanita itu.

Setibanya di rumah, Utari masuk ke dalam kamar. Mama Sukma menepuk bahu Bian, "Ada apa dengan Tari?" tanya mama Sukma menatap Bian dengan curiga.

"Tadi aku ngajak Utari ke sekolah kami yang dulu, tapi ga tahu kenapa Utari tiba-tiba saja melamun dan hampir berjalan ke tengah jalan raya, Ma."

"Apa dia lagi banyak pikiran, ya?" gumam Mama Sukma.

"Aku juga kurang tahu, Ma." Bian menjawab karena mendengar gumaman mama Sukma.

Dewa pulang dari kantor dan melihat mama Sukma juga Bian sedang bicara. Ia lantas berjalan mendekat dan duduk di samping Bian.

"Ada apa, Bi?"

"Ga tahu, Bang, ada yang salah sama Tari."

"Salah apanya?" tanya Dewa keheranan. Bian menggaruk kepala belakangnya. Dia sendiri pun bingung bagaimana menjelaskan situasinya pada Dewa.

Malam harinya semua orang berkumpul kecuali Utari. Tadi mama Sukma sudah mengajak Utari untuk makan malam, tetapi wanita itu menolak ajakan mama Sukma dengan lembut. Mama Sukma hanya mengangguk dan membiarkan Utari kembali beristirahat.

"Tari beneran ga mau turun, Mah?" tanya papa Tama.

"Ga, Pah. Dia bilang dia mau istirahat aja. Wajahnya kelihatan pucat banget tadi."

"Memang tadi kamu ngajak Utari kemana, sih, Bi?" tanya papa Tama.

"Bian cuma ajak dia makan, Jalan-jalan nostalgia di sekolah lama, Pah."

"Udah lah, Pah. Nanti coba mama bicara sama Tari lagi."

Nisa mendengarkan para orang tua berbicara, dia menunduk sesaat. "Oma, Opa, ibu kenapa?"

Mama Sukma dan Papa Tama seketika mengalihkan mata mereka. Mama Sukma melirik papa Tama begitu juga sebaliknya.

"Ibu kamu ga apa-apa, Sayang."

Nisa mengangguk, meski dalam hatinya merasa tak nyaman, tapi dia memilih bungkam.

***

Di lain tempat, Hana pergi diam-diam meninggalkan Iqbal. Dia menitipkan Iqbal pada ibunya. Dia berencana akan menghadiri reuni dengan teman-temannya dimana Daru menjadi salah satunya.

Hana tiba di restoran yang dijanjikan. Ia melihat banyak teman-temannya yang sudah berkumpul. Hana pun dengan senyum manisnya mendekat.

"Hai, semuanya," sapa Hana sambil melambaikan tangannya.

"Hana!" beberapa teman memanggil Hana dengan penuh semangat.

"Eh, Daru! Itu Hana sudah datang." Salah satu kawan menunjuk ke arah Hana dan berbicara pada Daru. Malam itu Daru memakai pakaian kasual, sebuah kaos kemeja berwarna hijau tua dan celana jeans biru muda membuatnya terlihat menawan. Rambutnya disisir kebelakang dan aroma pparfumnya seperti aroma parfum laki-laki pada umumnya.

Hana mendekat ke arah Daru dengan wajah malu malu. Wanita berusia 29 tahun itu tampak sangat senang melihat keberadaan Daru di sana.

"Hai." Hana menyapa dengan lambaian tangan. Daru tersenyum.

"Kok cuma Hai, duduk sini, dong." Daru menepuk kursi di sebelahnya. Wajah Hana memerah dia mendekat dengan langkah yang sedikit goyah karena grogi.

"Apa kabar? Lama banget ga lihat kamu," goda Daru. Hana semakin malu malu dibuatnya.

Acara reuni itu sebagian besar diisi oleh kegiatan bincang-bincang, tapi hanya Hana dan Daru yang tampaknya asyik dengan obrolan mereka sendiri. Hana sesekali tertawa mendengar ucapan Daru.

Setelah acara selesai, Daru menawarkan tumpangan pada Hana. Mulanya, Hana menolak dengan enggan tawaran Daru, tetapi karena kegigihan Daru dalam merayu Hana, wanita itu pun akhirnya luluh.

Daru mengantarkan Hana dengan mobilnya. Hana tampaknya sangat puas dengan Daru. Sejenak dia lupa jika ada Akmal yang menunggunya di rumah, uring uringan.

"Besok, ajak anak kamu jalan-jalan, yuk! Gimana?" tanya Daru saat mobilnya berhenti di lampu merah.

"Jalan-jalan kemana?"

"Ke taman satwa gimana?" tawar Daru. Hana ingin segera mengangguk, tetapi dia ingin menjaga imagenya.

"Ehm, gimana ya?"

"Ayolah, aku pengen ketemu anak kamu, Na."

"Ya udah, deh. Besok ya. Nanti kamu chat aja."

Daru mengangguk dan mengusap kepala Hana. Hana tertegun sesaat. Wajahnya memerah, dia pun segera keluar dari mobil Daru. Hana menunggu hingga mobil Daru pergi, dia melambaikan tangannya pada Daru sebelum masuk ke kawasan rumahnya.

"Bagus! Dari mana kamu, hah?"

1
Cindy
lanjut kak
Widia Sari
benci sama utari anak nya juga mlh ikut di benci hadeeehhhh zia....zia.... hatinya terlalu jahat jadi sm anak kecil juga jahat
Widia Sari
lanjut lagi kk
Widia Sari
tamalah riwayat kamu akmal
Cindy
lanjut kak
Widia Sari
alhamdulillah akhirnya up juga
semoga sehat selalu kk
Cindy
lanjut kak
jiannafeeza 2201
ini manya ko gk ada up nya
Cindy
lanjut kak
jaran goyang
𝚌𝚙𝚝 𝚔𝚔 𝚎𝚖.... 𝚌𝚎𝚛𝚊𝚒𝚔𝚗 𝚖𝚛𝚔... 𝚓𝚐𝚗 𝚕𝚊𝚖𝚊"
Widia Sari
semangat tari saatnya bahagia bersama bian dan nisa
jaran goyang
𝚑𝚢 𝚞𝚕𝚎𝚝 𝚋𝚞𝚕𝚞
Cindy
lanjut kak
Widia Sari
lanjut
Widia Sari
lanjut lagi dong
Cindy
lanjut kak
Apthiana Devi
semua cerita2 nya bagus...
Ati Rohayati
Luar biasa
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!