NovelToon NovelToon
Secercah Asa Untuk Utari

Secercah Asa Untuk Utari

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: emmarisma

Kehidupan yang semula diharapkan bisa mendatangkan kebahagiaan, rupanya merupakan neraka bagi wanita bernama Utari. Dia merasakan Nikah yang tak indah karena salah memilih pasangan. Lalu apakah Utari akan mendapatkan kebahagiaan yang dia impikan? Bagaimana kisah Utari selanjutnya? simak kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Panggil Papa

Utari seketika menatap mama Sukma bingung. Calon istri Bian? Kenapa mama Sukma mengenalkan dirinya sebagai calon istri Bian? Apa maksudnya?

Utari hendak menyangkal ucapan mama Sukma, tetapi mama Sukma menyentuh bahu Utari sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku mau tanya kak Bian, Tante pasti lagi bercanda 'kan?"

Kezia ingin segera berbalik mencari keberadaan Bian. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat melihat Bian berjalan ke arah mereka.

"Kak Bian." Kezia berlari menghampiri Bian. Dia hampir memeluk pria itu, tapi Bian segera menggeser tubuhnya ke samping. Alhasil Kezia hanya memeluk angin saja.

"Kak."

"Jaga sikapmu, Zia," ucap Bian datar. Dia melanjutkan jalannya dan berdiri di belakang Utari.

"Kak, tolong katakan kalau tante lagi bohong aja 'kan? Kakak ga serius mau menikah sama dia 'kan?"

"Memang kenapa kalau benar? Dan apa pentingnya aku harus menjelaskan semuanya padamu?" tanya Bian dengan raut wajah dingin.

Merasa putrinya patah hati, Melati menyentuh kedua bahu Kezia dengan lembut. "Maafkan sikap Kezia, Mbak. Dia terlalu dimanjakan di keluarga kami. Lagi pula Kezia ini kan sejak dulu memang sangat dekat dengan Bian, jadi wajar kalau dia bertanya," ujar Melati.

Mama Sukma melihat Kezia dan Melati dengan sinis. "Jangan berbicara yang tidak tidak, sejak kapan Bian dekat dengan Kezia? Bahkan setiap kali kalian kemari saja, Bian selalu pergi bekerja. Jangan mengarang cerita."

Melati terkejut dengan bantahan mama Sukma. Ia pikir saudarinya akan memberinya muka di depan banyak orang, tapi siapa sangka dia terlalu percaya diri. Tangan Melati terkepal, dia menatap Utari penuh kebencian.

Utari menunduk, dia tidak tahan melihat tatapan kebencian terarah kepadanya.

"Sarapan dulu." Bian merangkul bahu Utari dan membawanya ke ruang makan. Dia tidak peduli dengan tamu-tamu itu.

Setelah mereka sampai di ruang makan, Utari menatap tangan Bian yang masih setia merangkul bahunya.

"Bi, aku jadi ga enak sama tamu mama kamu."

"Nanti aku bikin enak."

"Ih ... apaan, sih? Ngomongnya ga jelas banget." Wajah Utari memerah hingga ke telinga. Bian mengulum senyumnya melihat hal ini.

Keduanya duduk dan lalu makan. Kali ini Utari tetap melayani Bian dengan lembut. Bian melengkungkan bibirnya. Sungguh dia sudah tidak sabar untuk segera memperistri Utari.

Utari duduk berhadapan dengan Bian, dia bisa melihat pria itu memakai kemeja lengan panjang berwarna putih dan celana jeans biru tua. Lengan kemejanya ditekuk hingga siku, sehingga ia bisa melihat tangannya yang berotot. Wajah Utari masih terus merona. Entah kenapa pikirannya jadi terganggu.

Melihat wajah Utari yang tertegun, Bian seketika tersenyum. Sangat menggemaskan.

Saat Bian dan Utari makan, Nana datang bersama Nisa. Nisa memakai seragamnya. Namun, wajahnya terlihat muram.

"Ada apa, Sayang? Kok murung?"

"Bu, kemarin aku bertanya, tapi ibu tidak jawab. Boleh 'kan, Bu?"

Utari berdiri dan lalu menekuk kakinya agar dia sejajar dengan Nisa. Ia pikir putrinya akan melupakan masalah semalam, tapi rupanya dia salah.

"Boleh, ya, Bu?" wajah Nisa tampak memerah seperti hendak menangis.

Bian segera mendekat dan memeluk Nisa. "Ada apa ini? Kenapa Nisa menangis, Sayang?"

"Nisa ga mau punya bapak, Om," ujar gadis itu jujur. Bian menatap Utari, bertanya lewat isyarat mata.

"Nisa kenapa ga istirahat di rumah dulu. Kan baru sembuh?"

"Nisa mau sekolah, Om, tapi Nisa ga mau bilang kalau Nisa punya bapak."

"Memang kenapa?"

"Nisa ga mau." Gadis kecil itu mulai berurai air mata. Bian benar-benar tidak tega melihatnya.

"Kalau begitu bilang aja sama temen-temen Nisa, kalau Nisa cuma punya papa, ga punya bapak."

"Bi!" Utari menatap Bian tak percaya. Bagaimana bisa pria itu berbicara seperti itu pada putrinya.

"Papa?" Wajah Nisa tampak bingung.

Bian mengangguk sambil mengusap air mata Nisa, dia menunjuk dirinya sendiri, "Ini papa, Sayang. Mulai sekarang Nisa bisa panggil Om dengan sebutan papa. Gimana? Apa Nisa mau?"

Nisa tersenyum dan lantas kembali memeluk Bian. Kali ini bukan berderai air mata, melainkan dia memanggil Bian papa dengan wajah penuh gelak tawa bahagia.

"Terima kasih, Papa."

Utari membuang muka dan menengadah. Matanya memerah, tak kuasa melihat pemandangan menyentuh hati begini.

Bian menggendong Nisa dan mendekati Utari. Utari menatap Bian dan Nisa, lalu menyunggingkan senyum.

"Bu, boleh Nisa panggil om, Papa?"

Utari mengusap matanya dan mengangguk. "Boleh, Sayang."

Utari tidak bisa bertahan lagi, ia menepuk lembut punggung Nisa dua kali dan lalu berbalik masuk ke toilet.

Utari menggigit bibirnya agar suara tangisnya tidak terdengar keluar. Hatinya benar-benar sakit mengingat perlakuan Akmal pada Nisa, sehingga membuat Nisa menjadi seperti ini. Bahkan Utari seolah merasa baru kemarin Nisa mendapatkan semua perlakuan buruk itu.

Saat anak-anak yang lainnya bisa bermanja pada ayahnya, Nisa justru harus menangis di sudut kasur karena sering dipukuli Akmal. Akmal sering marah pada Nisa karena masalah sepele. Akmal marah dan memukuli Nisa hanya karena Nisa tidak sengaja menjatuhkan permen temannya dan membuat anak itu menangis. Dia juga pernah dihajar hanya karena berebut mainan dengan anak tetangga mereka.

Di saat anak-anak lain di luar sana bergembira dibelikan baju lebaran oleh ayahnya, baju baru yang Utari belikan untuk Nisa justru malah dirusak oleh Akmal dengan alasan Nisa tidak pantas memakainya.

Utari menekan dadanya yang sesak. Bian menurunkan Nisa dan membiarkan Nana membawa Nisa. Bian mengetuk pintu toilet dengan sabar. Namun, Utari tidak kunjung membukanya.

"Tari buka pintunya," kata Bian. Pria itu sudah bisa menduga jika Utari saat ini pasti sedang menangis.

Utari tidak langsung membuka pintu, dia mengatur napasnya dan lalu membasuh wajahnya dengan air berkali-kali.

Saat Utari keluar, Bian memandanginya dengan tatapan yang sangat lembut. Dia menarik Utari kedalam pelukannya dan tak berselang lama, tangisnya kembali pecah.

Keduanya berpelukan di depan pintu toilet, Bian menepuk punggung Utari dengan lembut.

Mama Sukma melihat keduanya dan segera menghampiri. "Ada apa ini, Bian? Tari kenapa?"

Utari langsung melepaskan diri dari pelukan Bian. Dia menunduk malu dan tidak berani menatap mama Sukma.

"Bian, cepat katakan, ada apa dengan Utari?"

"Ma, tadi Utari cuma terharu aja melihat Nisa sudah sehat."

"Yang bener kamu?"

"Serius, Mah."

"Bener Tari?" tanya Mama Sukma memastikan. Utari mengangguk. Namun, dia benar-benar tidak bisa mengangkat wajahnya. Dia sangat malu karena kepergok berpelukan. Utari malu karena tidak bisa menolak pelukan Bian.

Mama Sukma akhirnya melirik Bian dengan sinis. Bian mengusap tengkuknya dengan canggung. Bukankah mama terlalu berlebihan? Bian merasa dijadikan anak tiri oleh mamanya setelah ada Utari.

1
Widia Sari
lanjut
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
Apthiana Devi
semua cerita2 nya bagus...
Ati Rohayati
Luar biasa
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
jiannafeeza 2201
jangan bilang dewa suka sm utari
utari pokoknya untuk Bian gak boleh sm yang lain 😁
jaran goyang
𝚍𝚎𝚠𝚊 𝚗𝚘 𝚢𝚊 𝚗𝚘
jaran goyang
𝚙𝚜𝚝 𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚖𝚗𝚌𝚕𝚔𝚊𝚒.... 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚖𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒𝚞𝚜
jaran goyang
𝚐𝚔 𝚍𝚊 𝚘𝚝𝚊𝚔
Widia Sari
dasar si ibu gak tau malu
ni karena mau merasakan kekayaan utari makanya di bujuk utari buat rujuk sm si akmal ...
Bagus utari jawaban yang bagus biar kapok tuh si ibu
jaran goyang
𝒓𝒔𝒌𝒏..𝒏𝒆𝒙𝒕
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong kk
kaila
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!