Identitas Pengganti Nona Pertama

Selang lima menit saja, Lei Guiying langsung mengambil alih bayi dalam gendongan suaminya. Bayi itu mulai menangis karena sudah lapar. "Apa kamu lapar?" Mendekatkannya kepada ibu bayi. "Tuan, Nyonya. Bagaimana saya memanggil anda?"

"Nona, anda bisa memanggil saya Bolin dan istri saya Chyou." Tuan Bolin mendekatkan dirinya kearah suami penyelamatnya. "Tuan, saya doakan anda juga segera mendapatkan momongan." Menepuk pundak Shui Long Yin pelan.

Shui Long Yin hanya menatap diam dengan ekspresi datar.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar. Tuan Bolin membukakannya, ada dua wanita tidak terlalu tua datang dengan membawa banyak barang untuk bayi kecil. "Kalian sudah datang." Membiarkan dua orang itu masuk ke dalam kamar. "Nona, saya sudah mendapatkan pelayan untuk menemani juga menjaga istri saya."

Lei Guiying tersenyum melihat kedua pelayan baru. "Baik. Saya akan datang setiap pagi dan sore. Untuk memastikan keadaan Nyonya Chyou juga bayi kecil. Ruangan ini juga terlalu kecil untuk di tempati banyak orang. Kita harus kembali," Meraih tangan suaminya. "Tuan, Nyonya. Kami pergi dulu."

"Baik," ujar Tuan Bolin dengan senyuman tulus.

Lei Guiying menarik lembut suaminya agar segera keluar dari kamar di ikuti pelayan pribadinya. Mereka menuruni tangga menuju lantai bawah. Genggaman tangan gadis itu juga langsung terlepas di saat mereka sampai di depan pintu utama penginapan.

"Kamu ingin pergi?" Tanya Shui Long Yin menghentikan langkah istrinya.

"Iya, aku ingin melihat mayat salah satu korban. Mungkin saja masih ada petunjuk yang tertinggal. Zue er, kamu tetap tinggal di penginapan. Jika ada masalah dengan bayi atau ibunya. Kamu bisa segera menemui ku." Lei Guiying menatap kearah pelayannya lalu melangkah keluar dari penginapan menuju kereta miliknya. Bisa di bilang kereta milik kediaman pangeran kesembilan.

Shui Long Yin ikut masuk ke dalam kereta. Dia menyesuaikan kenyamanan baru setelahnya menyandarkan tubuhnya.

Kereta bergerak maju menuju ke tempat penemuan jasad pria pemain alat musik Guqin. Setelah lima belas menit di dalam kereta mereka berdua turun menuju ketempat penemuan jasad. Di tempat itu mereka hanya berdiam selama sepuluh menit lalu melanjutkan perjalanan kembali menuju tempat penyimpanan jasad.

Kereta berhenti di salah satu rumah cukup tua yang telah lama kosong. Di depan pintu masuk kediaman sudah ada dua penjaga. Tempat yang telah di sewa sementara waktu untuk menyimpan mayat. "Pangeran kesembilan, Selir Li." Ujar serentak kedua pengawal setelah mendapati pangeran kesembilan bersama istrinya datang. Pintu utama langsung di buka mempersilahkan mereka masuk kedalam.

Ruangan tidak terlalu gelap karena ada lilin yang di letakkan di atas meja sebagai penerangan utama. Lei Guiying yang masih merasa kurang nyaman membuka dua jendela agar penerangan lebih baik lagi. Dia berjalan mendekat kearah mayat yang ada di tengah-tengah ruangan. Gadis itu membuka penutup putih agar bisa memeriksa lebih jauh lagi. Namun saat tangannya menyibak hampir sebagian kain penutup mayat tangannya di hentikan. "Ada apa?"

"Kamu bahkan berani melihat tubuh pria lain di depan ku. Guiying, suami mu masih ada di sini." Shui Long Yin menatap dingin.

"Pengeran kesembilan, dia sudah mati." Ujar Lei Guiying menekan dengan menatap kesal. Dia langsung menarik tubuh suaminya agar lebih mendekat kearah mayat. "Kalau begitu kamu saja yang memeriksanya." Menyilangkan kedua tangannya menatap diam.

Dengan santainya pangeran kesembilan bilang, "Aku tidak tahu cara mengautopsi mayat."

Lei Guiying menghela nafas dalam di hatinya. Kesabarannya benar-benar teruji di samping pria itu. "Jangan menghalangi ku." Gadis itu langsung membuka kain penutup secara keseluruhan.

Shui Long Yin dengan cepat menghadang pandangan istrinya agar tidak melihat hal yang terlalu sensitif dari mayat itu. "Tunggu."

Kreekkk...

Pria muda itu menyobek jubah yang ada di tubuhnya. Menempatkan sobekan cukup besar pada area sensitif dari mayat. "Sudah." Dia menghindar membiarkan istrinya memeriksa penyebab kematian pria pemain Guqin. Meskipun begitu ada perasaan tidak terima yang masih menekan dadanya.

Lei Guiying menarik lengan gaunnya sedikit mendekatkan tubuhnya. Sebelum itu dia memberikan penghormatan terakhir baru memulai pemeriksaan. Meski bau busuk sudah tercium dari mayat itu tetap saja dia harus segera menyelesaikan pemeriksaan. Gadis itu melihat benjolan di kepala juga tusukan pedang pada bagian jantung. "Tusukan pedang ini menjadi penyebab utama kematiannya. Sepertinya sebelum di serang dengan pedang. Kepalanya di hantam benda tumpul berulang kali. Baru setelahnya pedang menembus jantungnya hingga ke bagian punggung belakang." Mundur dua langkah kebelakang. Memberikan penghormatan terakhir kepada mendiang. "Pedang penyebab kematian korban juga harus segera di temukan. Untuk menambah barang bukti di tempat kejadian."

"Aku akan meminta pengawal mencarinya." Mengambil kain putih yang ada di samping mayat lalu menutupkannya kembali. "Kita keluar dari sini. Aku sudah merasa tidak nyaman." Menarik tangan istrinya dengan lembut. Sesampainya di luar ruangan Shui Long Yin menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan.

Gadis itu melepaskan genggaman tangan suaminya. "Aku akan mencari bukti itu." Dia berjalan dengan cepat keluar dari halaman kediaman itu. Dan pergi menghilang di antara keramaian.

Shui Long Yin hanya bisa menghela nafas dalam memikirkan semua tindakannya. Beberapa waktu terakhir dia selalu saja menjadi sangat tidak terkendali jika berkaitan dengan istrinya. Gadis pengantin pengganti yang tidak pernah bisa ia cari masa lalunya. "Jika aku menyukainya. Celaka, benar-benar celaka." Berjalan pergi menuju kearah kereta.

"Pangeran kesembilan." Dari arah luar kereta terdengar suara pria yang tengah memberikan hormat.

"Awasi dia. Aku tidak ingin hal buruk terjadi dengannya," ujar Shui Long Yin dari dalam kereta.

"Baik." Pengawal bayangan itu pergi setelah mendapatkan perintah untuk menjaga Selir Li yang telah pergi semakin jauh.

Kereta melaju kembali dan pergi kearah penjara. Penjagaan ketat terlihat di sepanjang jalur utama menuju lembaga pemerintahan. Tempat yang di gunakan mengurung Walikota Yang. Di saat pangeran kesembilan turun semua penjaga mengarahkan pedang di tangan mereka. Namun pedang di tarik kembali di saat plakat resmi menteri pertahanan di tunjukkan. Pangeran kesembilan di arahkan ketua pengawal kota menuju ke dalam ruangan penjara yang cukup pengap. Cahaya obor kecil di nyalakan di sepanjang jalur membuat penerangan.

"Tuan, orang yang anda cari ada di dalam." Ketua pengawal kota berdiam menunggu di luar jeruji besi.

Pengeran kesembilan masuk ke dalam ruangan. Dia melihat Walikota Yang duduk tenang. Pria paruh baya itu tidak terlihat seperti seseorang yang baru saja melakukan kesalahan fatal. Meski ada raut kesedihan tapi semua itu bukan di akibatkan dia membunuh istrinya juga kekasih gelap istrinya. "Walikota, saya datang menagih janji yang kamu ucapkan sepuluh tahun lalu." Plakat giok tanda milik pangeran kesembilan di perlihatkan.

Mendengar itu Walikota Yang menatap kearah suara. Dia melihat pria muda gagah dengan aura yang sangat luar biasa. Dirinya ingat betul jika pria muda itu juga ikut memainkan alat musik Guqin dengan sangat indah. Pada saat pesta pernikahan putranya. Namun di saat pandangan matanya jatuh pada plakat giok. Walikota Yang langsung berlutut. "Pangeran kesembilan, hamba siap menerima tugas."