Seorang gadis bernama santi anastasia yang berusia 24 tahun yang ditinggalkan oleh kekasihnya karna insiden kecelakaan yang terjadi dua tahun yang lalu tepat di hari ulanga tahunnya, yang membuatnya menutup diri dan memutuskan untuk pergi dari kota asalnya karna ingin melupakan kenangan bersama sang kekasih. dikota yang baru, santi menjalani kehidupanya dengan menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah yang terkenal di kota itu, hingga dia bertemu dengan seorang lelaki yang tak lain adalah pemilik sekolah tempat santi bekerja dan karna suatu kesalah pahaman membuat mereka terpaksa harus menikah.
Ruben Prasetya seorang pemuda yang berusia 29 tahun, dia seorang pengusaha yang terkaya dan tersohor dikotanya, namun sampai kini masih belum menikah akibat kegagalan percintaannya lima tahun yang lalu sehingga membuatnya menjadi pria yang kejam dan dingin bahkan tak akan segan menghancurkan orang yang telah menyinggungnya, hingga suatu saat terjadi sesuatu yang mengharuskan dia untuk menikahi gadis yang mengajar di sekolah miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon baene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan
Dua minggu setelah kejadian di hotel itu, tepat hari ini adalah hari pernikhan Ruben dan santi. Bagi para pengantin lain ini merupakan hari yang sangat istimewa dan membahagiakan namun berbeda dengan kedua insan yang akan melangsungkan pernikahan ini tidak ada raut bahagia yang terpancar sama sekali.
Masih sangat jelas pembicaraan dan keputusan mereka kala itu bahwa ini hanya sementara saja, karna ruben tidak mau menyakiti ibunya sehingga dia memaksa santi untuk menikah sentara dan akan berpisah setelah enam bulan kedepan.
*flashback...
" hei..! kenapa kau bilang kita akan menikah.?" tanya santi saat tinggal mereka saja yang ada dalam kamar itu.
" kenapa kau tidak mau.?" tanya ruben datar.
" tentu saja aku tidak mau, kau pikir aku wanita apa yang mau menikah dwnga orang yang tidak ia kenal."
" kalau kau tidak mengenalku lalu kenapa kau tidur bersamaku disini.?"
" hei kan aku udah bilang kalau aku mau menolongmu dan aku tidak sengaja tertidur disini." kata santi menaikan suaranya satu oktaf.
" pelankan suaramu jangan berteriak didepanku."
" cih memangnya kau siapa ha.! jawab santi menyilangkan kedua tanganya didepan dada.
" jaga sikapmu jika kau tidak mau kehilangan pekerjaanmu." jawab ruben dingin.
tercengang....
Santi kaget akan apa yang dikatakan lelaki dihadapannya ini, mana mungkin dia pemilik sekolah tempat ia bekerja dan kalau memang itu benar maka ia tidak akan selamat.
" kau jangan becanda.?" tanya santi berusaha menutupi kegugupannya.
" ans, hubungi dekan sekolah katakan padanya untuk mengeluarka guru yang tidak punya sopan santun ini." titah ruben penuh penekanan.
" Baik tuan," jawab ans dan merogoh saku jasnya namu belum sempat ia menelpon tanganya langsung di tarik oleh santi.
" jangan,, jangan,, baiklah baiklah aky percaya kau pemilik sekolah itu." jawab santi dengan cemgirannya.
" jadi bagaimana.?" tanya ruben
" apanya yang bagaimana.?" santi balik bertanya karna ia tidam mengerti akan pembicaraan.
" pernikahan kita." jawab rubwn singkat.
" tap...Tapi aku tidak mungkin menikah denganmu karna kita tidak saling kenal." cicit santi.
" hanya enam bulan." jawab ruben
" ha.. Maksudnya apa." tanya santi bingung.
" kita menikah hanya enam bulan setelah itu kita akan bercerai dan kita akan bercerai setelah enam bulan da kamh akan tetap bekerja di sekolha milikku." tutur ruben panjang lebar.
" aku tidak mau.! enak saja menjadikan aku janda secepat ini."
"kau yakin tidak mau.?" tanya ruben menekankan suaranya.
" ba..Ba..Baiklah aku mau." kata santi yang pada akhirnya kalah dan mau tidak mau dia harus menikah.
flashback off*....
Menghela napasnya pelan " Rio hari ini aku akan menikah, maafkan aku yang sudah menghianatimu sungguh ini diluar kendaliku." batin Santi.
Tok..Tok...Tok..
" nak ini bunda, boleh bunda masuk.?" tanya bunda dari luar kamar.
" masuk saja bun , gak dikunci kok." saut santi dari dalam kamar.
" wahh,,, anak bunda sangat cantik sekali." ucap bunda dengan binar bahagia yang terpancar dari raut wajah sang bunda.
" makasih bunda." jawab santi lirih
Ya..satu minggu sebelum pernikahan, orang tua santi datang ketempatnya untuk menyiapkan pernikahan putri semata wayangnya, ayah santi mengambil cuti dari tempat kerja agar dapat melihat putrinya menikah,
Awalnya mereka ragu akan berita ini, tapi setelah santi meyakinkan mereka bahwa ini semua karna keinginannya dan juga karna ia sangat mencintai calon siaminya, akhirnya mereka pun merestuinya.
flashback...
" hallo bunda." sapa santi.
" bunda baik dan ayah juga baik." jawab bunda lembut.
" em,,em,, bunda apa aku bisa bicara dengan ayah dan speakernya di aktifkan saja." tanya santi ragu ragu
" tunggu sebentar bunda panggil ayah dulu." kata bunda.
Tak lama setelah itu terdengar suara ayah dari sebrang sana.
" hallo nak, ada apa." tanya ayah lembut sekaligus heran denngan sikap ananknya karna baru kali ini santi bersikap seperti ini.
" em,,em,,aku..Aku mau menikah yah." ucap santi taku takut.
Hening,,,tidak terdengar sahutan dari sebrang sana, lama mereka diam hingga akhirnya ayahnya kembali bersuara.
" siapa.? apakah dia pria yang baik.? dan apa kamh mencintainya.? lalu apa kamu sudah bisa melupakan rio.?" pertanyaan beruntun dilontarkan sang ayah.
" aduh ayah... Bertanya kok bnyak banget sih, satu satu dong." gerutu santi, sebenarnya saat ini ia sedang menutupi rasa gugup dan gundah hatinya agar orang tuanya tidak mengetahui kalau ia berbohong.
" jelaskan.!" tegas ayah
menghela napasnya pelan " ayah aku mencintainya, dia pria yang baik, dan dia adalah pilihan ku. sedangkan rio.? dia hanya masa laluku dan aku tidak pernah melupakannya tapi dia tersimpat rapat dihatiku sebagai kenangan saja." turr santi berusaha menjelaskan kepada ayah.
" baiklah kalau itu sudah menjadi pilihanmu, ayah hanya berdoa yang terbaik untuk hubungan kalian berdua." ucap ayah ruben
" amin,,makasih yah udah ya aku mau istrahat duli, besok mau kerja lagi.
Santi termenung mengingat dan mencerna satu persatu ucapan ayahnya, sebenarnya ia juga ragu bahkan tidak mau menikahi pria itu tapi mau bagaimana lagi ia tidak mau kehilangan pekerjaanya karna itu bukan hanya sebagai tanghung jawab semata tapi itu juga merupakan cita citanya dari dulu.
flashbak off....
" ayo nak, kita turun acaranya sudah mah dimulai." ajak bunda.
" ah, iya bunda." jawab santi gugup, ia gugup bukan karna pernikahan ini tapi ia gugup karna memikirkan kehidupannya yang sebentar lagi akan berubah.
" kamu gk usah gugup nak, ayo." ajak bunda.
Tanpa menunggu waktu lagi pernikahan pun berlangsung dengan baik dan tanpa halangan, para tamu undangan yang hadir sunggu takjub akan pasangan hari ini, pria yang sangat tanpan dan wanitanya yang sangat cantik dan anggun.
Janji suci pun mereka ucapkan, namun itu sama sekali tidak menggetarkan hati mereka, kata itu seolah kosong ditelinga terbi lagi itu sama sekali tidak dapat menyentuh relung hati mereka yang paling dalam.
Kedua mempelai tidak ada rona bahagia diwajah mereka karna pada dasarnya pernikahan ini tidak mereka inginkan, pria dengan muka datarnya sedangkan wanita dengan senyum paksanya.
Acara telah selesai, para tamu undangan dan beserta keluarga, ayah ibu santi dan mama papa Ruben juga telah pergi setelah acara selesai menyisakan pengantin dan satu orang asisten dingin Ruben.
" mulai sekarang kita akan tinggal dirumahku bukan dirumah keluargaku.
" hmm terserah kau saja." jawab santi cuek
" Hei kau..! bentak Ruben emosi. Sungguh dia tidak suka dengan sikap santi yang sama sekali tidak peduli padanya. Dengarnya karna itu rumahku maka mulai sekarang kau harus mengikuti semua aturan yang ada dirumahku." tambah Ruben
" Tap.-" belum sempat Santi menjawab
" tidak ada protes." sela ruben cepat yang tau akan protes dari santi. Kalau kau banyak bicara maka jangan salahkan aku jika aku bertintak tidak baik padamu.!!
" dan satu lagi jangan pernah ada yang tau tentang kondisi rumahtangga kita, kamu harus bersikap layaknya istri yang bahagia didepan orang diluar sana, ingat itu..!! kata Ruben penuh penekanan dan ancaman.
" Ans, kita kerumahku sekarang." perintah Ruben
" baika tuan."
" Eh,,, tunggu dulu kau.!" panggil santi.
"Apalagi.?" tanya Ruben tanpa berbalik
" Barang barangku bagaimana.?" tanya santi yang kali ini terdengar lebih lembut.
" Sudah diurus sama Ans." jawab Ruben acuh.
" kita pergi Ans." titah Ruben
" baik tuan, silahkan." jawab Ans hormat.
"haaaaaa..." menghela napas pelan yang akhirnya mengikuti kedua manusia didepanya menuju kediaman Ruben dengan penuh keterpaksaan.
Bersambung....