Namanya adalah Haidee Tsabina, wanita cantik dengan hijabnya yang merupakan istri seorang Ibrahim Rubino Hebi. Kehidupan keluarga mereka sangat harmonis. Ditambah dengan seorang anak kecil buah cinta mereka yaitu Albarra Gavino Hebi
Tapi semua berubah karena sebuah kesalahpahaman dan egois yang tinggi. Rumah tangga yang tadinya harmonis berubah menjadi luka dan air mata.
Sanggupkah Haidee dan Ibra mempertahankan keluarga kecil mereka ditengah banyaknya rintangan dan ujian yang harus mereka hadapi? Atau mereka akan menyerah pada takdir dan saling melepaskan? Yuk baca kisahnya.
Follow Ig author @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa
🌹HAPPY READING🌹
Adzan subuh sudah berkumandang. Dee terbangun dari tidurnya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah damai suaminya saat tidur. Dee mengayunkan telapak tangannya keatas dan kebawah, melihat apakah Ibra masih tidur nyenyak atau tidak. Ternyata Ibra tidak terganggu sama sekali. Tanpa membuang kesempatan Dee bergerak pelan mendekati Ibra dan,
"Cup"
Dee mencium kening Ibra sangat lama. Menyalurkan kerinduan yang tidak mungkin bisa ia lakukan saat Ibra terjaga. Melihat Ibra yang tidak terganggu sama sekali, Dee melanjutkan aktivitasnya.
"Cup"
"Cup"
"Cup"
Dee mencium kedua pipi dan terakhir mengecup sekilas bibir Ibra. Setidaknya hal ini bisa mengurangi kerinduan Dee akan sentuhan suaminya. Merasa puas, Dee bergerak bangun menunju kamar mandi untuk bersiap melakukan aktivitasnya.
Ibra yang sudah bangun saat Dee mencium keningnya, mulai membuka mata saat Dee sudah tidak ada dihadapannya. Saat Dee mencium keningnya, Ibra merasakan sesuatu menyentuh pipinya. Ternyata air mata Dee jatuh saat mencium Ibra. Tangannya terulur memegang kening yang tadi dicium cukup lama oleh Dee. Menghapus jejak air mata Dee yang ada di pipinya. Ia juga sangat merindukan Dee, tapi egonya mengalahkan itu semua.
"Ceklek," pintu kamar mandi terbuka. Melihat Dee keluar dari kamar mandi, Ibra kembali menutup mata pura-pura tidur.
Setelah mandi, Dee melaksanakan kewajibannya memenuhi panggilan sang pencipta untuk melaksanakan sholat subuh. Mengadu mengadahkan tangan meminta keridhoan Allah untuk menggapai cinta suaminya kembali. Selesai melaksanakan kewajibannya, Dee turun kebawah mempersiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Tapi sebelum itu, Dee sudah lebih dulu mempersiapkan pakaian kerja suaminya. Ibra yang tadinya pura-pura tidur bangun, melaksanakan kewajiban sebagai muslim.
Sebelum ke dapur, Dee terlebih dahulu pergi ke kamar Al membangunkan untuk sholat subuh. Karena pintu kamar Al yang tidak dikunci, Dee langsung masuk dan berjalan kearah ranjang. Tampak Naina dan Al yang masih tertidur pulas. Dee pun berinisiatif untuk membangunkan Naina.
Dee menggoyangkan bahu Naina lembut membangunkan gadis itu. Merasa terganggu dalam tidurnya, Naina perlahan membuka mata. Melihat Dee yang membangunkanya, Naina langsung duduk dari tidurnya.
"Maaf Dee, aku tertidur disini semalam. Maafkan aku," ucap Naina tidak enak kepada Dee.
Dee hanya tersenyum dan mengangguk. "Bisakah kau bantu Al untuk bersiap Nai? Aku harus menyiapkan sarapan terlebih dahulu. Takut nanti Al terlambat jika harus menunggu ku," ucap Dee lembut kepada Naina.
"Tenang saja Dee, aku sudah terbiasa merawat Al. Jadi kau boleh siapkan sarapan," ucap Naina. Dee hanya mengangguk dan tersenyum getir mendengar jawaban Naina. Ucapan Naina berhasil membuat hati Dee mencolos. Merasa bersalah karena tidak bisa menemani Al dalam setiap perkembangannya.
Dee sampai di dapur, dan melihat Bi Nini memanaskan kembali makanan yang ia buat semalam. Dee berjalan menghampiri Bi Nini.
"Assalamualaikum, Bibi. Selamat pagi," sapa Dee saat sampai di dapur.
"Waalaikumsalam, Nyonya," jawab Bi Nini ramah.
"Makanannya udah selesai semua dipanasin, Bi ?"
"Belum Nya, tinggal Udang Baladanya. Ini tinggal sedikit lagi."
"Nanti kalau udah selesai, tolong kasi sama satpam dan supir ya Bi. Sayang, kalau harus di buang. Dan sampaikan maaf Dee kalau ini bukan makanan baru, tapi makanan kemarin, Bi," ucap Dee lembut pada Bi Nini.
"Baiklah Nya. Nanti Bibi sampaikan," jawab Bi Nini ramah.
Setelah makanan selesai dipanaskan, Bi Nini pergi meninggalkan Dee di dapur. sebelum pergi, Bi Nini menawarkan untuk membantu Dee membuat sarapan. Tapi Dee menolak, dan membiarkan Bi Nini pergi mengantar makanannya kepada satpam dan supir.
Tidak membutuhkan waktu lama, Dee telah selesai menghidangkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Dee pergi kebelakang rumah. Memanggil Bi Nini untuk memanggil Ibra dan Al sarapan.
"Bi, bisa bantu Dee panggilkan mas Ibra dan Al? Sarapannya sudah selesai."
"Apa tidak apa-apa jika Bibi yang memanggil, Nyonya ?" tanya Bi Nini merasa tak enak kepada Dee.
"Akan lebih tidak baik lagi jika aku yang memanggil, Bi. Dan tolong, jika nanti mas Ibra bertanya siapa yang menyiapkan sarapan, Bibi harus bilang kalau Bibi yang udah nyiapin. Dee nggak mau kalau sarapan harus terganggu hanya karena Dee yang memasak," ucap Dee panjang lebar kepada Bi Nini.
"Nyonya," panggil Bi Nini lembut dengan tatapan sendu kepada Dee.
Dee pun tersenyum. "Tidak apa-apa, Bi. Dee baik-baik saja. Tolong ya, Bi ?"
Bi Nini mengangguk. "Baiklah Nya. kalau begitu Bibi permisi dulu," ucap Bi Nini dan berlalu pergi meninggal Dee sendiri dibelakang rumah.
Dee terpaksa harus meminta bantuan Bi Nini. Karena seperti sebelumnya, Dee takut jika sarapan yang dibuatnya berakhir di tempat sampah. Karena Ibra tidak mau makan masakan dari tangannya. Untuk kali ini, dia sangat ingin suami dan anaknya memakan sarapan buatan tangannya sendiri.
Mendapat panggilan dari Bi Nini untuk sarapan, Ibra berjalan keluar kamar dan memanggil Al untuk sarapan bersama. Ibra, Al dan Naina yang sudah rapi dengan pakaiannya masing-masing turun bersama menuju meja makan. Al tampak sangat tampan dengan pakaian play group kebesaran dibadanya. Membuat bocah tampan itu semakin imut dan menggemaskan.
Sampainya di meja makan, mereka duduk bersama. Naina berdiri dari duduknya, mengambilkan sarapan untuk Ibra dan Al. Jika orang asing yang melihat kegiatan mereka, akan menganggap bahwa mereka adalah keluarga yang sangat bahagia. Tampak senyum lepas dari bibir ketiganya. Dan pemandangan menyakitkan ini tidak lepas dari penglihatan Dee. Dee berdiri di ambang Pintu ruangan tempat ia membuat kerajinan tanah liatnya (sebagai Info bahwa Dee sangat senang dan pandai dalam membuat kerajinan tanah liat, oleh karena itu Ibra menyiapkan ruangan khusus untuk Dee).
"Hati Dee sakit Ya Allah. Kenapa rasanya sangat sesak sekali, melihat senyum mas Ibra dan Al untuk wanita lain," ucap Dee meremas jilbab bagian dadanya. Menahan sesak yang ia rasakan.
Kembali ke meja makan. Ibra menolak saat Naina akan mengambilkan sarapan untuknya.
"Tidak usah Nai, aku bisa sendiri," ucap Ibra langsung berdiri dari duduknya mengambil sendiri makanannya. Naina hanya mengangguk dan kembali duduk. Mereka kembali melanjutkan sarapan dengan tenang. Sedangkan diambang pintu sana, Dee harus menahan hati melihat anak dan suaminya di urusi oleh wanita lain. Dee tidak menyalahkan takdir, mungkin ini ujian agar cinta antara ia, anak dan suaminya menjadi lebih kuat. Dee percaya bahwa suaminya masih sangat mencintainya. Hanya butuh waktu dan sedikit kegigihan Dee, untuk merebut kembali hati suami dan anaknya.
......................
Hai Teman-Teman, Terimakasi sudah mampir dan temani Dee menggapai kembali cinta suaminya yaa ,,,
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....
tapi seruuu puas bgt bacanya
terimakasih thooor
semoga karya mu selalu d gemari
berbahagialah dee
paling buat berobat Jaka 15rb tuuh beli betadine