Novel ini menceritakan tentang seorang gadis yang berulang kali gagal dalam hal percintaan. Siapa sangka jika ternyata ia justru menikah dengan seorang CEO Anggara's Group. Simak ceritanya sebagai berikut!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esting Tong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Sanas tampak masih heran dengan sikap Eliyas, bagaimana bisa hanya kerajinan dari kerang ia beli sampai 10 juta. Eliyas pun mengambil uang cash 10 juta dan di berikan kepada Sanas.
"Terima ini, kau boleh menghitungnya ulang." Ujarnya sambil menyodorkan uang segepok ratusan ribu rupiah.
"Tapi Tuan, ini terlalu banyak. Harga totalnya hanya 4 juta rupiah saja, ini saya kembalikan sisanya." Ucap Sanas sopan.
"Terserah mau kau apakan sisa uang itu." Tegasnya sambil melotot, sontak membuat Sanas tak bergeming.
"ingat, aku tidak suka penolakan." Ujarnya berbisik di telinga Sanas yang membuat ia bergidik merinding. Sanas hanya bisa mengangguk.
Eliyas tersenyum puas tatkala melihat reaksi gadis yang membuatnya penasaran itu. Mimik wajah polos yang ketakutan hanya karena sedikit di bentak membuat ia tampak semakin menggemaskan. "*Ingin rasanya ku cium dan ku cubit pipinya*." Gumamnya dalam hati, Tanpa A I U E O Eliyas pergi meninggalkan stand Sanas.
Karena kerajinan di standnya telah ludes, ia bergegas menemui pak rohmat selaku kepala panitia. Ia menyerahkan uang hasil penjualan kerajinan, seperti yang telah di janjikan Sanas di kasih bonus 10% dari hasil penjualan. Karena hasil penjualannya besar jadi ia mendapatkan lebih besar lagi. "Rejeki anak baik." Ujarnya sambil berjalan menuju parkiran.
Di tengah jalan menuju parkiran, ternyata Sanas ingin ke kamar mandi. Ia memilih mampir ke kamar mandi kelas 12 saja dari pada jauh - jauh. Sewaktu ia di kamar mandi tiba - tiba lampu luar kamar mandinya padam.
"Haih.. gelap sekali di sini." Gerutunya sambil menyalakan layar ponsel. Sanas tak menyadari tepat di depannya ada seseorang, Ya.. dia Tak lain adalah Eliyas. Brukkk!!! Sanas pun menabraknya. Eliyas pun menyalakan layar ponsel karena terkejut ada orang yang menabraknya.
"Hufhhh... Orang!!! ku kira hantu." Ketusnya, Sanas tak menyadari bahwa orang itu adalah Eliyas.
"Apa kau bilang." Bentak Eliyas.
"Tuan Eliyas.." Ujar Sanas sambil mengarahkan layar ponsel ke arah wajah Eliyas. Eliyas terkejut dan membalas mengarahkan ponselnya.
"Kau.." Ujarnya tak kalah kaget. "Kau membuntutiku ya? atau jangan - jangan kau mengintipku?" Celanya
"Apa? mana ada, tidak - tidak!!! ya mana aku tau kalau Tuan ada di sini. lagian saya juga ke kamar mandi kok." Jelas Sanas, sebenarnya ia ingin marah ketika Eliyas mengira bahwa dia mengikuti bahkan mengintipnya, tapi karena tidak mau kena masalah dia memilih menjawab sekenanya saja, Eliyas tak menggubrisnya.
"Maafkan atas kecerobohan saya tuan." Ucap Sanas lirih.
"Ya aku maafkan." Ujar Eliyas sambil membantu Sanas berdiri, dan pergi begitu saja. Karena merasa bersalah Sanas masih membuntuti Eliyas.
"Sekali lagi maaf tuan." Ujarnya
"Ya baiklah.. sepertinya kau itu hobby sekali menabraku." Ketus Eliyas, Muka Sanas tampak merah padam karena malu. Ia ingat sekali bahwa sudah dua kali ini Sanas menabrak Eliyas.
"Apa yang kau pikirkan? kenapa senyum - senyum begitu?" Ujar Eliyas mengagetkan.
"Emmm.. Anu tuan mungkin kita jodoh jadi kita dipertemukan berulang kali Hehehe.." Jawabnya sambil cengengesan.
"Kuharap juga begitu gadis kecil." Bisik Eliyas, kedua kalinya Sanas di buat merinding olehnya.
"Aduh ******.. apa - apaan kau ini Sanas, apa kau sadar sedang bicara dengan siapa sekarang. Bodoh!! Bodoh!! Bodoh!!!" Ia mengutuk dirinya sendiri. Eliyas melanjutkan jalannya, di susul Sanas yang mengekor di belakangnya.
Sanas menunggu agak sepi dulu, dikarenakan acara juga sudah selesai ia memutuskan untuk menunggu di Lobby. Ternyata Eliyas juga di sana, ia menunggu asisten kelvin mengeluarkan mobilnya dari parkiran. Kreekkk!!!! tiba - tiba pengait papan pengumuman tepat di atas Eliyas terlepas.
"Awas Tuan." Teriak Sanas, Sanas berlari dan mendorong Eliyas dan Braaakkk!!! Tubuh mungil Sanas tertimpa papan tersebut hingga pingsan.
"Akhh... gadis bodoh" Ujarnya.
Semua orang yang ada di lobby berkerumu mengelilingi Sanas yang tengah di tidurkan di pangkuan Eliyas. Sontak hal ini menyebabkan Eliyas murka.
"Apa kalian lihat - lihat, tidak bisakah kau panggilkan Ambulance." Hardiknya, namun tak ada satu pun orang yang berani mengeluarkan suara.
"Bodoh kalian semua Bodoh. Awas!! beri aku jalan" Ujarnya sambil membopong tubuh Sanas menuju ruang UKS, beruntung kemarin ia mengelilingi sekolah dengan pak Edy jadi dia tau dimana tempat UKS.
Eliyas mengambil kotak P3K, ia mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan ke hidung Sanas. Masih belum ada respon dari Sanas, Eliyas nampak bingung dan khawatir jika terjadi sesuatu dengan Sanas. Tidak ada pilihan lain Eliyas memutuskan untung memberinya nafas buatan."Uhuk.. Uhuk.." "Berhasil" batin Eliyas, ia beranjak mengambilkan Sanas Minum
Sanas pun membuka matanya perlahan, baru saja ia bermimpi ada pangeran tampan yang mencium bibirnya.
"Akh.. Shhh... Badanku sakit semua, aihh masak iya mimpi di cium pangeran tampan efek sampingnya seperti ini." Ujarnya.
"Sudah sadar." Tanya Eliyas mengagetkan Sanas.
"Aaaaa... Tuan Eliyas sedang apa kau di kamarku, kau jangan macam - macam ya." Teriak Sanas.
"Heh.. bocah tengik kau ini di UKS sekolah baru saja kau pingsan bodoh." Hardik Eliyas.
"Apa?" Sanas kebingungan, ia berusaha mengingat - ingat apa yang terjadi sebelumnya. ya, dia ingat kalau ada papan yang lepas pengaitnya yang hampir menimpa Eliyas dan dengan spontan ia mendorong Eliyas setelah itu ia tak ingat apa - apa lagi.
"Apa kau sudah ingat?" Tanya Eliyas menggunakan nada tinggi.
"Su.. sudah tuan." Ujarnya gugup.
"Lagi pula sampai hati kau berpikir aku akan melakukan sesuatu yang macam - macam, sama sekali aku tidak tertarik dengan bocah tengik kaya kamu." Ketus Eliyas.
Sebenarnya ia bohong jika tidak tertarik dengan Sanas. Padahal sedari pertama bertemu Sanas ada gejolak aneh pada dirinya, di tambah ketika ia menyanyi dengan penuh perasaan dan memberi gadis itu nafas buatan. Ingin sekali Eliyas memagut kembali Bibir mungil gadis itu dengan ******* yang dalam namun ia urungkan mengingat hanya mereka berdua saja di dalam UKS tersebut. Ia takut jika terjadi sesuatu hal yang lebih dalam dan merusak masa depan Sanas.
"Maaf Tuan." Ucap Sanas menunduk, sebenarnya ia kesal. Bukannya berterima kasih dia justru mencela. "Dasar lelaki angkuh." Batinnya.
"kalau kau sudah sadar aku mau pergi, kulihat kau baik - baik saja tidak ada luka yang serius. Kau membuang waktuku saja." Ucap Eliyas dingin.
"Baik tuan, terima kasih anda telah membantu saya." Ujar Sanas.
"Apa kau menyindirku?" Selidik Eliyas.
"Menyindir? Ahh.. ti.. tidak tuan, mana berani saya melakuhkan itu. Sama sekali tidak tuan, saya berterima kasih dengan setulus hati." Jelas Sanas.
"Bagus, Aku pergi. apa kau tidak mau pulang dan tidur disini saja?" Tanya Eliyas.
"Saya harus pulang tuan, bibi saya sudah menunggu di rumah." Ujarnya.
"Terserah kau, lagi pula itu bukan urusanku." Ketus Eliyas.
"Menyebalkan." Batin Sanas.
Sanas pun bangun dari posisi tidurnya ia berdiri berjalan menuju pintu keluar, entah keberanian dari mana Sanas mendahului jalan seorang Eliyas. Mata Eliyas terbelalak melihat rok yang di gunakan gadis di depanya koyak di bagian belahannya, Paha putih mulus pun terpampang nyata di depannya. Ia menelan salivanya sendiri.
"Shit.. gadis ini berusaha menggodaku." Batinya, tanpa sadar sesuatu di bawah perut tengah berdiri tegak menantikan kenikmatan dunia.
"Sial!!!" Umpatnya, rupanya Sanas tidak menyadari jika rok yang di gunakannya koyak.
"Tahan Eliyas, Tahan." Batinya. ia melepas Jasnya dan melingkarkan jas tersebut di pinggang Sanas, Sanas terkejut.
"Tidak baik seorang wanita memakai pakaian seperti itu saat malam - malam seperti ini." Ujar Eliyas. Sanas hanya mengangguk saja.
🤔🤔🤔🤔🤔