"Jika kamu hamil, bawa benih itu dan anggap aku tidak pernah memberikannya!"
Aruna meninggalkan pernikahannya dengan Tuan Muda Pertama dari Keluarga McLane, menjalani kehidupan sendirian, Aruna menemukan takdir baru bersama anak di kandungannya, tapi kenapa sang Tuan Muda malah seperti kehilangan pijakan hidupnya.
-
Aruna sudah melupakan laki-laki ini, tapi kenapa dia malah dihadapkan dengan dia sekali lagi.
"Aruna, anak yang bersamamu, siapakah dia?" —Rowan
"Aku kira kau tidak punya waktu untuk lebih peduli kepada orang lain, Tuan Muda!" —Nuna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 20 | Second Ending: Khilaf Yang Paling Disengaja
...Akhirnya Bab 20 — Terimakasih sudah setia dari Bab 1-20 bagi yang tidak menabung bab dan selalu langsung baca, kakak luar biasa :) apapun hasil penilaian editor terhadap retensi karya ini nanti, semoga saja hasilnya adalah yang terbaik yah!...
...----------------...
"Kau terlambat lagi hari ini, kau pikir seluruh hidup berputar hanya untuk menunggu kedatanganmu?" Seorang pria yang lebih tua dari Ayah Rowan tampak menatap cucunya itu.
Rowan tidak menjawab, dia duduk di kursi kosong dan menatap ke sekelilingnya, di dalam ruang keluarga itu ada, Ayahnya, Leon dan Kakeknya tentu juga ada wanita yang sudah diceritakan Ho.
Laki-laki tua yang seluruh rambutnya sudaj bewarna putih itu menatap tajam Rowan dengan mata coklatnya yang menyala, membuat Rowan hanya menghela napas.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan Rowan, tidak bisakah sekali saja kau menjadi kebanggaan keluarga McLane? Mengurus perusahaan saja kau tidak mau padahal kalau adalah cucu tertua dari Putra Tinggal ku."
Lucas—Ayah Rowan yang mendengar itu menatap Logan McLane—Ayahnya sekaligus Kakek Rowan. "Papa, bukannya sebaiknya tidak membahas hal itu selagi Rowan ada disini?" ujar Lucas berusaha menenangkan situasi.
Rowan menunduk, dia tidak pernah mau berurusan dengan apapun urusan bisnis keluarga, lahir di keluarga konglomerat dan hidup sebagai sendok perak memang impian bagi semua orang, tapi bagi Rowan itu hanya keterbatasan dalam menentukan jalan hidupnya.
Kebanyakan keluarga konglomerat tidak pernah memainkan hati dalam hal-hal krusial, seperti pernikahan, sebut saja Rowan, Rowan harus menikah lagi atas dasar formalitas keluarga karena dinilai akan menjadi kecacatan keluarga.
Bagi Kakeknya yang menganut sistem patriarki, tidak peduli siapa yang akan menjadi istri Rowan, cinta atau tidak dicintai itu bukanlah masalah, karena dari awal semua hanya untuk mempertahankan esensi keluarga di mata keluarga konglomerat lain.
Meskipun itu artinya, mereka rela membela wanita-wanita atau putri konglomerat yang dijual keluarga mereka kepada Tuan Muda-Tuan Muda yang memang sudah diharuskan menikah. Dan itulah yang terjadi di antara pernikahan masa lalu Rowan dan Aruna dulu.
"Diam! Ini semua juga karena dirimu, Lucas, kau tidak bisa membesarkan anak dengan baik, andaikan kau mendengar saranku untuk menikah lagi saat istrimu meninggal, mungkin saja anakmu ini tidak akan tumbuh membangkang!" ujar Logan tajam kepada Lucas.
Lucas menelan ludah, ia terdiam seketika, Rowan dan Logan yang melihat ayah mereka ditodong seperti itu saling menatap, Leon menggelengkan kepala meminta Rowan untuk diam saja, karena memang watak kakek mereka yang keras.
Leon meraih botol minuman dan menuangkan isinya ke gelas. "Minumlah wine ini, Kakek, tidak baik bertengkar disaat ada tamu, lihatlah ekspresi Nona Joel, dia tampak terkejut."
Joel yang diam daritadi menyaksikan pertengkaran keluarga itu hanya tersenyum. "Tidak apa-apa, Tuan Muda Leon."
"Hah!" Logan meneguk gelas minumannya dan menatap tajam cucunya, Rowan. "Ini semua tidak akan terjadi jika anak bodoh ini ingin menurut, dia malah memilih hidup mandiri, menjadi dokter dan menolak mengurus perusahaan, bisa apa kau tanpa keluargamu."
Rowan mengepalkan tangannya, atmosfer di ruangan itu berubah drastis, Leon menyadari bahwa kakaknya itu ada di ambang keputusasaan dalam mendorong rasa sabar.
Katakanlah Rowan orang paling sabar di keluarga itu, semenjak Rowan bercerai dari Aruna, kakeknya sudah mencacinya sebagai aib, menyandingkan dia dengan Lucas—ayahnya, karena Logan tidak mau keturunannya ada yang gagal dalam pernikahan, Logan sudah menyerah dengan putra tunggalnya Lucas, yang tidak ingin menikah lagi tapi, cucu pertamanya Rowan, Logan merasa, Rowan harus segera menikah lagi.
Tapi selama empat tahun, Rowan memilih diam saja tidak bergerak, semua bertambah panas saat Rowan menjadi direktur rumah sakit, dia sama sekali tidak mau terlibat dengan bisnis keluarga McLane, sontak hal itu membuat Logan—sang kakek menuntut banyak hal kepada sang cucu sulung yang menjadi bahan omongan konglomerat lain.
Rowan bukannya sabar terhadap cacian dan makian Kakeknya, sama seperti, Lucas—ayahnya, Rowan sudah terbiasa dengan banyak hal sampai-sampai Rowan merasa terhina itu sudah terbiasa.
Rowan sudah melewati fase dimana dia menjadikan orang lain pelampiasan dalam hidupnya dan salah satu pelampiasan kekesalannya adalah Aruna. Di malam terakhir pesta yang dia buat untuk merayakan perpisahannya dengan Aruna. Rowan di caci habis-habisan oleh Logan.
Rowan yang merasa kesal, mendapati kemunculan Aruna di depannya dalam pesta itu, jelas melampiaskan semua kekesalannya kepada gadis itu tanpa memikirkan konsekuensi apapun.
"Kau adalah cucuku yang paling gagal! Harusnya kau tidak menjadi bagian dari keluarga McLane sekalian!" Logan mencibir Rowan.
Rowan mengangkat kepala, dia menatap tajam kakeknya dan menarik napa panjang. "Apakah penghinaan selama empat tahun ini belum cukup bagimu kepadaku? Kenapa kau selalu menumpahkan semua ekspetasi mu terhadapku?"
"Apa yang kau bicarakan anak bajingan! Kau cucu tertua di keluarga ini, aku berhak mengatur semua masa depanmu! Harusnya kau menjadi penerus perusahaan, bukan menjadi dokter bodoh yang terus menerus diam ditempat, kenapa kau tidak ingin menikah lagi? Apakah kau masih mengharapkan Aruna! Wanita sialan yang kau campakkan!" Logan berdiri dan menunjuk Rowan atas pernyataan kasarnya.
"Cukup Papa!" Lucas ikut berdiri. "Berhenti menuntut Rowan melakukan banyak hal, aku ayahnya, aku tahu apa yang harus aku lakukan terhadap anakku!"
PRANG! Suara gelas pecah memecah ketegangan, Logan melempar gelas di tangannya ke lantai dan menatap tajam Lucas. "Kau sama gagalnya, kalian berdua adalah kegagalan yang paling aku sesalkan apa susahnya memenuhi ekspetasi keluarga!?"
Bahu Rowan bergetar mendengarkan itu. "Untuk apa?" tanya Rowan. "Untuk apa kami harus memenuhi ekspetasi keluarga? Atau ini ekspetasi kakek?"
"Anak ini!" Logan berjalan ke arah Rowan dan menaruh kerah kemejanya. "Ucapkan apa yang ingin kau katakan anak sialan!"
"Oh, aku sadar bahwa seluruh ekspetasi keluarga yang kakek maksud, adalah ekspetasi kakek sendiri kan? Semua demi kerhomatan kakek sehingga kakek mengorbankan pilihan dan jalan hidup yang harus ku tentukan sendiri!"
BUGH! Rowan terjatuh ke lantai saat Logan membogemnya. "Anak sialan tidak tahun diri! Beraninya kau mengatakan itu kepada kakekmu!"
"Cuih!" Rowan meludah darah karena gusinya berdarah, ia bangkit dari duduknya. "Aku tidak peduli lagi sudah cukup bagiku hidup seperti ini, aku ingin menjalani hidup yang aku inginkan sendiri! AKU MEMILIKI HAL YANG INGIN AKU MILIKI dan untuk pertama kalinya aku merasa memiliki tujuan hidup."
"Siapa! Siapa? Aruna! Gadis yang dijual beli kan kepada laki-laki lain itu, bisa-bisanya kau memungut sampah yang sudah kau buang!"
"ARUNA BUKAN SAMPAH! DAN YAH! Itu semakin memperjelas keinginanku untuk menjadikan Aruna sebagai tujuan hidupku, aku ingin hidup seperti Aruna, hidup tanpa ekspetasi keluarganya, hidup tanpa beban! Dan Hidup tanpa bayang-bayang penghakiman!"
"Huh!" Logan tertawa sinis. "Laki-laki bodoh, kau pikir setelah kau mencampakkannya dia mau menerimamu?"
Rowan tidak mendengarkan, dia membalikkan badannya tidak peduli.
"Lihat saja nanti! Kalaupun dia menerimamu bagaimana kalau dia balas mencampakkan dirimu!? Kau akan semakin memperjelas kehancuran harga dirimu!"
Rowan membalikkan badan, dia menatap kakeknya tajam. "Anggaplah itu karmaku, karena disaat aku memilih mengejar dia lagi, aku sudah memilih meninggalkan banyak hal."
"Dan kau!" Rowan menatap Joel. "Kejarlah mimpimu sendiri, karena bersamaku tidak akan mungkin, kau tidak mungkin tinggal diatap rumah yang ku bangun untuk wanita lain."
"Kita lihat saja Rowan! Sampai kapan kau bersikeras dengan prinsipmu, sampai saat itu tiba, meski kau menangis darah, aku haramkan uluran tanganku untukmu!" teriak Logan emosi.
Rowan tidak peduli lagi, dia berjalan menuju halaman parkir dimana ada Ho disana. "Ho, bisakah aku membawa mobil sendiri malam ini?"
"Tapi Tuan Muda ..." Ho menatap wajah depresi Rowan. "Baiklah, tapi mari kita obati dulu luka di bibirmu itu."
Rowan masuk ke dalam mobil untuk diobati lukanya setelah selesai, Rowan mengendarai mobil sendiri, dia tidak peduli lagi, dia tidak ingin Aruna melihatnya seperti ini. Jadi dia singgah di sebuah bar.
Niatnya dia hanya menenangkan pikiran, tapi dia malah mabuk disana, Rowan berdiri dan hendak keluar sebelum sebuah tangan merangkul lengan kokohnya.
"Kau terlihat cemas, apa kau perlu teman tidur?" tanya wanita itu kepada Rowan.
Rowan yang wajahnya sudah merah padam, tersenyum dan mengeluarkan dompetnya dia mengeluarkan beberapa lembar dollar dan memberikannya kepada wanita itu. "Simpan kehormatanmu itu, aku memiliki wanita yang menungguku dirumah."
Rowan berjalan meninggalkan wanita itu, keluar dari Bar menuju mobilnya, meskipun ke dalam keadaan mabuk berat, dia berusaha mengendalikan dirinya, dia tidak mau sampai kecelakaan atau semacamnya.
Tak lama kemudian, mobil yang dia kendari sudah tiba dirumah, ia berjalan sempoyongan keluar rumah berjalan masuk tapi setelah ia membuka pintu, ia malah ambruk ke lantai.
BRAK!
"Ro—Rowan!?" Aruna sampai didepan pintu dia menemukan Rowan terkapar di lantai dalam posisi tengkurap, Aruna berlari kecil ke arahnya dan mendudukkan tubuhnya. "Bau alkohol, kau sangat mabuk Rowan? Dimana Ho, apakah kau pulang sendiri?"
Wajah Rowan memerah karena mabuk, ia tidak menjawab, rambutnya yang ia selalu sisir kebelakang kini berantakan di dahinya mata coklatnya yang terang menusuk tajam Aruna, ia melirik kaki Aruna dan bangkit berdiri. "Lantai rumah ini dingin, seharusnya kau memakai alas kaki, sayangku!" Rowan menggendong Aruna dan mendudukkan di sofa.
Rowan membenamkan wajahnya di pundak Aruna dan mengigit kecil leher Aruna. "Aw! Rowan itu geli!" Aruna mendorong tubuh Rowan tapi Rowan menahan tangan Aruna.
Ia tersenyum dan menatap Aruna sendu. "Apakah kau menunggu suamimu ini pulang, sayang?"
Aruna mengernyitkan dahi. "Kau bukan suamiku, dan kau sedang mabuk, Mandilah aku akan memesan sup pereda mabuk."
Bukannya mendengarkan Aruna, Rowan malah membenamkan kembali wajahnya di leher Aruna. Aruna hendak menolak tapi lehernya basah seperti .... "Rowan, kau menangis?" tanya Aruna menangkup wajah Rowan.
Rowan memiringkan kepala dengan air mata memenuhi wajahnya. "Kakekku itu jahat, dia menuntut diriku melakukan banyak hal padahal kan aku sudah punya istri, benarkan Nuna, kau kan istriku."
"Rowan kau harus mandi."
"Kau istriku kan..." Perlahan suara Rowan menghilang, Aruna meliriknya dan ternyata Rowan tertidur.
"Apa yang terjadi kepadamu, Tuan Muda?"
Aruna merasa bahwa kondisi Rowan tidak baik-baik saja saat ini, dia merasa bahwa ada sesuatu yang terjadi kepada Rowan, sejenak dia menatap wajah kemerahan Rowan.
"Rowan?"
"Eung! Disini saja, aku mohon sayang, disini saja, kau bisa menghukum suamimu ini ketika aku sudah membaik," Rowan menidurkan kepalanya di pangkuan Aruna dan memeluk pinggang Aruna seolah anak yang tidak ingin ditinggalkan ibunya.
"Aku akan memandikan dirimu, lalu kau harus tidur, okay."
"Kau ingin memandikan suamimu ini?" Rowan membuka sebelah matanya pelan. "Benarkah, sayang?"
"Berhenti memanggilku sayang dan mengaku suamiku, karena saat aku pergi, aku tidak mau menjadi orang yang antagonis!" gumam Aruna kesal.
"Kau bilang apa?"
"Tidak ada, ayo berdiri!" ujar Aruna berdiri, ia membantu Rowan berdiri kemudian memapahnya menaiki anak tangga menuju kamarnya Rowan, yang terletak di seberang kamar Aruna. Sesampainya di kamar Rowan, Aruna segera merebahkan tubuh Rowan di ranjang.
"Tunggu disini, aku akan menyiapkan water heaternya agar kau bisa mandi air hangat," Aruna berjalan masuk ke kamar mandi yang juga terletak di dalam kamar itu. Ringkasnya kamar Rowan, include dengan kamar mandi itu.
Selagi Aruna menyiapkan air hangatnya, ia berdiri mengecek suhu, tapi sepasang tangan kekar nan kokoh tiba-tiba memeluknya dari belakang. "Sayang, kau sudah selesai?" tanya Rowan menyandarkan kepalanya di bahu Aruna sembari mengigit kecil bahu itu. "Aromamu enak."
"Lepaskan aku! Dan for your information, aku belum mandi malam!"
"Heum?" Rowan membalikkan badan Aruna sehingga Aruna menatapnya. "Mandi bersama saja." Kondisi Rowan benar-benar mabuk tapi sikap tengil dan petakilannya masih jelas nyata di mata Aruna.
Byur! Rowan menyalakan air yang langsung membasahi kepala mereka, Aruna sontak kaget dan hendak menjauh tapi Rowan menahan tangan Aruna dan tersenyum. "Kenapa?"
"Kau Gila! Bajuku jadi basah!"
"Bajuku tidak tuh," jawab Rowan yang ternyata sudah menanggalkan kemeja dan celananya saat masuk ke dalam kamar mandi.
Aruna merasa kesal, harusnya dari awal dia membiarkan pria itu teronggok di lantai dingin tadi, daripada membantunya yang berujung dia melakukan apapun yang Rowan mau.
"Kau tidak marah?"
"Lakukan apapun yang kau mau, lagipula tidak ada gunanya melarang, kau tetap akan melakukannya meski aku melarangnya juga," jawab Aruna pasrah kini tubuhnya basah kuyup.
Rowan menyulam senyum, mengangkat tubuh Aruna ke gendongannya sehingga Aruna reflek mengelungkan tangannya dj leher Rowan. "Benarkah, sayang? Suamimu ini boleh melakukannya?"
"Sebagai gantinya, besok aku akan menghajarmu habis-habisan, dan kau bukan suamiku!"
Rowan tidak menjawab, dengan kilat dia mencium bibir Aruna membuat Aruna, Aruna pasrah saja, lidah Rowan menyapu bibirnya membuat Aruna merasakan aroma alkohol itu.
"Buka mulutmu, sayang."
Aruna menggeleng dan menjauhkan wajahnya. "Kau bau alkoho, hmp—" Belum selesai Aruna bicara, Rowan tiba-tiba menyambarnya saat mulut Aruna terbuka, French kiss yang manis dilakukan oleh Rowan kepada Aruna.
Aruna mencengkram pundak Rowan meninggalkan bekas jarinya disana yang memerah, Rowan menyandarkan tubuh Aruna ke tembok dalam posisi masih menggendong Aruna, ia mencium Aruna tanpa jeda sampai akhirnya, Rowan melemas jatuh dan keduanya terduduk di lantai.
"Rowan?" Aruna meraba dada Rowan sampai tidak sadar menyentuh area sensitif Rowan. "Akh!" Aruna merasakan bahwa area itu sudah tegang, maksimal, membuat Aruna reflek mundur. "Kau mabuk, aku tidak mau melakukan itu!"
Tidak ada jawaban.
"Rowan?"
Aruna menyingkap rambut Rowan yang basah, ia mendapati kini Rowan tertidur, sepenuhnya tertidur bukan seperti di sofa tadi. Aruna kesal, bisa-bisanya dia tidur nyenyak setelah melecehkan Aruna.
Tapi Aruna bersyukur kejadiannya tidak berlanjut lebih dalam, akhirnya Aruna memandikan Rowan, mengganti pakaiannya dan membawa Rowan ke ranjangnya sebelum dia kembali ke kamarnya sendiri untuk ganti baju.
"Aku akan membalasmu besok Tuan Muda!" kesal Aruna menutup pintu kamar Rowan.
—
Aruna duduk di sofa dengan Aiden tengah duduk di sampingnya bermain mainannya, hari sudah pagi, dia tidak membangunkan Rowan karena kejadian semalam, sebenarnya yang menjadi beban pikiran Aruna pagi ini adalah.
Kenapa dia tidak bisa menolak semua perlakuan Rowan kepadanya, kenapa dia malah menikmati ciuman itu, Aruna menghilangkan semua pikiran itu, karena dia disini hanya untuk memanfaatkan Rowan, bukan kembali kepada Rowan dan menjalin asmara.
"Daddy!"
Aruna tersadar dari lamunannya saat Aiden berteriak Daddy, Aruna memulihkan kesadaran dan mendapati Rowan sudah berdiri di hadapannya.
"Kau sudah bangun?" tanya Aruna dingin. Rowan menelan ludah, ia bersimpuh diantara kedua paha Aruna, dia menundukkan kepalanya. Membuat Aruna kini bisa menyentuh puncak kepala Rowan.
"Maafkan aku, Nuna, kemarin aku mabuk, aku tidak bermaksud melakukan apapun kepadamu, serius."
"Oh begitu, jadi kau mengingat semuanya?"
Rowan mengangguk tidak berani menatap wajah Aruna, Aruna mengelus kepala Rowan dan ... "Akh!" Rowan menjerit saat Aruna menarik rambutnya yang membuat Rowan reflek menatap Aruna.
"Sakit, sayang! Teganya kepada suamimu!"
"Kau bukan suamiku! Dasar kau badjingan! Lihat apa yang kau lakukan, apakah kau anj*ing yang suka mengigit, leherku merah karena gigitanmu!" ujar Aruna memperlihatkan bagian merah di lehernya. "Bahkan bibirku bengkak karena kau menciumnnya."
"Kenapa kau bertingkah seolah korban, kau juga sudah melihat semuanya, kau mengganti bajuku kan? Aku sudah ternoda oleh sentuhanmu!"
CTAK! Aruna menyentil dahi Rowan dan berdiri, ia mengambil Aiden kedalam gendongannya dan berjalan meninggalkan Rowan. "Jangan seperti Rowan yah Aiden, dia adalah Om-Om gila."
"Heh!"
"Bangun, ikut aku, ada yang mau aku sampaikan tentang rencana kita dan aku ingin bertanya apa yang terjadi padamu, aku harap kau jujur jika kau masih ingin melihat wajahku dan wajah Aiden di rumah ini."
—
Akhhhh Tim rujuk?
Ini panjang banget cyatt 2400an kata wwell
Btw adegan snusnunya nanti aja yah masih bab awal hahaha
Ditunggu crazy up'nya thor
up yg banyak dong thorr,
apa itu??????
orang pertama yang mendengar kan Aiden bicara adalah Daddy nya...
mempermainkan pernikahan...padahal dia sudah meniduri Aruna...
semoga hasilnya memuaskan...💗