Cerita ini berpusat pada perjalanan Anita, seorang wanita yang dikhianati, dan bahkan dibunuh secara semu oleh suaminya Hendric dan sahabatnya Reina-semua karena hasrat akan harta dan kekayaan. Malam yang mengubah segalanya terjadi di Jakarta, ketika Anita menyaksikan perselingkuhan keduanya dan mendengar rencana mereka untuk mengorbankannya. Dalam kepanikan, dia melarikan diri tapi terjebak di tepi tebing, kemudian dilemparkan ke lautan. Namun, takdir mempertemukannya kembali.
ima tahun kemudian, dia muncul sebagai Natasya, kuat dan penuh tekad untuk membalas dendam dan membongkar kebenaran. Di tengah semua itu, ada Ryujin-seseorang yang mencintainya dengan tulus dan selalu ada di sisinya, menjadi pijakan emosional dan kekuatan dalam perjuangannya menuju keadilan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Selamat Dari Lautan
5 TAHUN LALU — SAAT SEMUA MULAI BERUBAH
Setelah Hendric dan Reina melemparkannya dari tebing, Anita terjatuh ke dalam lautan yang ganas. Ombak besar memukul badannya yang lemah, membuatnya terombang-ambing tanpa daya melawan. Darah masih mengalir dari kepalanya yang terbentur batu, dan kesadarannya perlahan-lahan memudar. "Ini benar-benar akhir hidupku," bisiknya dalam hati, mata menatap langit yang gelap sebelum akhirnya tertutup rapat. Air laut membanjiri tenggorokannya, dan dia merasa semuanya akan berakhir di situ.
Tapi takdir memiliki rencana yang lain. Puluhan meter dari sana, sebuah kapal pesiar berlayar perlahan, membawa sepasang suami istri yang sedang merenungkan kesedihan mereka. "Kita tidak akan pernah melupakan dia, kan, sayang?" kata wanita itu, menangis sambil memegang tangan suaminya. Mereka adalah Jean dan Marie Dubois — pasangan prancis yang baru saja kehilangan putri mereka, Sophie, yang tenggelam di laut seminggu sebelumnya saat mereka sedang berlibur. Mereka berlayar ke arah pantai Indonesia untuk mencari kedamaian, untuk melupakan rasa sakit yang tidak bisa hilang.
Tiba-tiba, pria itu melihat sesuatu di permukaan air. "Marie, lihat itu! Ada orang di sana!" teriaknya dengan panik. Mereka segera meminta awak kapal untuk mengubah arah, dan dalam sekejap, mereka sudah mendekati tubuh Anita yang terombang-ambing. Awak kapal segera menariknya ke atas kapal, dan Jean memeriksa napasnya — masih ada, tapi sangat lemah. "Kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang!" perintahnya.
Mereka langsung menuju rumah sakit terdekat di pantai. Saat Anita tiba di rumah sakit, kondisinya sangat kritis: wajahnya hancur akibat benturan dan tekanan air, tulangnya beberapa yang patah, dan darahnya terus mengalir. Dia tidak sadarkan diri selama seminggu penuh. Jean dan Marie tinggal di samping tempat tidurnya setiap hari, menunggu dia bangun. Mereka melihat wajahnya yang pucat dan kesedihan yang tergambar di wajahnya, dan merasa hubungan yang mendalam — seolah-olah Anita adalah putri mereka yang hilang yang kembali.
Pada hari ketujuh, mata Anita akhirnya terbuka. Dia melihat langit-langit rumah sakit yang putih, dan mendengar suara-suara yang asing. Tubuhnya terasa sangat berat, dan dia bahkan tidak bisa menggerakkan jari jempolnya. Hanya air mata yang bisa ia keluarkan — air mata yang menutupi kesedihan, khianat, dan rasa sakit yang amat dalam. Dia tidak bisa berbicara, tidak bisa menangis dengan keras — hanya air mata yang terus mengalir.
Beberapa jam kemudian, dokter datang dengan catatan kesehatan. Wajahnya menjadi serius, dan dia melihat Jean dan Marie dengan tatapan yang sedih. "Maaf, tapi kita menemukan sesuatu di tubuhnya," katanya. "Dia menderita kanker langka di bagian paru-paru. Kondisinya sudah lanjut, dan dia harus segera di operasi. Rumah sakit ini tidak memiliki peralatan yang cukup — kalian harus membawanya ke negara yang lebih maju, seperti Prancis atau Amerika."
Jean dan Marie tidak ragu sepersatuan. "Kita akan membawanya ke Prancis," kata Marie dengan tegas. "Kita akan melakukan apa saja untuk menyelamatkannya."
Beberapa hari kemudian, mereka terbang ke Prancis dengan Anita yang masih lemah. Di rumah sakit terbaik di Paris, tim dokter terbaik melakukan operasi terhadap kanker Anita selama delapan jam penuh. Operasi itu sukses, tapi perjalanan pemulihan masih panjang. Selama bulan-bulan berikutnya, Anita tinggal di rumah Jean dan Marie di pedalaman Prancis. Mereka merawatnya dengan penuh cinta dan perhatian: memasak makanan yang sehat untuknya, membacakan buku, dan bercakap-cakap dengan dia meskipun dia masih tidak bisa berbicara. Perlahan-lahan, kesehatannya membaik — dia mulai bisa berbicara dengan lemah, lalu berjalan dengan bantuan tongkat, dan akhirnya bisa bergerak bebas.
Saat Anita cukup kuat untuk berbicara, Jean dan Marie bertanya padanya apa yang terjadi. "Apa yang terjadi pada mu, sayang? Cerita perlahan kepada kami — siapa tahu kami bisa membantu?"
Tiba-tiba, Anita menangis histeris. "Haa!!! Ha!!!" suaranya terisak-isak, tubuhnya bergetar karena kecemasan. Dia mengalami gangguan panik yang parah — setiap kali dia ingat kejadian di tebing, dia merasa seperti terjebak di laut lagi, merasa khianat dan sendirian. Gangguan panik itu berlanjut selama bulan-bulan, dan Jean dan Marie harus membawanya ke terapis untuk membantu dia mengatasi trauma.
Setelah beberapa bulan terapi, Anita akhirnya memberanikan diri untuk menceritakan kisah hidupnya yang amat pahit. Dia menceritakan tentang Hendric, tentang khianatnya dengan Reina, tentang bagaimana mereka berharap dia mati untuk mendapatkan hartanya, dan bagaimana mereka melemparkannya ke laut. Dia menceritakan tentang perusahaan ayahnya yang dicuri, tentang semua yang dia miliki yang hilang dalam sekejap. Jean dan Marie mendengarkan dengan hati yang terbuka, menangis bersama dia, dan memeluknya dengan erat.
"Kamu tidak perlu khawatir lagi," kata Jean dengan suara yang lembut. "Kamu bisa tinggal bersama kami, melupakan masa lalu, dan memulai lembaran baru di hidupmu. Kita akan menganggapmu sebagai putri kita yang hilang, Sophie. Atau... kamu bisa memilih nama baru, nama yang mewakili dirimu yang baru."
Anita mengangguk dengan penuh harapan. Dia ingin melupakan Anita — wanita yang lemah, yang dikhianati, yang hampir mati. Dia ingin menjadi seseorang yang baru, seseorang yang kuat dan mandiri. "Natasya," katanya dengan suara yang lembut. "Panggil aku Natasya."
Setelah itu, dia memutuskan untuk melakukan operasi plastik. Dia ingin mengubah wajahnya agar tidak ada orang yang mengenalnya lagi — agar Hendric dan Reina tidak pernah tahu bahwa dia masih hidup. Operasi itu berjalan lancar, dan setelah beberapa bulan, wajahnya menjadi sama sekali berbeda: bentuk wajah yang lebih halus, hidung yang lebih landai, dan mata yang lebih lentik. Dia juga mengubah rambutnya dari hitam menjadi coklat muda, dan mempelajari bahasa Prancis dengan lincah. Jean dan Marie mendaftarkannya sebagai putri mereka di catatan sipil Prancis, dan Natasya resmi menjadi warga Prancis — anak dari Jean dan Marie Dubois.
Selama dua tahun berikutnya, Natasya belajar fashion di akademi terbaik di Paris. Dia selalu memiliki bakat untuk mendesain, dan dengan dukungan Jean dan Marie, dia mengembangkan bakat itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Dia membuat desain-desain yang unik dan indah, yang segera menarik perhatian pengkritik fashion ternama. Dalam waktu singkat, dia menjadi desainer ternama di Prancis, dengan karya yang dipajang di panggung-panggung fashion terbesar di dunia. Dia lupa masa lalunya sebentar, menikmati kehidupan baru yang penuh kesuksesan dan cinta dari orang tua angkatnya.
TAHUN 2025 — SAAT KEJUTAN DAN RENCANA BERGABUNG
Di Jakarta, tahun 2025 — lima tahun setelah kejadian di tebing — Natasya sedang duduk di apartemennya, memeriksa jadwal acara. Tiba-tiba, pintu apartemennya dibuka dengan tiba-tiba. "Natasya, sayangku! Kamu tidak menyangka kan kita datang!"
Natasya berbalik, dan terkejut melihat Jean dan Marie berdiri di depan pintu, membawa bunga dan kue ulang tahun. Dia segera berlari dan memeluk mereka dengan erat, menangis dengan senang. "Papa, mama! Kenapa kalian tidak mengabari aku kalau kalian datang ke Indonesia?! Aku kangen banget!"
Marie memeluknya kembali, mencium pipinya. "Kita mau memberi kejutan, sayang! Sudah lama kita tidak bertemu, dan hari ini adalah hari ulang tahunmu yang ke-30! Kita harus merayakannya bersama!"
Di saat yang sama, jauh di tempat lain — di tepi tebing yang sama di mana Anita hampir mati — Hans Ryujin berdiri dengan hadiah di tangan. Setiap tahun, pada hari ulang tahun Anita, dia selalu datang ke sana, menyimpan hadiah yang dia siapkan untuknya. Tahun ini, hadiahnya adalah kalung berlian kecil yang bentuknya seperti bulan — karena Anita selalu mengatakan bahwa bulan adalah benda paling indah di langit. "Anita, selamat ulang tahun," bisiknya, melemparkan bunga ke laut dan menyimpan kalung di saku jasnya. "Semoga kamu tenang di sana, dan semoga kamu tahu bahwa aku masih mencintaimu."
Keesokan harinya, Natasya masuk ke ruangan CEO BNF dengan hati yang tegas. Dia tahu bahwa hari ini adalah hari penting — dia akan mencari informasi tentang pemegang saham perusahaan, karena dia telah menyusun rencana untuk membeli saham sebanyak mungkin selama beberapa bulan terakhir. Di ruangan lain, Ines — asistennya yang setia — sedang memantau layar CCTV, memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat atau mengganggu Natasya. "Semua aman, Natasya," katanya melalui telepon genggam. "Tidak ada orang yang mendekati ruangan CEO."
Natasya membuka lemari laci rahasia di meja kerja Hendric, di mana dia tahu data pemegang saham disimpan. Dia mencari dengan cepat, dan akhirnya menemukan berkas yang dia cari. Di dalamnya, ada daftar semua pemegang saham BNF — dan dia tersenyum lebar ketika melihat namanya di atas daftar: "Natasya Dubois — Pemegang Saham Terbesar (65% Saham Perusahaan)." Selama beberapa bulan, dia telah membeli saham secara diam-diam, menggunakan uang yang dia peroleh dari karirnya sebagai desainer dan bantuan dari Jean dan Marie. Sekarang, dia adalah pemilik paling banyak saham di perusahaan milik ayahnya — yang berarti dia memiliki kekuasaan untuk membuat keputusan penting.
Dia segera memotret daftar itu dengan ponselnya, menyimpannya sebagai bukti. Tapi sebelum dia bisa menutup lemari, Ines memberitahu melalui telepon: "Hati-hati, Natasya! Hendric datang!"
Natasya segera merapihkan berkas dan meletakannya kembali ke tempat semula. Dia lalu duduk di sofa di sudut ruangan, mengambil selembar kertas desain baru yang dia bawa. Beberapa detik kemudian, pintu ruangan CEO terbuka, dan Hendric masuk. Dia terkejut melihat Natasya di sana. "Oh, ada apa? Mengapa kamu ada di dalam ruangan ini? Aku tidak menyuruhmu datang."
Natasya tersenyum dengan lembut, mengangkat kertas desainnya. "Maaf, Pak Hendric. Aku hanya ingin memberitahu bahwa aku sudah selesai membuat desain baru untuk acara pernikahanmu nanti. Aku ingin meminta agar kamu memilih desain mana yang lebih bagus — yang ini, atau yang ini?" dia berkata, menunjukkan dua desain gaun pernikahan yang berbeda.
Hendric melihat desain itu dengan cepat, tidak terlalu memperhatikannya. "Yang kiri saja. Sekarang, kamu bisa pergi — aku ada pekerjaan yang penting."
Natasya mengangguk, berdiri, dan pergi meninggalkan ruangan. Setelah keluar, dia memeriksa ponselnya — dan terkejut melihat pesan dari salah satu banknya: "Semua saham yang Anda miliki di BNF telah beralih ke nama Hendric Wijaya."
Dia merasa darahnya beku. "Bagaimana bisa?" bisiknya. Siapa yang bisa mengubah kepemilikan sahamnya tanpa sepengetahuannya?
Kemudian, dia ingat — paman Hendric, Juhri Wijaya, yang merupakan manajer keuangan BNF. Dia telah menyelidiki Juhri selama beberapa bulan, dan menemukan bahwa pria itu adalah orang yang curang dan tidak dapat dipercaya. Dia sering melakukan korupsi besar-besaran di perusahaan, mencuri uang dari rekening perusahaan untuk kebutuhan pribadinya. Dia juga adalah seorang yang suka main perempuan — selalu berkencan dengan wanita muda, bahkan ketika dia sudah menikah. Natasya tahu bahwa Juhri adalah orang terdekat dengan Hendric, dan bahwa dia pasti yang terlibat dalam perpindahan saham itu.
"Baiklah, Juhri," bisiknya, mata memancarkan cahaya dendam. "Kalau begitu, aku akan menyerangmu terlebih dahulu. Aku akan membongkar semua korupsimu, semua kejahatanmu, dan membuatmu dan Hendric merasakan apa yang aku rasakan. Ini adalah rencana keduaku — dan ini akan membuat mereka runtuh sepenuhnya."
Dia mengambil teleponnya, menelepon Ines. "Ines, carikan semua bukti korupsi Juhri Wijaya. Semua yang kamu punya — rekening banknya, bukti transfer, semua. Hari ini, kita akan membongkar dia."
Di luar ruangan CEO, Hendric sedang berbicara dengan Juhri melalui telepon. "Terima kasih, Juhri. Kamu melakukan pekerjaan yang bagus. Sekarang, Natasya tidak memiliki kekuasaan apapun di perusahaan. Kita bisa melanjutkan rencana kita tanpa gangguan."
Tapi apa yang mereka tidak tahu adalah bahwa Natasya sudah ada di balik pintu, mendengar semua percakapan mereka. Dia tersenyum lebar, memegang ponselnya yang sedang merekam percakapan itu. "Kalian berpikir bahwa ini adalah akhir bagiku?" bisiknya. "Tidak. Ini hanya awal dari apa yang akan datang. Dan kalian akan membayar semua yang telah kalian lakukan — bahkan lebih dari itu."
Masih eps 1😭😭