Rela meninggalkan orang yang dicintai demi keluarga. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, mendapatkan suami yang penuh dengan kebencian. Itulah yang dirasakan Allesia. Allesia harus meninggalkan kekasihnya, ia dipaksa menikah dengan tunangan kakaknya, namanya Alfano. Alfano adalah pria yang sangat kejam. Kejamnya Alfano bukan tanpa alasan. Ia memiliki alasan kenapa ia bisa sejahat itu.
Apa yang membuat Alfano kejam dan kehidupan seperti apa yang akan Allesia jalani? Mari simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Pukul 08:12 malam. Seorang wanita berdiri di depan jendela, di salah satu ruangan VVIP rumah sakit. Wanita itu terlihat sedang memejamkan matanya sejenak. Seulas senyum terukir di wajahnya. Dirinya terlihat nampak biasa-biasa saja. Sesekali ia tatap jari manisnya, ada cincin pernikahan yang melingkar di sana. Senyum itu terus terukir sekalipun ia tahu, suaminya hanya ingin menyiksanya dan cintanya hanya untuk wanita lain.
CS Ecclusive Campo de Fiori Palace
Venika sedang duduk dibibir ranjang bersama dengan Alfano. Keduanya nampak sedang berada di fase saling membutuhkan satu sama lain. "Kamu harus kuat, aku akan melakukan apapun agar kamu bisa sembuh" ujar Alfano, ia mendekap wajah Venika.
"Sudah terlambat Alfano, penyakitku sudah tidak bisa disembuhkan lagi" balas Venika dengan senyum.
"Tidak Venika! Kamu masih bisa sembuh. Aku akan mencarikan dokter terbaik untukmu" ujar Alfano lagi, matanya mulai memerah.
"Apa kamu menyesal menyiksaku dulu?" tanya Venika, air matanya terus menetes.
Alfano menunduk sejenak "Ya, aku menyesal" jawabnya dengan pelan dan tak berdaya.
"Belajarlah untuk mencintai Allesia, dia wanita baik-baik. Dia tidak seperti Kakak ku maupun kakaknya. Aku tidak ingin kamu menyesal yang ke dua kalinya pada orang yang berbeda" ujar Venika.
"Dia berbeda denganmu, kamu tidak mirip saudaramu dan dia.. dia mirip saudaranya, aku membencinya" balas Alfano, memberi jarak pada Venika.
"Apa kamu masih mencintai Kakak ku dan Kak Alle?" tanya Venika, mendekat memegang ke dua tangan Alfano.
"Aku sudah melupakan mereka, tapi penghianatan mereka masih aku ingat dengan jelas" balas Alfano.
"Lupakan masa lalu, hiduplah dengan bahagia. Kebahagiaanmu ada pada Allesia. Aku tahu itu" balas Venika tersenyum.
Alfano menyamping menarik tubuh Venika, napas keduanya terdengar begitu jelas. Nafsu Alfano tak bisa dikendalikan lagi. Ia kembali menatap bibir seksi Venika dan mulai menciumnya. Perlahan ciuman itu menjadi panas, tangan Alfano mulai menyelinap masuk di dalam dres yang Venika kenakanan. Apa yang harusnya terjadi pun kembali terjadi. Keduanya kembali memadu kasih dan melakukan hubungan yang harusnya dilakukan oleh pasangan suami istri. Namun, hubungan itu dianggap biasa bagi mereka yang hidup di Negara tersebut sekalipun tanpa ikatan pernikahan. Suara aneh kembali menggelegar di apartemen CS Ecclusive Campo de Fiori Palace.
Rumah Sakit Lenox Hill
Allesia hanya bisa diam. Ia ingin kabur tapi ancaman suaminya membuat nyalinya menciut. Sekalipun ibunya tidak bersikap baik padanya tapi orang tua tetaplah orang tua. Allesia tidak ingin ibunya meninggal karena dirinya. Ia ingin membahagiakan ibunya sekalipun ibunya tak perduli padanya.
"Aisss... kenapa dia begitu jahat!!" Allesia menggerutu di hospital bed sembari menatap langit-langit rumah sakit.
"Apa yang Ansel lakukan sekarang?" gumam Allesia, bertanya pada dirinya sendiri. Ia ingin menghubungi mantan kekasihnya tapi sayangnya, ponsel miliknya disimpan oleh suaminya.
----------
Pagi hari
Berhubung Allesia di rumah sakit dan Alfano belum juga datang, maka Allesia ke ruangan Dokter Arya seorang diri. "Kamu begitu bersemangat untuk melakukan pengobatan Allesia," ujar Dokter Arya dengan senyum andalannya.
"Aku ingin sembuh, aku ingin hidup tanpa rasa takut" balas Allesia tersenyum.
"Aku akan menerima penyiksaan yang menyakitkan. Maka dari itu, aku harus menyembuhkan traumaku" batin Allesia. Allesia mulai melakukan pengobatan dengan serius, tak membutuhkan waktu lama, pengobatan awal pun selesai.
"Ingat Allesia, kamu harus lawan rasa takutmu. Jangan pernah kamu menyerah atau hanyut dalam masa kelam yang membuatmu depresi" ujar Dokter Arya mengingatkan.
"Baik Dok. Aku akan berusaha," balas Allesia tersenyum ramah.
Allesia ke luar dari ruangan Dokter Arya. Di luar, ia melihat suaminya sedang mengepal tangannya. Allesia mengikuti semua yang dikatakan oleh Dokter Arya, ia berusaha untuk melawan rasa takutnya.
"Ikut aku ke ruanganku!" titah Alfano dengan dingin.
Allesia mengikuti langkah kaki Alfano dengan santai, layaknya orang yang tidak memiliki rasa takut. Ia masuk ke dalam rungan suaminya.
"Apa kamu tidak bisa menunggu! Kenapa kamu ke ruangan laki-laki itu sendirian!!" bentak Alfano.
Allesia hanya diam, bahkan air matanya pun tidak menetes. Tubuhnya tidak gemetar lagi. "Pesan Dokter Arya sangat ampuh di aplikasikan" batin Allesia.
"Jawab aku!!" bentak Alfano, ia mencengkram mulut Allesia.
"Aku hanya berusaha untuk cepat sembuh dari traumaku. Dengan begitu,Tuan bisa menyiksaku dengan bangga karena Tuan tidak menyiksa wanita yang memiliki gangguan mental lagi" jawaban itu ke luar begitu saja dari mulut Allesia tanpa rasa takut.
Alfano tersenyum sinis. "Bagus jika kamu ingat. Aku akan tetap memberimu pelajaran karena kamu berani bertemu dengan pria lain tanpa menungguku" ujar Alfano..
"Makan semua makanan yang ada di kotak makanan, aku tidak mau ada sisa sedikitpun" titah Alfano.
"Ini bukan penyiksaan bagiku Tuan, ini sesuatu yang harus aku anggap keberuntungan" ujar Allesia dengan mata berbinar.
Melihat istrinya tersenyum, Alfano melepaskan cengkraman tangannya dari mulut sang istri. "Cepat habiskan, waktumu hanya dua puluh menit. Lewat dari itu, aku akan melemparmu dari lantai 11" ancam Alfano lalu duduk di kursi kerjanya.
Allesia berjalan menuju sofa. Menatap nasi kotak yang ada di atas meja. "Wah, enak sekali.. sudah lama aku tidak makan makanan enak" gumamnya tersenyum lebar.
Allesia makan dengan lahap. Hanya tiga belas menit waktu yang ia butuhkan untuk menghabiskan makanan yang di bawah oleh suaminya. "Aku kenyang sekali" gumamnya. Lalu meneguk minuman yang sudah suaminya siapkan.
"Tuan, makanannya sudah habis" ujar Allesia dengan pelan. Namun masih bisa didengar oleh suaminya.
Alfano tersenyum. "Bagus.. sebentar lagi, obatnya akan bereaksi" batin Alfano.
"Ayo kita pulang, aku akan membawamu ke suatu tempat yang tidak akan pernah kamu lupakan seumur hidupmu" ujar Alfanio.
Di dalam mobil, Allesia merasa gelisa dan panas. "Kenapa aku seperti ini? Apa Alfano memasukan sesuatu dalam makananku atau minumanku" batin Allesia.
Alfano menyerang Allesia dengan ciuman yang tiba-tiba. Allesia berusaha untuk memberontak namun ia kalah tenaga, supir di depan menelan salivanya dengan kuat.
"Cepat!!" bentak Alfano pada supir yang ia bayar untuk membawanya ke hotel. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, tak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di Hotel ternama di Italia.
Alfano mengangkat tubuh istrinya, membawanya masuk dalam kamar yang sudah di pesan. Di dalam kamar, ada seorang pria yang tengah menunggu mereka.
"Sekarang kamu ke luar, biar aku yang mengurusnya" ujar Alfano pada pria tersebut.
"Baik, Tuan"
"Aku akan memberimu pelajaran wanita sialan! Kamu sama seperti kakakmu!" bisik Alfano dengan penuh penekanan.
Cerita ini hanya imajinasi penulis. Jika tidak menyukai alur ceritanya maka carilah novel yang bisa membuat kalian senang. 😊