Xiao Chen selalu dianggap murid terlemah di Klan Xiao.
Tidak punya bakat, selalu gagal dalam ujian, dan menjadi bahan ejekan seluruh murid.
Namun tidak ada yang tahu kebenaran sesungguhnya bahwa tubuhnya menyembunyikan darah naga purba yang tersegel sejak lahir.
Segalanya berubah saat Ritual Penerimaan Roh Penjaga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Nama Sang Kaisar dan Hutan Kabut Hitam
Malam itu, bulan tertutup awan tebal. Di dalam kamarnya yang sederhana dan agak berantakan akibat pertarungan dengan Pelayan Han sebelumnya, Xiao Chen duduk bersila di atas ranjang kayu.
Napasnya berat dan tidak teratur. Wajahnya pucat pasi.
Meskipun ia berhasil berjalan keluar dari Paviliun Danau Giok dengan punggung tegak, kenyataannya organ dalamnya terguncang hebat. Menahan tekanan kultivator Alam Pembentukan Fondasi dengan tubuh fisik semata adalah tindakan gila yang nyaris bunuh diri.
"Uhuk..."
Darah kental kembali menetes dari sudut bibirnya.
"Kau beruntung tulang rusukmu tidak menusuk paru-paru," suara berat dari manik hitam itu terdengar, kali ini nadanya tidak lagi mengejek, melainkan sedikit serius. "Tekadmu boleh dipuji, tapi tubuhmu masih rapuh seperti kerupuk."
Kabut hitam kembali keluar dari manik, memadat menjadi wujud pria tua berambut perak yang melayang di udara. Matanya yang gelap menatap Xiao Chen dengan intensitas baru.
Xiao Chen menyeka darah di bibirnya dengan punggung tangan. "Sakit ini... membuatku sadar betapa jauhnya jarak antara aku dan mereka. Tapi aku tidak menyesal."
Sosok roh itu mendengus, tapi sudut bibirnya melengkung membentuk senyum tipis.
"Selama ribuan tahun aku terperangkap di dalam manik ini, aku telah melihat banyak jenius yang diberkati langit. Mereka punya bakat, punya sumber daya, tapi mereka tidak punya 'gigi'. Saat ditekan, mereka patah."
Roh itu melayang mendekat, menatap lurus ke mata Xiao Chen.
"Kau berbeda. Kau bodoh, nekat, dan liar. Sifat-sifat yang sangat... naga."
Dia mengibaskan jubah bayangannya, berdiri dengan postur yang memancarkan keagungan seorang penguasa yang pernah menaklukkan langit.
"Dengar baik-baik, Bocah. Karena kau telah mempertaruhkan nyawamu demi harga diri dan tidak mempermalukan warisanku di depan semut-semut itu... aku akan memberimu kehormatan untuk mengetahui siapa aku sebenarnya."
Xiao Chen menegakkan punggungnya, melupakan rasa sakitnya sejenak.
"Namaku adalah Yao Huang."
Suara itu bergema, bukan di telinga, tapi menggetarkan jiwa Xiao Chen.
"Di zamanku, dunia menyebutku Kaisar Naga Abyssal. Aku pernah membakar lautan dengan satu nafas dan meruntuhkan bintang dengan satu kibasan ekor. Mulai hari ini, kau adalah satu-satunya murid Yao Huang. Jangan berani-berani mati konyol dan mencoreng nama ini!"
Xiao Chen tertegun. Nama 'Yao Huang' terasa asing baginya, jelas itu adalah nama dari era yang sangat kuno, mungkin sebelum sejarah benua ini dicatat. Namun, aura dominasi yang menyertai nama itu nyata.
Xiao Chen menundukkan kepalanya dengan hormat, kali ini dengan tulus. "Murid Xiao Chen, memberi hormat pada Guru Yao Huang."
Yao Huang mengangguk puas. "Cukup formalitasnya. Sekarang, kita punya masalah yang lebih mendesak. Janji satu tahunmu."
Yao Huang melayang mengelilingi Xiao Chen, mengamati tubuh muridnya.
"Teknik Pemurnian Darah Abyssal tahap pertama sudah kau lewati. Tapi untuk tahap selanjutnya, kau tidak bisa hanya mengandalkan meditasi. Tubuh manusia terlalu lambat menghasilkan darah. Kau butuh 'bahan bakar' eksternal."
"Bahan bakar?" tanya Xiao Chen.
"Tanaman obat. Darah binatang buas. Inti monster. Kau butuh energi yang keras dan liar untuk menempa tubuhmu," jelas Yao Huang. "Tanpa itu, kau butuh sepuluh tahun untuk mencapai tingkat yang cukup untuk mengalahkan para jenius itu. Kau tidak punya sepuluh tahun, kau hanya punya satu."
Xiao Chen meraba sakunya. Kosong. Uang tabungannya sudah habis untuk membeli obat penyembuh luka biasa beberapa bulan lalu, dan dia baru saja menolak 500 koin emas dari Keluarga Su.
"Aku tidak punya uang," kata Xiao Chen jujur. "Klan Xiao juga sudah memutus pasokan sumber dayaku."
"Kalau begitu, ambil dari alam," jawab Yao Huang santai. "Bukankah ada hutan liar di dekat kota ini? Pergilah ke sana. Berburu. Bunuh binatang buas, ambil inti mereka, jual bagian tubuhnya, dan gunakan darahnya untuk mandi obat."
"Hutan Kabut Hitam?" Xiao Chen mengerutkan kening. Itu adalah tempat berbahaya di mana binatang buas tingkat rendah berkeliaran. Banyak kultivator tingkat Pengumpulan Qi yang masuk ke sana dan tidak pernah kembali.
"Kenapa? Kau takut?" sindir Yao Huang.
Xiao Chen menggeleng, matanya berkilat tajam. "Tidak. Itu tempat yang sempurna. Jika aku mati dimakan serigala hutan, berarti aku memang tidak pantas menantang Keluarga Su."
"Bagus. Beristirahatlah malam ini. Pulihkan lukamu dengan teknik pernapasan yang akan k ajarkan. Besok subuh, kita berangkat."
Keesokan harinya, fajar belum menyingsing sepenuhnya. Kabut tipis masih menyelimuti kediaman Klan Xiao.
Xiao Chen mengenakan pakaian berburu sederhana berwarna hitam, membawa sebuah belati tua yang berkarat di pinggangnya—satu-satunya senjata yang ia miliki. Dia menyelinap keluar dari gerbang belakang klan, menghindari patroli penjaga.
Tujuannya jelas Hutan Kabut Hitam yang terletak sepuluh mil di utara kota.
Namun, baru saja dia melangkah keluar dari batas wilayah klan menuju jalan setapak hutan, sebuah suara yang familiar dan menyebalkan menghentikan langkahnya.
"Lihat siapa yang mencoba kabur pagi-pagi buta seperti tikus got."
Xiao Chen berhenti. Dia menghela napas panjang. Dia kenal suara ini.
Dari balik pepohonan di pinggir jalan, tiga sosok melangkah keluar.
Di tengah adalah Xiao Long, sepupunya yang jenius, mengenakan jubah sutra mewah yang sangat tidak cocok untuk suasana hutan. Di kiri dan kanannya adalah dua pengikut setianya yang berbadan besar.
Xiao Long menatap Xiao Chen dengan senyum dingin yang tidak mencapai matanya. Di tangannya, dia memutar-mutar sebuah kipas lipat dengan santai.
"Pelayan Han memberitahuku bahwa kau mematahkan tangannya kemarin," kata Xiao Long pelan. "Awalnya aku tidak percaya. Sampah tingkat tiga bisa mengalahkan kultivator tingkat empat? Tapi melihat caramu berdiri sekarang... sepertinya kau menyembunyikan sesuatu, Sepupu."
Xiao Chen berbalik perlahan. "Anjingmu mencoba menggigitku, jadi aku menendangnya. Apa yang salah?"
Wajah Xiao Long berubah gelap. "Han memang anjing, tapi dia anjingku. Memukul anjing harus melihat tuannya. Kau tidak hanya melukainya, kau menampar wajahku."
Xiao Long melipat kipasnya dengan bunyi ctak yang keras.
"Aku dengar kau juga membuat keributan di Keluarga Su dan bersumpah akan masuk tiga besar turnamen? Hahaha!" Xiao Long tertawa, diikuti oleh kedua pengikutnya. "Kau benar-benar sudah gila karena putus asa."
"Minggir, Xiao Long. Aku sedang buru-buru," kata Xiao Chen datar, tidak terpengaruh provokasi itu.
"Buru-buru?" Xiao Long menyeringai jahat. Aura Qi berwarna biru muda mulai berpendar di tubuhnya. Tekanan Tingkat 9 Pengumpulan Qi puncak dari tahap awal kultivasi menyebar. Angin di sekitar mereka berputar kencang.
"Satu-satunya tempat kau akan pergi adalah ruang tabib... atau kuburan."
Xiao Long memberi isyarat pada dua pengikutnya. "Patahkan kedua kakinya. Biar dia merangkak seumur hidup. Itu hukuman yang pantas karena berani melawan murid inti."
"Baik, Tuan Muda!"
Dua pengikut itu, yang masing-masing berada di Tingkat 5 Pengumpulan Qi, menerjang maju bersamaan. Mereka menghunus pedang besi, tidak berniat menahan diri.
Di dalam benak Xiao Chen, suara Yao Huang terdengar bosan.
"Dua tingkat lima dan satu tingkat sembilan? Pemanasan yang membosankan. Tapi baiklah... Xiao Chen, jangan gunakan Qi. Gunakan matamu. Baca gerakan mereka. Mereka lambat seperti siput mabuk."
Xiao Chen tidak mencabut belatinya. Dia merendahkan kuda-kudanya, matanya menatap tajam ke arah dua pedang yang mengayun ke arahnya.
Dunia seakan melambat.