Anesha dan Anisha adalah kakak beradik yang terpaut usia tiga tahun. Hidup bersama dan tumbuh bersama dalam keluarga yang sama. Namun mereka berdua dibesarkan dengan kasih sayang yang berbeda. Sebagai kakak, Nesha harus bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya. Sedangkan Nisha hidup dalam kemanjaan.
Suatu hari saat mereka sekeluarga mendapat undangan di sebuah gedung, terjadi kesalah pahaman antara Nesha dengan seorang pria yang tak dikenalnya. Hal itu membuat perubahan besar dalam kehidupan Nesha.
Bagaimanakah kehidupan Nesha selanjutnya? Akankah dia bahagia dengan perubahan hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti Garvi
"Hati-hati ya, Mas", ucap Nesha seraya melambaikan tangan pada Garvi yang mulai melajukan motornya perlahan.
Pemandangan setiap hari yang selalu dinantikan oleh semua teman-teman Nesha. Setelah Nesha menikah, bukan hanya ia yang menjadi semangat kerja. Teman-temannya pun ketularan semangat berangkat kerja karena ingin melihat ketampanan suaminya.
Awal-awal membuat Nesha dan Garvi malu, tapi kelamaan mereka berdua terbiasa jadi bahan tontonan untuk rekan-rekan Nesha.
"Dilihat setiap hari, ketampanan suami mu makin terasa nggak nyata, Nes", celetuk Sinta yang berbinar setiap kali membicarakan suami Nesha. "Jadi pengen jadi pelakor", imbuhnya bergurau seraya cekikikan.
Plak.
Lagi-lagi Lely menepuk pelan bibir Sinta yang nggak ada remnya.
"Mana mau suami Nesha sama kamu", celetuk Lely yang diikuti gelak tawa semua teman-teman.
"Ya siapa tahu, lho, mbak", Sinta menyengir kuda sambil mengusap bibirnya yang terasa sedikit panas akibat tepukan Lely.
Kemudian mereka masuk ke dalam ruko setelah Lely membuka gembok pintu toko dan segera bersiap.
"Nes, nanti itu ada paket COD toko Berlian yang di mall. Kamu aja yang anterin, soalnya kamu yang tahu lokasinya", ucap Lely seraya menata alat tempur kerja miliknya.
"Baik, mbak", ucap Nesha dengan senyum sumringah. Karena setiap ia melakukan pengantaran, ia akan mendapatkan bonus tambahan.
Setelah mem-packing orderan yang akan diantarnya, Nesha segera mengambil kunci motor di ruang kantor Ci Fani.
Ia tersenyum melihat motor yang menjadi saksi pertemuan pertamanya dengan Garvi.
Sesampainya di mall, Nesha segera membawa barang ke toko yang sudah ia hafal. Melewati beberapa toko dan restoran. Netranya menyapu seluruh toko hanya sekedar untuk cuci mata.
Tiba-tiba ia melihat sosok yang tak sing baginya. "Mas Garvi?", gumam Nesha seraya memicingkan mata untuk memastikan penglihatannya.
Tampaknya orang tersebut keluar dari restoran mewah bersama dengan rekannya.
Lantas ia mengerutkan dahi, karena dari postur tubuh memang mirip suaminya, tapi penampilannya jauh berbeda.
"Masa iya Mas Garvi pakai jas? Dia kan nggak punya", gumamnya lagi.
Nesha mempercepat langkahnya ingin memastikan kebenaran apa yang dilihatnya. Namun baru beberapa langkah, ponselnya berdering, panggilan dari Ci Fani. Membuat Nesha mau tak mau menghentikan langkahnya. Segera ia menerima panggilan telepon dari bosnya, tapi matanya tetap mengawasi kedua orang tersebut.
Namun sayangnya, kedua orang tersebut menghilang dari balik eskalator. Setelah Nesha berusaha mengejar mereka, ia tak tahu kemana arah mereka pergi. Ia pun hanya bisa menarik nafas ngos-ngosan karena berlari sambil membawa barang yang lumayan berat.
Segera ia menelepon Garvi. Dalam hitungan detik, Garvi sudah menerima panggilannya.
"Mas dimana?" tanya Nesha dengan nafas tersengal.
"Aku di jalan, Nes. Ada apa? Kenapa nafas mu seperti itu?" tanya Garvi panik dari seberang telepon.
"Oh di jalan, ya sudah, Mas", balas Nesha percaya karena terdengar suara bising kendaraan.
"Memangnya kenapa, Nes?"
"Saya tadi kayak lihat Mas sama temennya keluar dari restoran di mall. Makanya saya kejar tapi hilang", terang Nesha.
"E-enggak, Nes. Saya lagi jemput orderan", bohong Garvi. "Ya sudah, aku lanjut kerja, ya?"
Setelah menutup percakapan dengan salam, Nesha menutup panggilan. Lantas ia meyakini kalau dirinya memang salah lihat.
Di sisi lain Garvi tampak tersenyum lega karena Nesha tak memergoki nya. Namun Alex, teman Garvi tertawa dengan kencang mendengar percakapannya.
"Memangnya lu jemput orderan apa?" Tanya Alex seraya masuk ke dalam mobil.
Untungnya Garvi masih belum masuk ke dalam mobilnya, sehingga suara bising kendaraan terdengar di telinga Nesha.
"Ceritanya panjang, bro", senyum Garvi seraya menyalakan BMW-nya.
"Yang penting gue udah ngelunasin uang ganti rugi adik ipar gue. Tapi lo harus tetap minta ganti rugi setengahnya aja. Biar dia dapat pelajaran", ujar Garvi seraya melajukan mobilnya membelah keramaian jalanan.
"Oke, siap, bro!" Alex meletakkan telapak tangan di pelipis tanda hormat.
"Terus nanti mau lu pakai apa?" tanya Alex penasaran.
"Nggak tahu. Yang penting adik ipar gue biar tahu rasa", lalu Garvi tersenyum menyeringai.
Ya. Alex adalah CEO dan juga pemilik PT. Bumi Laut Jaya tempat Nisha berkerja.
Alex dan Garvi adalah CEO muda. Mereka sama-sama mewarisi dan meneruskan usaha orang tua mereka. Orang tua mereka pun berteman dan sesekali bekerja sama. Sehingga mereka sudah akrab sejak masih remaja.
Saat mendengar Nisha bekerja di perusahaan Alex dan terkena masalah, ia hanya tersenyum simpul. Justru ia malah mendapatkan ide untuk mengerjai adik iparnya dan suaminya yang sombong.
***
Lepas sholat isya' semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga.
"Nis, katanya tadi kamu dapat telepon dari perusahaan?" tanya Bu Rumi seraya membuka toples cemilan berisi keripik singkong.
"Iya, bu. Besok Nisha disuruh datang ke sana jam sepuluh pagi", jawab Nisha.
"Pasti bapak mertua mu yang udah ngomong sama pemilik pabrik itu, Nis. Nggak sia-sia punya besan yang ada jabatan". Mendengar sang Papa mendapat pujian, Fandi pun merasa besar kepala.
"Nggak kayak orang lain yang nggak jelas siapa orang tuanya", Bu Rumi berusaha menyindir Nesha yang duduk diam sambil menonton televisi.
"Memangnya siapa itu, Bu?" Fandi pura-pura bertanya.
"Siapa lagi kalau bukan mantu ibu yang satunya", jawab Bu Rumi seraya melirik Nesha dan Pak Edi bergantian.
"Jangan gitu, Bu. Ibu nak Garvi masih belum sembuh, jadi belum bisa berkunjung ke sini." Pak Edi menimpali sindiran Bu Rumi dengan tenang. Sedangkan Nesha memilih untuk tetap diam, karena perdebatan ini akan panjang kalau ia menanggapinya.
"Lama banget sembuhnya? Padahal mereka udah nikah tiga bulan lho. Atau emang udah nggak bisa sembuh?" Perkataan Bu Rumi semakin tajam. Membuat Nesha yang ingin diam saja pun akhirnya bereaksi.
"Astaghfirullah, Bu. Jangan berkata seperti itu. Kita doakan saja yang baik-baik untuk ibunya Mas Garvi", ujar Nesha merasa tersinggung dengan ucapan ibunya.
"Halah orang penyakitan mah bisa apa kalau nggak ngerepotin orang lain?" timpal Bu Rumi seraya melengos.
"Mama saya nggak pernah ngerepotin keluarga ini atau siapa pun. Kenapa anda bisa yakin kalau mama saya merepotkan?!" ucap Garvi yang baru masuk dari pintu depan. Ia mendengarkan semua percakapan Bu Rumi.
"Ya baguslah kalau nggak ngerepotin orang lain", balas Bu Rumi dengan sewot.
"Kamu tuh masih aja belagu, ya!" sentak Nisha.
"Dimana-mana orang miskin itu merepotkan!" celetuk Fandi sambil terkekeh.
"Astaghfirullah!" teriak Nesha merasa kesal dengan mulut-mulut tak beradab itu. "Kenapa kalian selalu mengusik Mas Garvi? Memangnya apa salah dia?!" Nesha meninggikan suaranya, namun masih bisa menahan emosi yang bergejolak dalam dadanya.
Semuanya terdiam, tak ada yang menjawab pertanyaan Nesha. Garvi pun terheran, sebenarnya letak kesalahannya dimana sehingga dia selalu mendapat perkataan jelek dari keluarga istrinya.
"Ibu, Fandi dan Nisha, segera minta maaf sama Nak Garvi", titah Pak Edi.
"Ogah!" Bu Rumi dan Nisha kompak menjawab. Sedangkan Fandi malah melayangkan senyum miring menatap Garvi.
"Ibu, Nisha!" sentak Pak Edi, namun keduanya malah melengos tak menggubris.
"Biarkan saja, Pak. Saya nggak apa-apa kok", ucap Garvi seraya menggenggam tangan Nesha yang sudah terkepal erat seolah sudah siap melayangkan tinju.
"Tapi Mas, mereka keterlaluan!" pekik Nesha seraya menatap tajam ke arah Nisha dan Fandi, namun ia tak berani menatap ibunya karena masih menghormatinya.
"Sudah biarin aja. Ayo masuk", Garvi menarik tangan Nesha masuk ke dalam kamar.
Di dalam sana, Nesha mengomel panjang lebar karena Garvi yang selalu santai setiap mereka mengolok-oloknya. Sedangkan Garvi hanya diam seraya tersenyum menatap istrinya yang sudah mengeluarkan entah berapa ratus kata sejak tadi.
Aahh.. Manisnya.