NovelToon NovelToon
Secercah Asa Untuk Utari

Secercah Asa Untuk Utari

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: emmarisma

Kehidupan yang semula diharapkan bisa mendatangkan kebahagiaan, rupanya merupakan neraka bagi wanita bernama Utari. Dia merasakan Nikah yang tak indah karena salah memilih pasangan. Lalu apakah Utari akan mendapatkan kebahagiaan yang dia impikan? Bagaimana kisah Utari selanjutnya? simak kisahnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tujuh

"Maaf, Pak, itu Utari kenapa?" Sukma bertanya pada salah satu orang yang tadi membawa Utari.

"Dicekik suaminya, Bu."

Jantung Sukma berdesir. "Dicekik? Terus, orangnya udah ditangkap belum, Pak? Itu ga bisa dibiarkan, itu termasuk percobaan pembunuhan."

"Iya, Bu, tadi Pak RT sudah telepon polisi. Akmal itu orangnya kasar dan nekat. Jadi tadi pada ga berani mendekat sampai Pak RT datang bawa massa, tapi ya itu, kita datangnya telat."

Sukma menghela napas. Semoga Utari baik-baik saja. Sukma berbicara dengan beberapa orang tadi. Sukma bahkan sempat memberikan beberapa uang pada orang-orang yang telah membantu Utari. Tidak lupa Sukma mengucapkan terima kasih pada mereka, sebelum mereka pergi.

Dokter yang memeriksa Utari keluar, dia menjelaskan tentang kondisi Utari pada Sukma dan Sukma meminta dokter untuk melakukan visum juga pada Utari.

"Mah." Bian menyentuh bahu mama Sukma. Mama Sukma menoleh dan melihat Bian datang sambil menggendong Nisa dan di belakangnya ada papa Bian.

"Tama, kamu kok ikut Bian?" tanya Sukma pada suaminya.

"Aku khawatir, dari tadi Nisa tidur sambil nangis manggil manggil Utari. Terus ga lama Bian dapet pesan dari kamu. Aku rasa Nisa punya firasat pada Utari dan ternyata benar. Aku tadi nyupirin Bian karena Nisa ga mau lepas dari gendongan Bian, Sayang."

"Kondisi Utari gimana, Mah?"

"Mama juga belum lihat, yang jelas laki-laki gila itu harus di penjara. Beraninya dia nyerang Tari.

"Mama." Nisa tiba-tiba mengangkat kepalanya dari bahu Bian.

"Ada apa, Sayang."

"Mama mana, Om?"

"Mama baru tidur. Nisa pulang sama opa dan oma dulu, ya, mau kan? Nanti kalau mama udah bangun, Om akan bawa mama pulang."

"Mama sakit?"

"Mama cuma butuh istirahat, kan kemarin mama tungguin Nisa pas Nisa sakit," ucap Bian lembut. Sukma dan Tama tersenyum melihat interaksi antara Nisa dan Bian.

Sukma mengulurkan tangannya. "Sini, Sayang, oma gendong, ya?" Nisa menatap mama Sukma lama sebelum akhirnya menyambut uluran tangan mama Sukma.

"Ya sudah, Bian. Mama bawa Nisa pulang dulu, kamu jagain Utari, ya. Kalau ada apa-apa kamu telepon mama. Mama sudah minta dokter untuk mengeluarkan surat visum."

Bian mengangguk. Dia mengusap rambut Nisa sebentar dan mencium rambut gadis kecil itu.

"Nisa nanti bobonya sama oma dulu, ya?"

Nisa mengangguk dengan mata berkaca-kaca, seolah enggan berpisah dari Bian.

***

Ponsel Hana bergetar, ada panggilan dari nomor tidak dikenal. Hana segera mengangkatnya.

"Halo."

("Hana, cepat ke kantor polisi sekarang. Aku butuh bantuanmu.")

Alis Hana berkerut. Ada apa lagi ini, bukankah tadi Akmal pamit ingin mengambil sesuatu di pabrik. Kenapa tiba-tiba di kantor polisi? Tak ingin terus menebak, Hana segera pergi ke kantor polisi.

Di kantor polisi, Akmal terlihat sangat berantakan. Dia tidak menyangka apa yang dia lakukan pada Utari justru mengantarkannya di sini. Bahkan dirinya terancam menjadi tersangka atas dugaan kasus percobaan pembunuhan.

Tak lama Hana datang dengan wajah cemas. Dia masuk ke kantor polisi dan segera bertemu dengan Akmal.

"Mas, kamu kenapa bisa sampai ketangkep polisi, sih?"

"Ceritanya panjang. Kamu ada simpanan uang, kan? Cepat bebaskan aku. Aku sudah ga sabar mau pulang ketemu Iqbal."

Hana berbicara dengan seorang petugas polisi entah apa yang dia katakan sehingga polisi tadi sedikit segan pada Hana. Setelah Hana membayar dan mengurus beberapa administrasi, pasangan itu pun pulang ke rumah.

Dalam perjalanan Hana terus memasang wajah kesal. Bagaimana tidak? Untuk menebus Akmal dia harus menguras tabungannya.

"Kamu kenapa cemberut terus?" tanya Akmal begitu mereka sampai di rumah Hana.

"Kamu harus ganti tabungan aku, Mas." kata Hana.

Akmal menatap Hana tajam, "Kamu gitu aja perhitungan banget sama suami."

"Ya itu kan tabunganku, Mas. Aku susah payah nabung pengen beli mobil. Eh, malah sekarang kepake buat bebasin kamu. Makanya sebelum melakukan apa-apa itu dipikir dulu resikonya. Mending kalau di penjara, Utarinya mati. Nah ini dia masih hidup kamunya di penjara, aku harus nebus kamu, rugi banget."

Hana terus menggerutu sambil masuk ke dalam rumah. Ia melihat ke kamar putranya yang masih tertidur. Hana segera masuk ke kamar.

"Ya udah, kalau aku ada rejeki aku ganti, ya. Maaf." Akmal memeluk Hana dari belakang. Meski bibirnya mengucapkan kata maaf, tapi matanya tidak pernah memperlihatkan penyesalan sama sekali.

"Lagian, kamu sekarang dah berani bohong sama aku. Katanya tadi pergi ketemu temen pabrik, ga tahunya malah sama Utari."

"Aku memang ke pabrik. Kamu kalau ga percaya tanya sama bayu, tapi pas mau pulang aku lihat Utari. Jadi aku putuskan untuk bicara sama dia."

"Bicara? Perlu bicara apa sama dia? Palingan kamu kangen sama istri kamu itu, kan?"

Akmal semakin mengencangkan pelukannya. "Aku cuma cinta sama kamu, Hana. Aku ga ada niatan apa-apa sama Utari. Kamu harus percaya sama aku. Akmal mengecup ceruk leher Hana. Dia tahu caranya menaklukkan wanita ini.

"Besok pulang kerja kita ke rumah ibu, ya. Ibu ngadain acara," kata Akmal. Hana hanya mengangguk.

Utari membuka matanya, dia mendesis merasakan perih di sudut bibirnya.

"Tari." Suara Bian membuat Tari menoleh. Perempuan berusia 27 tahun itu tersenyum getir.

Bian duduk di samping ranjang Utari. Dia menatap Utari dalam dalam, Utari membalas tatapan mata Bian dalam diam.

Bian menghembuskan napas berat. "Jangan kembali ke rumah lama kamu itu. Besok aku akan nyuruh orang buat beresin semua barang kamu di sana."

"Ga usah, Bi. Aku ga mau menarik perhatian banyak orang. Aku akan ke sana buat beresin barang-barangku dan Nisa. Lagian aku cuma mau ambil surat surat penting, untuk yang lainnya biarkan itu jadi urusan orang itu."

"Mama udah minta surat visum buat kamu. Kalau kamu mau, kamu bisa menuntut laki-laki itu agar dia di penjara."

Utari menggeleng dengan lemah, "Seburuk apapun dia bapaknya, Nisa, Bi. Aku ga mau suatu saat Nisa tahu bapaknya seorang mantan napi. Biarlah surat visum itu aku jadikan bukti di pengadilan agama. Aku mau cerai sama dia."

Bian yang awalnya merasa kecewa karena Utari tidak mau menuntut suaminya, sekarang tersenyum lebar. Utari akhirnya memutuskan untuk bercerai. Sungguh ini kabar menggembirakan untuknya.

"Kamu kok senyum? Kamu seneng lihat aku terpuruk kaya gini?"

"Aku bukan seneng lihat kamu terpuruk, tapi aku seneng akhirnya kamu lepas dari pria itu. Dia ga pantas dapatin kamu."

Utari mengerutkan alisnya, dia pun bertanya, "Lalu siapa yang pantas dapatin aku?"

"Aku," jawab Bian.

"Aku.

1
Widia Sari
lanjut
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
Apthiana Devi
semua cerita2 nya bagus...
Ati Rohayati
Luar biasa
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
jiannafeeza 2201
jangan bilang dewa suka sm utari
utari pokoknya untuk Bian gak boleh sm yang lain 😁
jaran goyang
𝚍𝚎𝚠𝚊 𝚗𝚘 𝚢𝚊 𝚗𝚘
jaran goyang
𝚙𝚜𝚝 𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚖𝚗𝚌𝚕𝚔𝚊𝚒.... 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚖𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒𝚞𝚜
jaran goyang
𝚐𝚔 𝚍𝚊 𝚘𝚝𝚊𝚔
Widia Sari
dasar si ibu gak tau malu
ni karena mau merasakan kekayaan utari makanya di bujuk utari buat rujuk sm si akmal ...
Bagus utari jawaban yang bagus biar kapok tuh si ibu
jaran goyang
𝒓𝒔𝒌𝒏..𝒏𝒆𝒙𝒕
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong
kaila
lanjut kak
kaila
lanjut
kaila
lanjut kak
Widia Sari
lanjut lagi dong kk
kaila
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!