NovelToon NovelToon
Fix You Heal Me

Fix You Heal Me

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika
Popularitas:46.2k
Nilai: 5
Nama Author: Base Fams

Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
‎Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

◉ 28

Joana membuka matanya perlahan. Kelopak matanya terasa berat, seperti diselimuti kabut tebal. "Dimana aku?" Tanyanya lemah. Bau obat-obatan yang menyengat menyerang indra penciumannya, membuat Joana sadar jika kini ia berada di rumah sakit.

Joana terdiam, memandang langit-langit kamar inapnya. Tiba-tiba ia teringat kejadian sebelum ia tidak sadarkan diri. Reflek, Joana memegang perutnya. "Anakku," Joana memaksakan dirinya bangun menahan nyeri di bagian perutnya. Joana merotasi setiap sudut ruangan. Tidak ada siapapun, ia hanya sendiri. Hingga pintu terbuka, Joana menoleh.

"Selamat pagi, Nyonya. Anda sudah bangun rupanya." Dua orang perawat masuk, ingin memeriksa keadaan Joana.

"Dimana bayiku? aku ingin melihatnya." Kata Joana. Nalurinya sebagai wanita yang menyandang status baru sebagai seorang ibu, membuat Joana tidak sabar ingin bertemu dengan anaknya. Menyambut anaknya dengan perasaan suka cita, memeluknya, memberikan banyak kecupan dan menyusuinya. Momen-momen seperti itulah yang diinginkan Joana.

Perawat itu hanya tersenyum samar, tidak menjawab pertanyaannya.

"Berbaringlah dulu, Nyonya. Saya ingin memeriksa keadaan anda." Kata salah satu dari mereka.

Joana menuruti perintah perawat itu, ia pun kembali merebahkan tubuhnya, membiarkan dua perawat itu memeriksa keadaannya. "Setelah ini anda harus sarapan dan meminum obat, Nyonya. Agar anda cepat pulih."

Joana terdiam tidak menanggapi ucapan perawat. Tatapannya lurus ke arah pintu, menunggu kedatangan Nathan. Namun sampai pemeriksaan selesai, Nathan tidak menunjukkan batang hidungnya.

Joana beranjak bangun dibantu oleh perawat. "Pelan-pelan Nyonya."

"Katakan padaku, dimana ruangan bayi?" Kedua perawat itu sama-sama terdiam, kemudian saling melempar pandang satu sama lain. "Kenapa kalian diam?" Joana melayangkan tatapan kepada kedua perawat itu secara bergantian. "Aku ingin melihat bayiku." Ulangnya. Kedua perawat itu tetap bergeming, membuatnya dilanda ketakutan sehingga pikiran-pikiran buruk berkecamuk dikepala Joana.

"Anda tidak bisa melepaskan infusnya, Nyonya." Perawat itu mencegah Joana ketika Joana hendak melepaskan infusnya.

"Kenapa? Aku hanya ingin melihat bayiku, apa kalian tidak paham?!" tanya Joana dengan meninggikan nada suaranya. "Kenapa kalian mendadak bisu? Aku ingin melihat bayiku! katakan dimana ruangannya?!" Seru Joana penuh penekanan. Lagi-lagi kedua perawat itu tidak menjawab pertanyaannya.

Amarahnya mencuat, kesabarannya telah habis. Dengan cepat Joana turun dari brankar. Lalu, melepaskan infusnya dengan paksa membuat tangannya terluka.

"Anda tidak boleh keluar, Nyonya." Satu perawat menghadang langkahnya.

"Apa pedulimu? Menyingkir dari hadapanku!" Joana melangkah namun tangannya di cekal. "Lepaskan aku! Jika tidak, aku tidak segan-segan menuntut kalian!" Ancamannya berhasil, perawat itu melepaskan tangannya.

Joana keluar dari kamar rawat inapnya. Ia melangkah dengan cepat melintasi lorong rumah sakit diikuti dua perawat tadi. Joana mengabaikan rasa nyeri di area perutnya. Bahkan, Ia juga tidak memperdulikan penampilannya yang masih menggunakan pakaian rumah sakit.

Joana mengikuti tanda yang menunjukkan letak ruangan bayi. Kini ia telah sampai, ia memandang dari luar jendela, memperhatikan beberapa bayi yang ada di dalam.

"Nyonya, anda tidak bisa masuk." Larang perawat yang kebetulan berjaga disana.

"Aku ingin melihat anakku. Aku ingin menyusuinya, pasti dia sangat lapar."

"Nyonya.. "

Joana tidak menggubris panggilan perawat itu. Ia pun segera masuk.

Dilihatnya satu persatu bayi yang ada di dalam sana. Memerhatikan satu persatu data bayi yang dipasang di setiap inkubator. "Tidak ada." Bibir Joana yang pucat bergetar, dengan matanya berubah nanar. "Dimana bayiku?" tanyanya dengan lirih. "Katakan suster dimana bayiku?"

"Sebaiknya anda keluar dulu, Nyonya." Kata perawat yang berjaga di ruang bayi, membimbing Joana untuk keluar ruangan.

"Kenapa anakku tidak ada di dalam? Apa yang terjadi dengan anakku?" Joana mengulang pertanyaan. Percayalah, ia merasakan ketakutan yang luar biasa.

Napas Joana terengah-engah, dadanya terasa sesak seolah pasokan oksigen di sekitarnya menipis. Tidak ada yang bisa menjawab dimana keberadaan putranya, lalu ia harus bertanya dengan siapa?

"Tenangkan diri anda dulu, Nyonya." Satu dari mereka mencoba menenangkan Joana. Tapi tidak berhasil.

"Kalian memintaku untuk tenang?!" Wajah Joana yang pucat bersimbah air mata, "tapi tidak ada satupun dari kalian yang bisa menjawab pertanyaan-ku!" Ditatapnya satu persatu-satu para perawat itu. "Tolong, jawab pertanyaanku! dimana anakku? kenapa anakku tidak ada di dalam sana??" Joana mengulang lagi pertanyaannya.

Dokter Anna, dokter yang kerap memeriksa kandungan Joana berlari menghampiri mereka, "Nyonya Joana... Ada apa ini?"

Joana menoleh ke sumber suara itu, "dokter Anna, bisakah anda memberitahu dimana bayiku?" Wajah Joana terlihat kacau, air matanya tidak berhenti mengalir membasahi pipinya.

 "Maafkan kami, Nyonya." Ujar dokter Anna dengan wajah menyesal. "Anak anda tidak bisa diselamatkan."

Deg.

Joana terdiam, mendadak mulutnya terasa kelu. "Apa maksud perkataan anda, dokter?" tanya Joana bersamaan itu air matanya mengalir. "Putraku.." Joana tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Dadanya terasa sesak, seolah-olah terhimpit bongkahan batu yang besar. "Tidak.. ini tidak mungkin." Joana menggelengkan kepala dengan cepat, menolak ucapan dokter Anna.

Joana maju beberapa langkah, ia mencengkram kuat kedua lengan dokter, "Anda pasti berbohong. Putraku pasti baik-baik saja." Joana melepaskan cengkeramannya lalu ia merotasi pandangannya. "Ya, kalian semua berbohong!" Pekik Joana mengundang rasa penasaran orang-orang yang berada di sekitar mereka. "Kalian telah menipuku. Sekarang beritahu aku, dimana kalian menyembunyikan anakku. Dimana?! Aghh." Joana histeris, seraya menjambak rambutnya.

Orang-orang yang melihat Joana turut merasakan apa yang dirasakan Joana.

"Nyonya, " dokter Anna meraih tangan Joana, yang langsung ditepis wanita itu.

"Jangan menyentuhku!!" Bentak Joana dengan deraian air mata. Ia bergerak mundur lalu berbalik, berjalan dengan limbung. "Nyonya... " Joana berhenti didepan seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di ruang tunggu. "Apa anda melihat putraku?"

Wanita itu segera menggeleng. Joana tidak menyerah. Ia bertanya lagi kepada yang lain, bukan satu dua orang yang ditanya Joana, tapi jawabannya tetap sama. Tidak ada yang melihat putranya.

"Kenapa semua tidak ada yang mengetahui keberadaan putraku." Joana meluruh ke lantai, ia terisak dengan wajah tertunduk.

"Joana."

"Na-nathan." Joana mendongakkan wajahnya, melihat Nathan berada di depannya. "Apa kau tau dimana anak kita? aku ingin melihatnya. Aku ingin memeluknya, menciumnya dan mengatakan bahwa aku sangat mencintainya. Pasti saat ini, dia sedang menangis karena lapar, aku ingin menyusuinya, Nathan. Tolong antarkan aku untuk menemuinya." Nathan diam dengan wajah yang datar. "Kenapa kau juga ikut diam?"

"Ayo Nathan, antarkan aku. Pasti anak kita sedang menungguku."

"Tidak, Joana."

"Apa maksudmu? Mereka mengatakan jika anak kita tidak bisa diselamatkan. Tolong katakan padaku, jika itu tidak benar, Nathan."

"Yang dikatakan mereka benar, Joana. Putra kita telah tiada."

Joana menggeleng cepat. "Tidak mungkin, Nathan!! itu tidak mungkin." Joana kembali histeris. "Anak kita pasti selamat. Dia tidak mungkin meninggalkan kita."

"Kau harus mengikhlaskannya." Ujar Nathan dengan sedikit meninggikan suaranya.

Joana terdiam. Wajahnya nampak pias, bersamaan itu buliran air matanya terjatuh. Ia menundukkan kepalanya, menangis, dan meraung menumpahkan segala kesedihannya sampai akhirnya ia tidak sadarkan diri.

1
¢ᖱ'D⃤ ̐ᵃⁿⁱᵉՇɧeeՐՏ🍻
Alhamdulillah kalau gak ada yg serius
¢ᖱ'D⃤ ̐ᵃⁿⁱᵉՇɧeeՐՏ🍻
Alhamdulillah Joana selamat
¢ᖱ'D⃤ ̐ᵃⁿⁱᵉՇɧeeՐՏ🍻
ooo ooo kamu ketahuan 😅
¢ᖱ'D⃤ ̐ᵃⁿⁱᵉՇɧeeՐՏ🍻
buaya diseriusin mana mau 🤭
¢ᖱ'D⃤ ̐ᵃⁿⁱᵉՇɧeeՐՏ🍻
mau dibawa ke Prancis ya Marvel nya
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️
duhh pasti Joana simpatinlagi nih sama Nathan dan pasti akan membuka lembaran baru lagi ini
🍭ͪ ͩLimas
Marco ia so wise🥰
🍭ͪ ͩLimas
perhatian banget Marco ke Marvell🥰
🍭ͪ ͩLimas
marco baik banget bukan hanya ke Jo tapi juga Marvel 🥰
🍭ͪ ͩLimas
syukurlah Joana dan Marvel tidak apaa apa
🍭ͪ ͩLimas
elahh .. mana mau Joana Ama kamu yang bercapp buaya kelas kakap.
yang sudah tidur dengan cewek cewekkk 😅
🍭ͪ ͩLimas
serius cuma tidur doang 🤔

ga percoyoo akuu , co ...😅
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️
fix ini mama peri
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️
hemm kebiasaan nih tabrak lariii
☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️
weehh itu rubah ekor 9 ya Thor boleh kenalan
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
awas lohh, Thor. jgn ada setrum di antara kita😒🙈
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
eitss...jgn sentuh" sembarangan dong Nath 😒🙄
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
sdh kudugong
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
mau dikirim ke Nathan atau buat koleksi pribadi ini Marco 🙈
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
udah pantes jd bpk dong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!