Setelah menikah selama 7 tahun, Erwin tetap saja dingin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arum Dalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ingin bercerai
Pelayan buru-buru menyambut kedatangannya.
"Bu Clara sudah pulang," ucapnya saat melihat kedatangan Clara.
Clara terdiam sejenak mendengar panggilan pelayan padanya.
dia merasa tak perlu mengoreksinya dan hanya mengiyakan, lalu berkata, "Mana Elsa?"
"Harusnya belum bangun, Bu."
Sebenarnya waktu sudah mendesak.
Kalau Elsa tidak segera turun sarapan, mereka akan terlambat ke sekolah.
Namun, dia tidak berniat untuk naik ke atas.
Dia hanya meminta Bibi Sari untuk membangunkan putrinya.
"Bu Clara sudah sarapan? sarapan sudah selesai dibuat, Bagaimana kalau...."
Clara hanya tersenyum datar, lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, saya baru saja selesai sarapan."
"Oh, baiklah kalau begitu Bu."
Tepat pada saat itu, Erwin tampak menuruni tangga.
Saat melihatnya, Clara tak mengatakan apapun, hanya sedikit menganggukkan kepala tanda sapaan.
Langkah kaki Erwin terhenti.
Belum sempat dia berbicara, Elsa sudah berlari menuruni tangga dan langsung memeluk ibunya.
Clara membalas pelukannya dengan hangat.
"Ayo, sudah jam segini, cepat sarapan sana," Ucap Clara sembari membelai lembut rambut Elsa.
"Oke Mama."
Ternyata benar, begitu bangun pagi ini, dia langsung melihat ibunya.
Elsa membenamkan kepalanya masuk ke dalam pelukan Clara.
Setelah mencium aroma familiar dari tubuh Clara, hatinya merasa lebih tenang.
"Ma ayo temani aku sarapan," Ajak Elsa sembari menarik Clara.
Clara tak bergeming, lalu berkata, "Mama sudah sarapan tadi. Kamu saja yang sarapan sana."
"Ya sudah, Mama temani aku ngobrol saja kalau begitu," Kata Elsa.
Saat mereka berbicara, Erwin sudah duduk lebih dulu di meja makan.
Clara tidak mampu menolak permintaan Elsa.
Dia pun ikut pergi ke meja makan dan duduk di seberang Erwin.
Pelayan membawakan segelas air untuk Clara.
Sambil meminum air, Clara duduk dalam dia mendengarkan Elsa yang antusias bercerita tentang apa yang terjadi di sekolah kemarin.
Dia tampak mengabaikan Erwin.
Erwin tentu maunya dari perubahan sikap Clara padanya.
Saat di kediaman Angga, Clara juga bersikap begitu kepadanya.
memikirkan hal itu, Erwin mengerutkan keningnya, kegiatan sarapannya pun terhenti sejenak.
Persis di detik ini, tiba-tiba ponsel Erwin berdering.
Clara lantas menoleh, pandangannya jatuh kepada ponsel yang tergeletak di meja.
Di layar ponsel yang menyala, terpampang jelas sebuah nama "Sayang"
Clara mengira dirinya tidak akan peduli lagi.
Namun, setelah mencintainya bertahun-tahun, dia tidak mudah melepaskannya.
Nama " Sayang" sukses membuat hatinya sakit.
Dia pun mengalihkan pandangannya.
Sementara itu, Erwin menangkap kesedihan yang tersembunyi di mata Clara.
Namun, tanpa ragu sedikit pun, dia mengangkat telepon di depannya.
"Ada apa?" Tanya Erwin lembut.
Elsa tentu saja memperhatikan gelagat ayahnya.
Dalam ingatannya, Erwin hanya akan bersikap lembut jika berhadapan dengan Vanessa.
Seakan lupa Clara sedang bersamanya, dia bertanya dengan gembira, "Ayah, itu Tante Vanessa?"
"Ya." Jawab Erwin singkat.
Elsa hendak berkata jika dirinya juga ingin berbicara dengan Tante Vanessa, tapi dia tersadar Clara sedang duduk bersamanya.
Dia tahu ibunya tidak menyukai Vanessa.
Jadi kata-kata yang ingin keluar dari mulutnya pun harus tertelan kembali.
Hal itu tentu saja membuat suasana hatinya berubah.
Dia mengernyitkan alisnya sembari berkata dalam hati "Andai saja ibu dan tante Vanessa bisa akur ."
Entah apa yang Vanessa ucapkan di ujung telepon.
Erwin yang mendengarnya langsung mengerutkan keningnya tampak khawatir.
Sampai-sampai belum selesai sarapan dia buru-buru pergi.
cepat2lah clara pergi jauh2 dari kedua manusia tdk tau diri itu..
keberadaannya tidak dianggap sama suami dan anakmu....