Daniel Ferondika Abraham adalah cucu pertama pemilik sekolah menengah atas, Garuda High School.
Wajahnya yang tampan membuatnya menjadi idaman siswi sekolahnya bahkan di luar Garuda juga. Namun tidak ada satupun yang berani mengungkapkan rasa sukanya karena sikap tempramen yang di miliki laki-laki itu.
Hal itu tak menyurutkan niat Dara Aprilia, gadis yang berada di bawah satu tingkat Daniel itu sudah terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya, namun selalu di tolak.
Mampukah Dara meluluhkan hati Daniel? dan apa sebenarnya penyebab Daniel menjadi laki-laki seperti itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
"Kami turut berduka, Daniel." ucap Dharma sambil menjabat tangan Daniel. "Terima kasih." Daniel hanya mengangguk singkat. Ketegangan itu terlihat semakin jelas, terutama dari orang-orang yang dekat dengan keluarga Abraham.
Sepanjang acara tahlilan pertama, suara doa memenuhi rumah itu. Para tokoh, sahabat, dan rekan bisnis berdatangan silih berganti memberi penghormatan terakhir. Di dalam sana terpajang potret Abraham yang berdiri anggun di meja utama yang dikelilingi karangan bunga dan dupa yang menyala perlahan.
Setelah acara selesai, satu persatu tamu mulai pulang, menyisakan segelintir kerabat dekat yang membantu merapikan, rumah besar itu kembali hening.
Hari kematian Abraham tidak cepat berlalu begitu saja. Pukul 22.00 malam, Daniel dan Hao melakukan pertemuan tertutup di ruang kerja Abraham bersama Himawan, pengacara yayasan. Daniel masuk dengan setelan santainya bersama Hao, dan terlihat Himawan yang sudah menunggu di sana.
Hao duduk di hadapan Himawan, sementara Daniel mengeluarkan sebuah amplop coklat berisi barang bukti kebusukan yang selama ini dilakukan Arvin bersama Dharma.
"Ini... sumbernya dari belakang lukisan tua yang sebelumnya ada di sini. Dokumen itu berisi salinan transaksi dan nama-nama yayasan fiktif yang mengalirkan dana ke luar negeri. Daniel menyerahkan map coklat itu kepada Himawan. Pria paruh baya yang sudah mengabdi di keluarga Abraham selama 2 dekade itu membuka dan membacanya dengan seksama. Matanya menajam melihat detailnya.
"Semua itu berasal dari pak Suryo, dan beliau bersedia menjadi saksi. Ini sudah terjadi sejak lama Namun pak Suryo tidak berani melaporkan karena di ancam akan di pecat." Daniel menatap pengacara yayasan itu dengan serius. "Tapi sekarang adalah waktu yang tepat untuk membongkar semuanya. Mereka tidak bisa terus mengeruk uang yang bukan jadi hak mereka!"
Himawan memasukkan kembali dokumen-dokumen itu ke dalam map coklat lalu memasukkan dalam tasnya.
"Baiklah, kami akan mempersiapkan semuanya. Namun kita harus melakukan pertemuan ini secara tertutup tanpa diketahui media. agar terlihat bahwa yayasan masih stabil dan suasana bergabung lebih terasa." baik Daniel maupun Hao mengangguk yakin.
"Kita akan menunggu, ini bisa jadi pembantu untuk mereka." jawab Hao. Himawan berdiri dan menatap ayah dan anak itu, "Saya akan siapkan jalur hukum, jika perlu kita akan meminta bantuan beberapa tokoh yang dekat dengan tuan Abraham. Sekarang kita hanya perlu memantau pergerakan pertama mereka."
Malam itu, di dalam ruang kerja Abraham, tempat yang turunnya dijadikan tempat kerja berubah menjadi tempat membuat strategi untuk membongkar rencana jahat Arvin dan Dharma.
---
Berita kematian Abraham cepat menyebar. Kini berbagai portal berita baik nasional maupun internasional menayangkan kejadian itu. Termasuk ke halaman berita utama Oxford, namanya menjadi trending topic. Berbagai ucapan belasungkawa dan doa terakhir untuk mendiang memenuhi kolom komentar, bahkan dalam grup chat alumni membicarakan hal ini.
Revan baru saja selesai dengan kelasnya siang ini dia melihat berita di daring yang memenuhi ponselnya.
"Pendiri yayasan dan sekolah Garuda school Abraham Yudistira, meninggal setelah lama dirawat."
Revan spontan terdiri dari duduknya di depan kelas, lalu menelepon Samudra.
"Ada apa bro?" tanya Samudra.
"Kabar buka bro, pak Abraham meninggal kemarin pagi di rumah sakit." Zahra yang ikut mendengar mendekatkan wajahnya di layar ponsel. "Pak Abraham? kakeknya Daniel?" Zahra menoleh menatap Samudra, mereka berdua saling pandang.
"Iya, lagi trending topik. Lo nggak buka grup chat alumni? banyak yang ngucapin doa terakhir dan bela sungkawa." Samudra menjawab, "Kita nggak sempat, ini bakal jadi berita heboh banget pasti."
Revan lebih menegaskan suaranya, "Gua mau kasih tahu dara, tapi mendingan kita barengan deh. Gue nggak tega kalau dia shock tahu kabar segede ini."
"Oke, nanti biar gue vicall jangan sambungin kalau berdua ya?" jawab Zahra dan telepon pun terputus.
---
(Inggris)
Bulan sudah menampakkan dirinya di Oxford. Dara baru saja kembali dari kegiatan orientasinya. Setelah itu ponselnya berdering lingkungan yang menandakan ada vicall dari grup chat teman-temannya. Ia tersenyum lebar, "Wah ada apa nih rame-rame?" tanyanya setelah menutup pintu, lalu meletakkan tas ranselnya dan duduk di ranjang sambil meluruskan kedua kakinya.
Ekspresi bingung keluar di wajahnya saat melihat ketiga sahabatnya saling diam. "Guys?" Dara memanggil ketiga nya.
Zahra mencoba bicara, "Ra... kita ada kabar penting. Kita harap lo kuat ya?" Revan lalu menyusul, "Pak Abraham meninggal kemarin pagi."
Hening, Dara membeku setelah mendengar kabar itu. Samudra berkata dengan tenang, "Beritanya udah menyebar luas. semua orang di yayasan dan sekolah pada syok. Udah banyak juga yang ngasih doa dan belasungkawa di lapak grup alumni."
Zahra menatap Dara penuh empati, "Kita tahu lo lagi berusaha buat ngejauh dari semua itu, tapi sekolah tempat belajar kita yang punya dia Ra, dan sekaligus kakeknya Daniel."
Dara menghela napas pelan, "Nanti gue baca beritanya. Selama orientasi ini gue nggak sempat buka ponsel sama sekali."
Revan bersuara, "It's oke, keadaan di sini juga aman kok. Lo tenangin diri ya?" Dara menatap layar, "Gue pikir setelah ninggalin Jakarta, gue bisa lega. Namun ternyata setelah tahu kabar ini pun hati gue masih nyesek." Samudra dan Zahra saling mensupport dan menenangkan, lalu panggilan berakhir.
Dara berdiri dan melangkah ke balkon kamarnya untuk mengecek berita itu di portal berita dan membuka grup alumni. Sudah banyak ucapan belasungkawa, bahkan saat Dia membacanya sekarang. Tagar #Abrahamdalamkenangan menjadi trending topic.
tak lama, pintu kamarnya di ketuk. Martin muncul dengan ekspresi prihatin. Ia sudah membaca berita kematian Abraham lewat portal berita kampus Oxford yang menampilkan sosok Abraham sebagai "Tokoh Pendidikan Asia yang Meninggalkan Warisan Besar"
"Dara, Kamu sudah tahu soal Pak Abraham?" Dara menoleh dan mengangguk. "Baru aja."
Martin mendekat dan berdiri di sampingnya.
"Aku udah baca beritanya barusan lewat Twitter. dia tokoh sepenting itu ya di Indonesia?"
Dara menatap lurus ke depan, "Iya, beliau punya pengaruh besar namun juga kakek Daniel." Martin melihat ke arah yang sama, Ia diam. "Kalau kamu butuh jalan-jalan, nanti aku temenin. Aku tahu kamu pasti butuh udara segar." Dara tersenyum, "Thanks Martin."
---
Masih ada yang setia sama Daniel dan Dara?
Maaf kalau ada typo 🙏🏼