Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Brian Dan Olivia
Skoci Devan dan Cindy terus berjalan menerjang ombak, ketika hampir sampai di darat, tidak tau tiba-tiba mesen skoci itu mati.
"Mas, kok berhenti ?" tanya Cindy karena tidak tau kalau mesin skoci nya mati.
Devan menggeleng sembari memeriksa mesin yang tiba-tiba mati.
"Tidak tau, mungkin rusak, karena sudah terlalu panas." Jawab Devan menduga-duga.
"Aduh, gimana ni mas, padahal sudah hampir sampai, tidak mungkin 'kan kita akan terjebak disini lagi ?" Cindy mulai khawatir, dia sangat trauma, apa lagi setelah peristiwa dikapal yang hampir kehilangan kehormatannya.
"Jangan takut, mas akan memeriksa mesinnya dulu, ini sudah dekat dengan darat, dan banyak perahu nelayan yang bisa kita minta tolong." Jawab Devan meminta Cindy agar tidak khawatir.
Devan mengerti kalau Cindy takut, karena gadis itu sudah trauma, pertama dibuang ke pulau, kedua hampir saja menjadi mangsa nafsu bejat orang yang tidak ikhlas menolong mereka.
Namun Cindy tetap saja khawatir walaupun Devan memintanya tidak usah takut, apa lagi Devan bilang meminta pertolongan dari nelayan, Cindy was-was berpikir kalau nelayan yang akan diminta tolong akan berkelakuan seperti pemilik kapal tadi malam.
"Mas, apa tidak masalah kalau kita minta tolong pada nelayan ?" tanya Cindy cemas.
Devan yang sedang memeriksa kenapa mesin skoci rusak, dia menatap Cindy, Devan sangat tau kalau Cindy takut.
"Jangan takut, tidak semua orang seperti pemilik kapal itu, pemilik kapal itu memang dia keji, sangat berbeda dengan nelayan, mereka hanya rakyat biasa yang mencari sesuap nasi, jadi kamu tidak perlu takut, kali ini mas tidak akan membuat kami dia apa-apakan, mas pelindungmu sekarang."
Cindy mengangguk, namun dia harap-harap cemas, tapi Cindy mencoba tenang, apa lagi Devan sudah berkata seperti tadi.
Melihat Cindy sudah tenang, Devan kembali memeriksa mesin, Devan mengecek semua, namun tidak ada kerusakan di mesin itu.
Devan mencoba menghidupkan lagi, namun mesin itu tetap tidak hidup, Devan bingung pada mesin itu, Devan membiarkan sebentar, karena dia juga sudah lelah.
Sementara dirumah mewah, seorang lelaki paruh baya, sejak tadi malam, dia gelisah terus, pikirannya terpaut pada kata-kata Bik Nuri.
Karena tidak mau terus larut dalam pikirannya, pagi ini lelaki paruh baya yang tidak lain adalah Tuan Bagas, mengajak Nyonya Reisa kerumah orang tua Bik Nuri.
Tuan Bagas tidak memberitahu Nyonya Reisa, kalau dia kerumah orang tua Bik Nuri, biarlah nanti Nyonya Reisa tau sendiri setelah tiba disana.
Karena kalau Tuan Bagas kasih tau sekarang, sudah pasti Nyonya Reisa akan menolak, karena dia sudah yakin kalau Devan Putranya sudah tiada.
"Pa, sebenarnya kita mau kemana sih ?" tanya Nyonya Reisa, penasaran karena Tuan Bagas tidak memberitahunya kemana akan mereka pergi.
"Kita jalan-jalan ke kampung, disana pemandangannya indah dan asri, Papa yakin Mama pasti suka." Jawab Tuan Bagas.
"Benarkah, kebetulan Mama sudah sangat lama tidak menikmati udara kampung." Nyonya Reisa sangat sumringah, kalau ke kampung, dia tau betul bagai mana suasana kampung, karena dia juga berasal dari kampung.
Tuan Bagas mengangguk, tersenyum sembari membukakan pintu mobil untuk istrinya.
Setelah berada didalam mobil, Tuan Bagas langsung menjalankan mobilnya.
Tuan Bagas menyetir sendiri, karena dia hanya pergi berdua saja dengan Nyonya Reisa.
***
Diapartemen, Olivia sudah selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi, sudah dengan pakaian lengkap.
Brian memandangi Olivia yang berjalan memasuki kamar, dia sangat puas tadi malam, apalagi hari ini melihat Olivia berjalan gontai , seakan menahan sesuatu yang sakit.
"Kamu tidak bisa lari lagi dariku, kamu akan menjadi milikku, Sera sebentar lagi hidupmu akan hancur, dan semua harta yang kamu rebut dari kelinci itu akan menjadi milikku." Gumam Brian menyeringai, dia sangat senang, dia merasa dirinya lelaki paling beruntung sedunia, mendapatkan daun muda juga mendapatkan semua harta Sera.
Olivia keluar dari kamar, dia tidak berani menatap Brian, Olivia seperti malu-malu, dia sendiri tidak menyangka kalau dia akan melakukan ini bersama Brian Papa tirinya.
"Kamu lapar sayang ?" tanya Brian saat Olivia sudah berada didepannya.
Olivia menunduk malu, namun Brian sangat peka, dia bisa melihat kalau Olivia sedang malu-malu.
"Ayo makan, kamu pasti sudah lapar, tidak perlu malu-malu, kamu sudah dewasa, wajar kalau itu terjadi. Satu lagi yang perlu kamu tau, aku jatuh cinta padamu, jika kamu tidak keberatan, aku ingin menikahi mu." Ujar Brian.
Olivia segera mendongak, dia menatap lekat pada Brian, tidak tau perkataan Brian tadi membuat dirinya seperti terbuai.
"Benarkah, om mencintaiku, dan ingin menikah denganku ?" Olivia yang dulu tidak pernah berpikir atau membayangkan akan bersama Brian, kini dia begitu senang mendengar perkataan Brian yang jatuh cinta padanya.
Olivia sendiri tidak tau, kenapa dia begitu senang dan mengharapkan Brian menikahinya, sedangkan dia tidak tau apakah dia juga jatuh cinta pada Brian, kalau pun itu benar, sejak kapan dia jatuh cinta pada lelaki tua yang sudah menjadi Papa tirinya.
Brian mengangguk, dalam hatinya begitu bahagia, karena tanggapan Olivia juga menginginkan dirinya.
"Aku setuju Om, tapi Om, harus janji, Om akan menyayangiku, dan akan membantu ku menjari Ayah kandungku." Ujar Olivia.
"Kamu tenang aja sayang, Om pasti akan melakukan apapun untuk bidadari Om yang cantik ini." Jawab Brian sambil mencolek pipi Olivia.
Olivia tersipu malu, namun hatinya juga sangat senang, perhatian dan perlakuan Brian sungguh membuat dirinya melayang.
"Ayo makan, kamu pasti sangat lapar." Ajak Brian, menunjuk pada makanan yang sudah tersedia dimeja makan.
Brian memesan semua makanan tadi, saat Olivia sedang dikamar mandi, setelah makanan sampai, Brian juga menyiapkan untuk mereka berdua dimeja makan.
Sementara di laut, setelah istirahat sebentar, Devan mengecek lagi mesin yang tiba-tiba mati tadi.
Namun tetap sama, mesin itu tidak ada kerusakan, Devan menjadi bingung, dia benar-benar tidak tau apa yang membuat mesin itu mati.
Cindy yang sejak dari tadi diam, hanya melihat apa yang Devan lakukan, tiba-tiba dia buka suara.
"Mas, coba cek minyaknya, mungkin minyaknya habis !" Ujar Cindy.
Devan langsung tersenyum, kenapa tidak dari tadi dia mengecek minyak, kenapa dia berpikir pada minyak.
Devan membuka tangki, ternyata benar yang dikatakan Cindy, minyak didalam tangki itu semuanya kosong.
"Gimana mas, minyaknya masih ada ?" tanya Cindy karena setelah mengecek, Devan tidak berkata apa-apa.
Devan menggeleng, tanda tidak ada minyak. "Kamu benar, minyaknya kosong, kamu pintar." Puji Devan mengacungkan jempol.
"Lalu sekarang gimana, tidak mungkin 'kan, mesin itu berjalan tanpa minyak ?" tanya Cindy khawatir.
"Tidak tau, satu-satunya jalan, kita harus minta tolong pada nelayan." Jawab Devan.
Kemudian Devan berteriak memanggil nelayan yang tidak terlalu jauh darinya.
Bersambung.
apa ibu nya Devan ya
Semoga cindy cepat ketemu