"sakiiitttt."
"Aaahhh perut ku sakit sekali, tolong perut ku sakit!"
Siti terus menjerit karena perut nya sakit bukan kepalang, di usia kehamilan nya yang menginjak lima bulan ia harus pendarahan. tapi bukan cuma rasa sakit akibat pendarahan saja yang membuat dia takut, melainkan ia melihat tangan berbulu meremas remas perut.
KRAAAAUUKK.
KRAAAAAUUUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Mendatangi Purnama
"Assalamualaikum." Eko mengetuk pintu rumah Purnama sekitar jam sembilan siang.
Hening tidak ada jawaban dan tak lama kemudian ada suara berjalan dari dalam rumah, Purnama membuka pintu untuk tamu nya dan mempersilahkan masuk karena dia pun tau siapa Eko ini. entah apa yang mau di bicarakan oleh Eko, yang jelas dia datang bersama dengan Bemi juga kerumah Purnama.
Sebab mau dayang sendiri ada rasa takut pada Purnama, cara bicara nya yang sangat galak membuat siapa pun tidak akan punya nyali untuk bicara terus. berharap ada Arya atau pun Zidan, dengan begitu masih ada rasa tenang sedikit karena Zidan lebih sabar dari pada istri nya.
"Ada apa ya, maaf tadi malam ada urusan jadi tidak bisa ikut tahlilan." ujar Purnama sambil tersenyum.
Kalau lagi senyum begini maka siapa pun akan meleleh di buat nya, apa lagi Beni yang masih bujangan sehingga melihat wanita secantik Purnama akan langsung berdesir hati nya. padahal dia sudah tau kalau Purnama punya suami, tapi tetap saja yang nama nya laki laki maka akan tetap ingin mendekat.
Kalau tidak ingat ini istri nya seorang ustad maka pasti akan di kejar sampai dapat, Beni tidak berani lagi mendongak karena takut makin dalam jatuh cinta pada Purnama yang cantik. niat hati mau membuat laporan pada Purnama, tapi malah jatuh cinta begini hanya karena senyum nya yang menawan.
"Tadi malam saya melihat penampakan di belakang rumah, Mbak." Eko membuka suara.
"Penampakan apa?" Purnama bertanya santai seolah tidak ada raut kaget.
"Dia sangat tinggi dan besar, bahkan kami berdua tidak bisa melihat wajah nya." jelas Eko.
"Dugaan ku itu genderuwo, Mbak! jubah nya hitam dan bau amis, tampak nya dia mau cari makan tapi dia bilang kalau kata Ibu nya malam ini tidak boleh makan." Beni ikut menimpalkan.
"Kalian melihat nya secara langsung di depan mata?" Purnama menatap Eko tajam karena dia ingin membaca pikiran polisi ini.
"Awal nya kami tidak sengaja melihat, lalu kami datangi dan itu sangat besar." jelas Beni.
"Dia pakai baju perang, mirip jendral perang begitu." ujar Eko lagi.
Purnama melirik member nya yang juga jendral perang, bahkan sangking suka nya perang dia sampai mati di medang pertempuran. Xiela pun mendekat karena dia juga penasaran, memang belum jelas apa kah hantu ini yang sudah memakan janin atau bukan, namun setidak nya perlu di selidiki sampai tuntas.
Namun Beni nampak tidak setuju dengan Eko, karena menurut dia itu bukan lah baju perang. dari mana pula datang nya baju perang begitu, yang ada hanya lah jubah hitam. Yang sudah usang dan rusak, memang ukuran iblis itu sangat besar tapi itu bukan jenderal perang.
"Laki laki atau perempuan?" tanya Purnama memastikan dulu.
"Laki laki, suara nya sangat jelas tadi malam." jawab Eko cepat.
"Dengan foto yang di ambil oleh Puspita itu mirip dengan yang tadi malam?" tanya Purnama lagi.
"Saat sudah menyusut mirip!" jawab Beni cepat.
Karena Eko sudah seperti orang bingung saja saat di tanya, padahal dia melihat langsung malam itu bersama Beni. mungkin karena syok dan pikiran nya bercabang sehingga dia bingung mau menjelaskan nya bagai mana, bahkan Beni saja tidak setuju kalau itu jendral perang.
"Aku sebenarnya juga sedang berusaha untuk mencari nya, namun bukan hal yang mudah menemukan iblis seperti itu." jelas Purnama.
"Soal itu aku tau, Pur! sama dengan kami yang mencari buronan sangat sulit, aku minta tolong ya agar kau mau membantu mencari pelaku yang sudah membunuh istriku." pinta Eko.
"Kami akan bantu, Mas Eko." Arya menjawab dan. Ikut duduk dengan mereka.
"Terima kasih sekali kalau Mas Arya mau bantu, saya memang yakin ini bersangkutan dengan hal ghaib." yakin Eko setelah melihat sendiri iblis tadi malam itu di dekat rumah nya.
"Asal kan sabar maka tidak masalah, aku juga bukan nya tidak berusaha mengungkap dari pertama kali Siti mati." ucap Purnama.
"Itu pasti mulut Kopsah yang bicara seenak nya!" geram Eko.
Purnama memang geram sudah dengan Kopsah yang sok tau itu, sekarang dia sedang di hajar dengan Kuntilanak yang tidak terima karena merasa sudah di fitnah. tinggal menunggu nanti Purnama turun tangan menghajar Kopsah juga, semakin di biarkan maka semakin banyak pula tingkah nya, membuat Purnama kesal bukan kepalang.
Tinggal menunggu waktu saja kapan mau di eksekusi, sebab orang begitu memang perlu di beri pelajaran yang amat penting, agar dia tidak seenak nya lagi membuat ulah atau pun menyebarkan fitnah pada semua orang di desa ini.
...****************...
Kopsah membuka mata nya sambil merasakan mulut seolah sangat tebal dan bengkak besar, Tamrin menatap istri nya bingung karena sejak tadi malam sama sekali tidak ada terbangun. untung saja Tamrin membawa kunci sendiri, sehingga bisa membuka nya sendiri tanpa harus membangunkan Kopsah.
"Kamu kenapa sih, Kop?" Tamrin menatap istri nya yang seperti orang bingung.
Menatap kesana kemari seolah bingung denhan keadaan kamar, ingatan nya kembali pada tadi malam saat dia di datangi oleh dua orang kuntilanak yang bau nya sangat amis, mereka tidak segan menggosok mulut nya hingga terasa tebal menggantung.
"Kuntilanak! tadi malan ada kuntilanak yang kesini, dia menyiksa ku." teriak Kopsah heboh.
"Apa sih yang kau bicarakan ini? kau itu terlalu membayangkan suara saat malam itu, jadi nya terbawa terus!" kesal Tamrin.
"Ya Allah, Bang. aku tidak bohong, tadi malam memang ada kuntilanak yang datang kesini!" kekeh Kopsah.
"Iya ada kuntilanak dan mau memakan mu sampai habis." Tamrin tetap tidak percaya dengan ucapan istri nya.
Kopsah panik sekali karena suami nya malah tidak percaya dengan apa yang sudah dia alami tadi malam, bagai mana dia di siksa oleh dua kuntilanak yang sangat mengerikan sekali wajah nya sehingga Kopsah pingsan. sebelum pingsan sudah merasakan mulut di sikat, sekarang saja masih terasa menggantung.
"Bibir mu tu di makan tawon, atau tadi malam di kencingi kecoak!" celetuk Tamrin.
"Gila, ini pasti gara gara kuntilanak itu yang menyikat nya!" pekik Kopsah sambil berkaca.
"Aiiiss kamu tambah gila saja semenjak mendengar kuntilanak tertawa, sudah lah aku bisa gila sama kamu." Tamrin segera pergi keluar dari rumah.
Kopsah terdiam sendirian di dalam rumah sambil membayangkan kisah nya tadi malam, sungguh itu sangat nyata dan Kopsah merasa memang bukan sedang bermimpi, namun Tamrin malah tidak percaya dan menuduh dia hanya halusi nasi saja.
Jangan lupa like dan comen nya ya guys, terima kasih dan nanti up lagi ya.
siap thor....lanjoooot