Javier dan Jihan, 2 pasangan yang sudah menjalin hubungan sejak duduk di bangku sekolah menengah atas itu terpaksa harus kandas karena tidak mendapatkan restu dari orang tua Javier.
" jika mereka tidak menerima mu, maka aku akan pergi. kita akan pergi bersama jauh dari mereka"
" tidak Javier, kita tidak akan melakukan itu"
" kita akan melakukannya"
" kamu harus menikah dengan wanita pilihan keluarga mu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 23
Setelah seharian javier tidak sadarkan diri, kini Perlahan mata Javier terbuka. Hal pertama yang dia lihat adalah langit langit ruangan tempat dia di rawat. Perlahan dia melihat sekeliling ruangan yang kosong tanpa ada satu orang pun.
Javier menghembuskan nafas kasar kala menyadari jika saat ini dia sedang di rumah sakit. Kenapa dia belum mati juga? Kenapa untuk mati saja terasa susah untuknya.
Javier memejamkan matanya mengingat kembali kejadian semalam. apa Jihan sangat menghindari nya? Sampai untuk menyelamatkan nya saja Jihan menyuruh Irfan. Sepercaya itukah dia sama suaminya itu? Bagaimana jika Irfan tidak akan menyelematkan nya.
Javier kembali teringat pada pertengkaran orang tuanya. Hah! Kenapa dia masih hidup dengan beban ini. Minimal dia bisa menghapus semua bebannya dulu baru dia sadar kembali.
Javier membuka matanya. dia melepaskan selang oksigen yang menutup mulut dan hidungnya.dia juga melepaskan selang infus yang melekat di tangannya. dia tidak butuh itu semua.
" arghhhhh!" ringis nya saat hendak bangun namun merasakan sakit di lehernya.
Javier meraba lehernya yang di perban. sial! Sudah sakit seperti ini malah belum mati. Sial memang nasibnya.
Cekleek
Pintu ruangan terbuka. lalu masuk seorang dokter dan beberapa suster dengan terburu buru. Javier menghela nafas panjang. Sepertinya alarm gawat darurat berbunyi di ruangan dokter karena Javier melepaskan infusnya.
" tuan, anda sudah sadar?" tanya dokter tersebut.
Javier berdecih. dia tidak ingin menjawabnya, dia memilih berbaring memejamkan matanya. Jujur saja dia sangat lemas sekarang.
" dia Buta apa, udah lihat gw udah buka mata masih nanya lagi" gerutu Javier dalam hati.
" tuan, anda dapat mendengarkan saya?" tanya dokter itu lagi seraya memeriksa keadaan Javier.
" hmm" gumam Javier sebagai jawaban. Dia malas berbicara, buang buang tenaga saja.
" apa yang tuan rasakan?"
Javier menatap kesal pada dokter tersebut. Kenapa bawel sekali? Tinggal periksa lalu pergi.
dokter tersebut terdiam kala mendapatkan tatapan tajam dari Javier. Mereka tentu tidak berani macam macam karena mereka tahu siapa Javier.
setelah memeriksa keadaan Javier dan memasang infus lagi dokter tersebut berpamitan untuk pergi.
" tunggu" ujar Javier.
" ada apa, tuan?"
" siapa yang membawa ku kesini?" tanya Javier.
Dia penasaran siapa yang menyelamatkannya. apa benar Irfan atau malah orang lain. Bisa saja Irfan tidak jadi menyelamatkan nya kan?
" tuan Smith dan istrinya" jawab dokter tersebut.
Tentu saja dokter mengenal Irfan yang merupakan pewaris tunggal keluarga Smith. meskipun orang tua Irfan tinggal di Inggris tapi namanya cukup terkenal di Indonesia.
" apa istrinya sedang hamil?" tanya Javier memastikan.bisa saja dokternya salah mengenal orang kan? bisa saja Irfan datang dengan wanita lain malah di kira Jihan.
" iyaa tuan"
Irfan tersenyum senang " kau boleh pergi sekarang" ujar Javier.
Javier tersenyum senang. Ternyata Jihan ikut membantunya? Jihan sangat mencemaskan dirinya? Berarti Jihan pasti masih mencintainya.
" kenapa gw harus pingsan? Seharusnya gw dapat melihat wajah cantik Jihan yang sedang panik. pasti sangat menggemaskan" gumamnya.
Javier sudah seperti orang gila saja tersenyum senyum tidak jelas.
∆∆∆∆∆∆∆∆∆
Jihan duduk di depan cermin. Dia baru saja selesai mandi dan sekarang menunggu Irfan pulang kerja. Dia merasa bersalah karena semalam pasti membuat Irfan terluka. Jihan harus meminta maaf.
Jihan menatap pantulan dirinya di depan cermin. saat ini dia terlihat cantik dan segar karena baru saja selesai mandi. Tiba tiba jihan teringat dengan Javier, apa pria itu sudah baik baik saja?
" apa sih, Jihan! Nggak usah mikirin dia lagi" ujar Jihan seraya menggeleng gelengkan kepalanya untuk mengusir Javier dari ingatannya.
Cekleek
Pintu terbuka lalu terlihat Irfan masuk dengan penampilan yang terlihat sangat lelah. Jaz nya sudah tidak ia pakai lagi, dasinya sudah di longgarkan.
Jihan tersenyum manis menyambut kepulangan Irfan. Dia mengambil alih tas dan juga jaz milik Irfan lalu dia letakkan di tempatnya.
" mau aku siapin air hangat?" tawar Jihan.
Irfan mengeleng" Naira belum pulang?" tanyanya karena saat di bawa tadi dia tidak melihat Naira.
" belum, masih di rumah Niko" jawab Jihan " nanti malam saja kita jemput"
" yasudah aku mandi dulu" ujar Irfan lalu mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.
Kenapa Irfan tidak memeluk Jihan? atau mencium Jihan untuk menghilangkan lelahnya. Jawabannya karena dia tidak ingin membuat Jihan risih. saat ingin menyentuh Jihan saja dia selalu meminta izin.
jika di tanya apa yang ingin Irfan lakukan saat pulang kerja tentu saja di sambut dengan hangat oleh istrinya, lalu di berikan pelukan hangat dan ciuman.
tapi itu hanya impian yang tidak akan pernah terwujudkan.
Jihan menunggu Irfan sambil duduk di pinggir ranjang. Jihan gugup, dia ingin minta maaf tapi takut jika Irfan tidak memaafkan nya.
Irfan keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk saja. Dia berjalan ke meja rias lalu memakai wangi wangian miliknya. Irfan berbalik karena ingin ke walk in closet untuk memakai baju. tapi malah mendapati Jihan yang berdiri dengan gugup di belakangnya.
" ada apa?" tanya Irfan binggung.
Jihan memberikan dirinya untuk menatap Irfan. tangannya tanpa sadar melilit ujung baju miliknya.
" aku... aku minta maaf soal semalam"
" soal apa?" tanya Irfan berpura pura tidak mengerti.
jantung Jihan berdegup kencang karena takut. Tangannya bahkan bergetar karena gugup.
" aku semalam tidak mendengarkan mu, seharusnya aku tidak perlu ikut campur urusan Javier lagi"
Irfan tersenyum lalu mengangguk. " boleh aku memeluk mu?" tanya Irfan.
Jihan mengangguk " bo- boleh"
Irfan lansung menarik Jihan kedalam pelukannya. Jihan jadi menegang kaku karena Irfan belum memakai baju.
" tidak perlu di pikirkan lagi oke? Aku tidak marah pada mu. semalam aku berbicara seperti itu karena mengkhawatirkan kesehatan kamu dan calon anak kita"
Jihan semakin merasa bersalah. Irfan mengkhawatirkan dia dan calon bayinya, tapi Jihan malah mengkhawatirkan orang lain.
" aku pakai baju dulu" ujar Irfan lalu pergi ke walk in closet.
Jihan bernafas lega. Dia terkejut kala mendengar suara dering ponselnya. Dia segera mengambil ponselnya lalu melihat yang menghubunginya ada sandi, ayahnya Javier.
Jihan tidak ingin menjawab panggilan tersebut hingga panggilan berakhir. lalu dia mendapatkan pesan dari nomor tersebut.
kau mengabaikan perintah ku, kau berfikir aku hanya main main saja? _ sandi
jantung Jihan berdegup kencang. Sepertinya sandi tahu jika semalam dia yang menyelamatkan Javier.
jika di pikir pikir, nggak mungkin sandi tidak tahu. Sandi dapat melihat cctv di rumah Javier, dia juga dapet bertanya pada dokter.
ah! Kenapa Jihan sangat ceroboh? Kenapa dia mengabaikan keselamatan putrinya hanya untuk menolong pria itu. Dia baru menyadari seberapa bahayanya tindakan dia semalam.
ting
Jihan segera melihat pesan yang di kirimkan oleh Siska.
Aku ingin mengantarkan Jihan pulang, namun sepertinya ada yang mengikuti kami_ Siska
Jihan semakin panik, dia yakin jika yang mengikuti siska pasti orang orang suruhan sandi.