Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Swimming
Di dalam rumah yang hanya ada dua orang saja, pagi ini diisi oleh dua suasana yang bertolak belakang. Di kamar mandi, air mengalir deras dari shower membiarkan air hangat membasahi tubuhnya membungkus tubuh Morgan dalam kabut uap, mencoba untuk menghilangkan rasa penat sisa semalam.
Di bagian rumah lainnya, lebih tepatnya di sisi kolam, ada Cherry yang sedang rebahan di deck chair, menikmati hangatnya sinar matahari membelai kulitnya.
Celana dalam berwarna pink muda yang terdapat tali di kedua sisinya, menempel sempurna di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. Bagian dadanya pun hanya ditutupi bra kecil masih berwarna pink muda, seakan hanya menutupi setengah buah dadanya saja. Cherry memilih yang kecil karena tak ada yang lainnya.
Di sampingnya ada meja kecil berisi jus dingin buatannya dan semangkuk buah-buahan segar yang siap makan.
"Morgan!" panggil seorang pria sebaya dengan Morgan di depan rumahnya. Tak ada yang menyahut setelah berulang kali memanggil, dia pun memutuskan untuk masuk sendiri.
"Morgan!" Dia mencoba memanggil lagi, suaranya bagai lolongan di rumah yang begitu sepi ini.
"Cherry!" Dia mencoba memanggil Cherry sambil berkeliling, tapi memanggil namanya juga tak ada yang menyahut.
Dia melihat jam di pergelangan tangannya. "Masih jam sepuluh pagi, ke mana mereka pergi? Mentang-mentang weekend, apa mereka masih tidur atau mungkin mereka sedang liburan?" Dia menerka-nerka.
Pria itu tak bisa pergi begitu saja setelah jauh-jauh datang ke sini, dia bejalan di sekitar rumah mencari seseorang. Kala melintasi kolam renang, tanpa sengaja sorot matanya menangkap seseorang yang sedang rebahan. Ia pun kembali ke arah kolam renang dan melihat lebih jelas.
Dia langsung tersenyum kala melihat Cherry. Dengan langkah santai dia mendekati kolam renang.
Dia berdiri di ambang pintu, tangannya menyilang di dada. Matanya seolah tak ingin berkedip, terus saja menyapu tubuh Cherry dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
Matanya benar-benar tak bisa lepas dari tubuh Cherry yang sempurna baginya. Lama tak berjumpa gadis itu tampak makin bersinar saja. Bibirnya melengkung membentuk senyum tipis, memuji keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini.
Tanpa sadar bibirnya bersiul panjang.
Di belakangnya, tiba-tiba Morgan muncul. Wajahnya langsung masam saat melihat tatapan temannya pada Cherry. Dengan cepat ia meraih handuk kecil basah di bahunya dan dilemparkan tepat ke wajah temannya.
Dia menyingkirkan handuk di wajahnya sambil terkekeh lantas menoleh ke sampingnya.
"Lama tak berjumpa, Morgan Seraphine," sapanya.
"Jaga matamu, Oscar!" peringat Morgan dingin. Dia melewati Oscar begitu saja, langkahnya mendekati Cherry.
Oscar terkekeh. Morgan pun masih sama seperti terakhir kalinya. Dia overprotektif pada gadis yang bukan darah dagingnya.
Sesampainya di samping Cherry, Morgan meraih handuk panjang, dan kemudian dihamparkan di tubuh Cherry yang hampir telanjang. Tidak heran para pria terus menatap tubuh gadis ini, itu karena dia memang sangat menggoda. Karena itulah dirinya begitu membenci hal seperti ini.
Mata Cherry berbinar, begitu juga bibirnya langsung tertarik membentuk lengkungan senyum yang lebar tatkala melihat sosok Oscar di sampingnya.
"Hai Oscar!" sapa gadis itu dengan riang.
Sebenarnya banyak teman Morgan yang dekat dengannya, tapi Oscar adalah teman Morgan yang paling dekat bersamanya. Sosoknya sudah Cherry anggap sebagai ayah keduanya.
"Hai gadis manis," balas Oscar. Ia mengedipkan mata menggodanya.
Cherry tertawa renyah dan matanya berkilau senang. Ia membuang handuk yang menutupi tubuh, sinar matahari pun langsung menyoroti tubuhnya sehingga tampak bersinar. Ia beranjak dari kursi, dengan langkah percaya dirinya ia mendekati Oscar untuk berpelukan bersamanya.
Oscar yang sejak tadi tak melepaskan pandangannya dari gadis bertubuh seksi itu segera mengulurkan tangannya juga, menyambut Cherry ke dalam pelukannya sambil tersenyum lebar hingga membuat matanya terpejam.
Oscar membayangkan hangatnya tubuh Cherry dan kenyalnya dua bukit tinggi gadis itu saat bersentuhan dengannya. Nikmat mana yang kau dustakan.
Namun, sebelum tubuh mereka saling mendekap sebuah tubuh besar berdiri di antara mereka. Morgan berdiri di sana, wajahnya datar namun tatapan matanya memancarkan tatapan tajam ke arah Oscar.
Senyum lebar Oscar pun seketika sirna. Huft, semua yang ia bayangkan tadi pada akhirnya tetap menjadi bayangan.
"What's wrong?" tanya Cherry melengking.
"Kalian tidak boleh berpelukan," ketus Morgan. Dia menyilangkan tangannya di dada, tanda bahwa Cherry dan Oscar dilarang keras untuk berpelukan.
"Apapun alasannya, kalian tidak boleh berpelukan," tukasnya, menatap Cherry dengan tatapan tegasnya.
Oscar menghela napas. "Jadi Cherry, apa kamu masih suka berenang?" tanyanya mengalihkan topik. Ia duduk di kursi bekas Cherry.
"Ya, tentu saja," jawab Cherry. Karena kursinya dipakai Oscar ia pun memutuskan untuk duduk di tepi kolam. Kakinya dimasukkan ke dalam air.
"Aku dengar kamu mengikuti lomba. Apa kamu berhasil memenangkan juaranya?"
Cherry menoleh menatap Oscar. "Itu satu tahun yang lalu, tapi aku gagal memenangkannya. Sayang sekali." Cherry cemberut. Jika ia mengingat kejadian waktu itu selalu membuatnya kesal. Ia sangat tidak suka kalah.
Cherry menatap kosong ke permukaan air, kakinya bermain dengan air. Gerakan kakinya yang perlahan mengaduk air menimbulkan riak-riak kecil yang memecah keheningan.
Gadis itu menikmati sensasi dinginnya air membasahi kulitnya.
"Mungkin saat itu kamu belum pandai makanya kalah. Tapi aku yakin saat ini berenang mu jauh lebih baik dari waktu itu," ujar Oscar sembari tak melepaskan pandangannya dari kaki Cherry yang bermain air.
"Aku rasa bukan karena itu," sangkal Cherry membuat Oscar langsung menatap wajahnya.
"Entah kenapa saat perlombaan itu terjadi aku merasa bahwa buah dadaku tiba-tiba terasa sangat berat sehingga menarik ku ke bawah. Kamu tahu? Itu seperti sebuah perahu yang kelebihan muatan maka akan tenggelam," curhat Cherry dengan jujur.
Gaya bicaranya yang selalu polos membuat Oscar langsung tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Cherry. Itu nyata tapi nyeleneh sekali.
Jika Oscar sedang tertawa karena cerita Cherry, berbanding terbalik dengan Morgan yang kini tak berekspresi menatap Oscar.
"Mau berenang bersamaku?" tawar Oscar, tersenyum smirk. "Mungkin aku bisa mengajarkan mu cara berenang yang lebih baik."
"Boleh," sambut Cherry antusias.
Cherry dengan tubuhnya yang seksi dan lincah meloncat ke dalam air. Sudah siap untuk bersenang-senang. Gadis itu menatap Oscar yang masih di darat.
Tak lama kemudian Oscar membuka pakaian dan celana panjangnya, menyisakan celana pendek, dan membiarkan tubuhnya yang atletis terekspos.
Cherry dan Oscar saling menatap. Cherry mengangguk, memberi isyarat agar Oscar segera turun. Oscar tersenyum kemudian melompat ke dalam kolam. Air pun muncrat ke segala arah, membuat Cherry menutupi wajahnya.
"Mau tanding?"
"Boleh," jawab Cherry. Sudah lama juga dirinya tidak berenang dengan serius.
Keduanya berdiri di ujung kolam, bersiap untuk memulai lomba renang. Sementara itu Morgan hanya diam di kursi memerhatikan mereka. Jujur, dirinya sedikit berdebar dengan pertandingannya.
"Satu...dua...tiga..."
Seketika Cherry dan Oscar meluncur ke dalam air. Keduanya berenang secepat mungkin saling mengejar. Air bercipratan ke segala arah menciptakan pemandangan yang seru. Oscar yang bertubuh besar awalnya unggul, namun Cherry dengan kelincahannya berhasil menyusul bahkan menyalip Oscar.
"Shit," umpat Oscar sambil mencipratkan air. Tapi meski begitu ia terkekeh. Ia menghampiri Cherry dan dalam sekali tarikan ia mengangkat tubuh Cherry dan didudukan di tepi kolam.
"Congrats, Honey!" ucap Oscar. Tangannya mengusap wajah untuk membersihkan air yang menghalangi pandangannya, barulah kini ia bisa beradu pandang bersama Cherry dengan jelas.
Morgan yang semula tengah duduk anteng tiba-tiba berdiri dan bergegas ke arah mereka. Dalam sekali tarikan ia menarik Cherry keluar dari kolam renang dan membopong dia pergi dari sini.
"What?" pekik Cherry meronta.
"Apa yang kamu lakukan, Morgan?" pekik Cherry kesal. Ia terus memukul punggung Morgan, berharap pria itu akan segera menurunkannya.
"Kamu sudah keterlaluan hari ini," ujar Morgan dingin. "Bagaimana mungkin kamu memperlihatkan tubuhmu pada pria asing? Tidak kah kamu melihat bahwa Oscar sangat lapar?"
Morgan mendengus kesal. Ia benar-benar tidak bisa menerima ketika Cherry dipandang penuh nafsu oleh pria lain.
"Dia tidak mesum sepertimu. Aku yakin dia tidak akan melakukan apapun padaku," ucap Cherry, meski begitu dirinya sudah pasrah untuk meronta-ronta.
Morgan menurunkan Cherry tepat di dalam kamar mandi gadis itu. "Itu hanya opinimu," katanya sambil menatap manik mata Cherry.
"Kamu tidak tahu bagaimana perasaan pria yang sesungguhnya. Pokoknya tetap di kamar dan jangan keluar sampai dia pulang," perintahnya. Sebelum pergi ia melirik dua buah dada Cherry yang saking kecilnya bra yang dia pakai, makanya terlihat seperti hanya menutupi bagian nipple-nya saja.
Kemudian Morgan kembali lagi ke halaman dan bertemu dengan Oscar.
"Sepertinya kau sangat tidak senang aku bermain bersama Cherry," celetuk Oscar sembari mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
"Iya, karena aku tahu pria seperti mu. Kau mesum dan matamu jelalatan," jawab Morgan ketus. Ia duduk di samping temannya itu.
"Seperti kau suci saja," cibir Oscar. Dia tersenyum smirk dan menatap Morgan dari sudut matanya.
"Cherry pengecualian. Aku tidak menyentuhnya."
"Apa kau cemburu?" celetuk Oscar. Kembali berbicara dengan sinis.
"Apanya yang cemburu?" tanya balik Morgan, nada suaranya naik beberapa oktaf.
"Yeah, melihat dari bagaimana kau memperlakukan Cherry dan ketika melihat Cherry bermain bersama pria lain sepertinya kau sangat membenci itu."
"Contohnya barusan ketika aku bermain bersama putrimu itu," tukas Oscar. Penuh penekanan ketika ia mengatakan kata putri
"Bukan cemburu, sudah aku katakan aku hanya melindungi dia dari mata jelalatan dan orang mesum sepertimu," sangkal Morgan. Ia memutar bola matanya malas.
Oscar tertawa.
"Bagaimana kalau pada akhirnya Cherry adalah jodohmu?"
"Jodoh?" Morgan tertawa ringan. "Mustahil, dia jauh lebih muda dariku."
"Apa salahnya dengan itu?" Oscar menoleh. "Usia hanyalah angka, cinta ya, cinta, tidak memandang apapun."
"Tapi tetap saja, Cherry adalah gadis yang aku besarkan dan aku anggap seperti anakku sendiri. Jadi tidak mungkin aku menikahi dia," kekeh Morgan.
"Aku rasa mungkin saja," balas Oscar santai. "Apalagi kalian tidak memiliki hubungan darah, jadi apa salahnya jika suatu hari nanti kalian saling jatuh cinta?"
"Mungkin saja alasanmu tidak pernah berjodoh dengan siapapun itu karena jodoh mu sebenarnya sudah ada bersamamu saat ini."
"Tidak menutup kemungkinan, kan kalau selama ini ternyata kau membesarkan jodohmu sendiri?" Oscar mengakhirinya dengan tawa yang sangat keras.
"Sepertinya kau sangat senang dengan ide konyol mu itu," balas Morgan malas.
"Ya, begitulah." Oscar mengangkat kedua bahunya.
"Kalau itu benar terjadi maka aku akan menjadi orang pertama yang menertawakan kalian. Ah, tapi tidak. Mungkin jika tebakan ku benar kau harus memberiku sejumlah uang," celoteh Oscar.
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲