Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Ruben dan Jingga
Cafe Luxury
Jingga pun segera memutar bola mata berwarna birunya, ia juga menghela napas panjang karena lelah seharian bekerja keras dan malamnya harus bertemu dengan sang suami yang sudah membuatnya merasakan kecewa.
Jingga duduk santai sambil memesan makanan dan minuman kepada sang pelayan yang sudah siap berada disampingnya, lalu pelayan tersebut mengangguk ketika Jingga selesai untuk memesan menu yang tertera.
Tak lama kemudian, pelayan tersebut datang kembali dengan nampan yang berisi minuman berwarna merah muda lengkap dengan sajian kentang goreng.
Jingga pun mulai menyeruput minuman tersebut, lalu suara bariton yang tak asing didaun telinga Jingga pun mulai terdengar nyaring.
"Hai, sayang sudah lama menunggu ya, maaf aku terlambat datang," ucap Ruben sambil mengecup pucuk kepala.
"Jangan so manis, cepat duduk dan jelaskan apa yang kamu ingin jelaskan padaku," ketus Jingga.
"Baiklah," ucap Ruben sambil duduk di bangku bundar berseberangan dengan Jingga.
"Cepat jelaskan atau kita berpisah saja," ancam Jingga.
"Oke, aku jelaskan lagi kalau aku terpaksa menikah dengan Alisa karena Mommy Jesy memberikan amanah terakhirnya, tapi aku akan cari cara dan celah untuk bisa segera bercerai dengannya," ucap Ruben.
"Hmm, aku kesal dengar penjelasan ini yang terakhir dari mulut kamu padahal harusnya aku tahu dari awal," ucap Jingga.
"Maafkan aku, tapi aku berjanji tidak akan pernah menyentuh Alisa karena aku hanya mencintai kamu," ucap Ruben.
"Bagus kalau begitu, aku pegang janji kamu, tapi kalau sampai kamu melanggar. Lebih baik kita berpisah dan aku tidak akan berusaha lagi untuk menaklukan hati mertua," ucap Jingga dengan tegas.
"Oke, tapi aku mau kamu tinggal satu mansion sama aku dan Alisa dan keluargaku supaya kamu bisa dapat restu dan kita akan menikah secara sah," ucap Ruben.
Jingga mengangguk."Baiklah, aku setuju saran dari kamu untuk tinggal satu atap dengan mertuaku, siapa tahu saja aku bisa menaklukan hatinya dan menerima diriku sebagai menantunya," ucap Jingga penuh antusias.
"Oke, cintaku terima kasih atas pengertian kamu ya. Aku makin cinta," ucap Ruben sambil mengecup sekilas bibir tipisnya.
Jingga mendorong dada bidang Ruben dengan kasar," apa sih kamu ini! Kok depan umum melakukan hal semacam itu, memalukan!"
"Jangan marah lagi dong sayang, kita ini kan pengantin baru, jadi ngapain juga harus malu," ucap Ruben dengan terkekeh.
Jingga menjewer telinga Ruben sampai merah."Jangan gila disini deh."
"Aku memang tergila-gila sama kamu, sayang. Yuk, aku bantu kamu packing dari kosan kamu," ajak Ruben.
"Oke, terima kasih," kata Jingga sambil tersenyum hangat.
"Kembali kasih, sayang. Ayo sekarang cepat habiskan makan kamu. Aku akan bantu kamu mengemas barang dikosan kamu," ucap Ruben.
"Hmm, memang harus hari ini ya aku pindahannya? apa tidak lebih baik minggu depan saja," pinta Jingga.
"Jangan dong, sayang. Makin cepat makin baik, kamu bisa dapat menaklukan hati orang tuaku, dan aku akan cari cara buat bercerai sama Alisa," ucap Ruben.
"Aku sebenarnya agak males untuk menghadapi Daddy kamu yang galak itu," ucap Jingga.
"Ayolah, sayang jangan putus asa. Kita hadapi semua bersama," ucap Ruben.
"Oke, aku coba kuatin diri deh demi anak kita," ucap Jingga.
"Oh, ya mengenai anak kita, lebih baik Daddy aku tidak usah tahu dulu ya," ucap Ruben.
"Kenapa tidak boleh kasih tahu?" tanya Jingga.
"Biar kamu tidak dipandang rendah karena hamil diluar nikah,"ucap Ruben.
"Tapi tetap saja kalaupun diberitahu nanti, ujungnya pasti ketahuan kalau anak ini diluar nikah," ucap Jingga.
"Sudahlah, sayang jangan dipikirin. Pokonya aku yang akan bilang duluan kamu cukup ikuti perintah aku saja," ucap Ruben.
"Oke ..."
Ruben pun mengantarkan Jingga sampai kosan yang terdekat dari kantor, dalam perjalanan Jingga merasa sangat lelah hingga beberapa kali ia menguap didalam kendaraan roda empat itu.
Hingga tanpa disadari oleh Jingga, ia terlelap dalam mimpi yang sangat indah. Dimana sang mertua yaitu Pak Bramantyo menyambut kedatangan Jingga dengan penuh kehangatan bersama Kiara, adik Ruben.
"Halo, selamat datang dikeluarga Karindra," ucap Bramantyo sambil tersenyum lebar penuh kehangatan membawa buket bunga matahari besar.
"Terima kasih om, padahal tak perlu sanpai repot seperti ini untuk menyambut kehadiranku," ucap Jingga.
"Ini tidak repot untuk menantu kesayangan saya, dan tolong jangan panggil om lagi tapi panggil dengan Daddy ya sama seperti Ruben, kamu sudah saya anggap seperti anak kandung sendiri," ucap Bram.
"Terima kasih, o... m, eh maksudku Daddy, maaf aku belum terbiasa, " ucap Jingga.
"Biasakan dong, kakak ipar mulai sekarang," sahut Kiara disamping Daddy Bram.
"Iya, aku akan biasakan memanggil om dengan Daddy, terima kasih sudah menerimaku dikeluarga ini," ucap Jingga
"Sama-sama, Kaka iparku sayang," ucap Kiara sambil memeluknya dengan hangat.
Dalam mimpi Jingga semua keluarga Karindra sangat hangat menyambutnya dan terasa sangat bahagia, Bram dan Kiara begitu bahagia menyambut kedatangannya seperti ratu dikeluarganya.
Zzzzz.....
Zzzzzz...
Zzzzzzz.......
Ruben mengguncangkan bahu jingga sambil menepuk juga kedua pipinya, "Jingga, bangun. Kita sudah sampai di mansion,"
Ruben menggelengkan kepala, dia mendengarkan dengkuran halus dari sang istri sirihnya sehingga dia tak tega untuk membangunkan Jingga dan mengurungkan diri untuk memangil namanya kembali. Dia pun menyambar kunci kosan Jingga yang berdada didalam tas merah muda milik istrinya dan menerobos masuk kedalamnya untuk mengambil semua baju yang ada didalam kamar kosan berserta barang-barang lain yang penting.
Ruben kembali keluar halaman dengan menenteng bawaan koper yang sangat besar dan meletakan semua barang Jingga dibagasi belakang.
Ruben pun kembali ditempat duduk pengemudi, lalu menyambar pengait seatbelt itu dengan sedikit kasar, dan melirik sekilas sang istri sirihnya.
"Ya ampun, istri cantik aku ini pasti sangat lelah, tapi dia masih saja cantik dengan gaya dengkurannya ini," ucap Ruben sambil terkekeh pelan.
Ruben pun segera turun dari roda empat, lalu dengan terkesiap untuk menggendong Jingga, namun gerakan dari Ruben mengguncang Jingga hingga dia pun terbangun dari mimpi panjang.
"Ruben, turunkan aku," titah Jingga.
"Jangan panggil aku dengan sebutan Ruben saja, kau kan sudah tak marah padaku, jadi panggil aku dengan sebutan Mas," ucap Ruben
"Iya deh, aku panggil mas. Tapi tolong turunkan aku, " ucap Jingga sambil menggeliat.
"Oke-oke," ucap Ruben sambil melepaskan gendongannya.
"Terima kasih, mas Ruben." ucap Jingga.
Ruben menggenggam erat tangan Jingga." kita masuk sekarang."
"Semoga saja keluargaku tak menghina Jingga, bagiku Jingga segalanya dan aku akan terus berjuang untuk bisa mempertahankan Jingga sampai kapanpun,"batin Ruben.
"Aku harus kuat hadapi keluarga Ruben, meskipun mimpi tadi membuat aku senang, tapi kenyataanya itu mustahil bisa terjadi," batin Jingga.
TBC.
(To Be Continued)
Tinggalkan jejak kalian berupa like, vote, komentar, terima kasih.
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh