Nama: Alethea Novira
Usia saat meninggal: 21 tahun
Kepribadian: Cerdas, sinis, tapi diam-diam berhati lembut
Alethea adalah seorang mahasiswi sastra yang memiliki obsesi aneh pada novel-novel tragis, alethea meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil yang di kendarai supir nya , bukan nya ke alam baka ia malah justru bertransmigrasi ke novel the love yang ia baca dalam perjalanan sebelum kecelakaan, ia bertransmigrasi ke dalam buku novel menjadi alethea alegria
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agya Faeyza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hari pertama sekolah
Setelah beberapa saat mobil yang di kendarai papa Bram pun sampai sekolah , mama Cintya yang ada di samping papa Bram pun membuka mobil , dan membukakan pintu belakang mobil yang alethea berada di belakang nya , ketiga kakak nya juga ada di dalam mobil tersebut ,
Alethea pun turun setelah pintu mobil itu terbuka dan ia menatap lurus gedung sekolah yang bertulis kan sekolah high school internasional , Alethea mengamati gedung sekolah itu , gedung yang besar bukan besar tapi sangat besar , ketiga kakak nya pun turun dan berada di samping adik nya ,
" bagaimana apakah kau siap memulai hari mu hari ini di sekolah ???" tanya Ares si sulung
" tentu aku siap " ucap alethea dengan senyum tipis
" sayang jangan lupa kalau kamu di ganggu seseorang jangan diam saja beritahu kak arvel ya ??"" kata mama Cintya
" ia mama ku sayang mending kalian semua kembali ke aktifitas masing-masing aku sama kak arvel mau masuk , papay semua nya". Kata Alethea
" mama tenang aja ada aku yang akan menjaga princes kita ini , aku pastikan tidak ada yang berani mengganggu princes kecil kita , okey " kata arvel .
" jangan terlalu khawatir sayang , princes kita pasti akan baik-baik saja , ada arvel disisi nya jadi jangan khawatir ya" , ucap papa Bram .
" baik lah kalau begitu, yasudah mama pulang dulu ya sayang kamu jangan lupa makan siang ya "? kata mama Cintya sambil mengelus rambut anak nya
"iya mama ku sayang",
" ini buat kamu dek , " kata Ares si sulung sembari memberikan uang jajan untuk adiknya
" wah makasih kak", sembari tersenyum ke arah Ares .
" sama-sama belajar yang rajin ya kalau dapet juara satu bakal ada hadiah istimewa dari kakak, oke princes ?" ucap Ares
" siap bos laksanakan ", sembari memberi hormat pada kakak nya
" baik lah kalau begitu kami semua akan pergi, semangat belajar nya sayang". Ucap papa Bram sambil mengecup kening anak nya .
Aryan yang sembari tadi diam pun langsung memeluk adik nya , dan berpamitan.
beberapa saat kemudian Alethea pun dan arvel jalan menuju ruang kepala sekolah , dan bisik-bisik dari para siswi dan siswa pun terdengar di telinga mereka berdua ,
" apakah itu pacar nya arvel "??? Dia terlihat imut sekali " kata siswa a
"iya dia imut sekali serasi dengan arvel yang tampan" . Ucap siswa b
" wah ada siswi baru kira-kira dia kelas berapa ya ? Apa dia adik kelas kita imut sekali wajah nya , " ucap siswa c
Langkah kaki Arvel menggema di lorong yang mulai sepi. Di sebelahnya, seorang gadis berjalan dengan tenang. Rambut hitam , seragam rapi, dan wajah yang membawa ketenangan—Alethea. Di tangannya, sebuah map pendaftaran siswa baru.
Mereka hampir sampai di ruang kepala sekolah saat suara langkah ramai terdengar dari belakang. Arvel menoleh sedikit dan langsung tahu siapa yang datang. Jaket hitam dengan emblem naga bersayap—Black Dragon.
Bryan Alexander berada di depan dengan ekspresi dingin. Di sebelahnya, Arvin Darmawan, wajah datar seperti biasa. Zyan Askara, Rafael Dirgantara, dan—ironisnya—Arvel Alegria, yang kini justru jadi pusat perhatian.
Black Dragon mendekat dengan aura mengintimidasi, tapi Arvel tetap tenang.
Percakapan:
Bryan:
(menyipitkan mata, melirik Alethea dan berkata datar)
"siapa "??
Arvin:
(nada datar, sedikit mencibir)
"Gue pikir kita ada sistem. Gak asal bawa orang ke sekolah ini, apalagi deket sama Black Dragon."
Zyan:
(senyum miring)
"Kalau cantik begini, gue maklum sih. Tapi tetep aja... lo main belakang, Vel?"
Rafael:
(berdiri santai, menatap Alethea dengan penasaran)
"Dia siapa, Vel? Cewek lo? Teman kecil? Atau... calon drama baru?"
Arvel:
(berhenti berjalan, lalu menoleh ke Alethea sejenak sebelum menatap gengnya)
"Bukan. Dia adik kandung gue."
Semua terdiam sejenak.
Bryan:
(angkat alis)
"Adik... kandung?"
Arvin:
"Lo gak pernah bilang punya adik, Vel."
Zyan:
(sedikit tergagap, lalu tertawa)
"Pantesan dari tadi lo protektif banget. Gue kira lo lagi PDKT."
Alethea:
(menatap mereka dengan diam tak bersuara)
Rafael:
(nada bercanda)
"Wow. Jadi ini... Little Alegria, huh?"
Bryan:(tak bersuara melihat Alethea)
Arvin:
(sambil jalan pelan melewati mereka)
"jaga adik Lo vel , Lo tau disekolah ini keras banyak yang seenaknya bully siswi baru ".
Arvel:
(tegas)
"Gue tahu. Justru itu kenapa gue di sini. Biar dia gak jalan sendiri."
Black Dragon tak lagi bertanya. Mereka mengangguk,
Langkah kaki Arvel dan Alethea berhenti di depan pintu besar bertuliskan “Office of the Principal.” Di balik pintu itu, berbagai keputusan penting sekolah dibuat. Arvel mengetuk dua kali dengan tenang, lalu mempersilakan Alethea masuk lebih dulu.
Ruangan itu elegan, bernuansa modern dan minimalis, khas sekolah internasional. Di balik meja utama, duduk Kepala Sekolah Mr. Raymond, pria paruh baya dengan kacamata tipis dan ekspresi penuh wibawa.
Mr. Raymond mendongak dari dokumen yang sedang dibacanya dan menatap mereka berdua.
Mr. Raymond:
(menyambut dengan anggukan)
"Selamat siang. Kalian ada keperluan, Arvel?"
Arvel:
(senyum singkat, lalu melirik Alethea)
"Ya, Pak. Saya ke sini untuk mengantar adik saya... Alethea Alegria. Hari ini dia resmi mendaftar sebagai siswi baru."
Mr. Raymond:
(angkat alis, lalu menatap Alethea dengan lebih seksama)
"Adik kandungmu?"
(tersenyum ramah pada Alethea)
"Selamat datang di High School Internasional, Alethea. Kami senang bisa menerima kamu di sini."
Alethea:
(sopan, suaranya tenang)
"Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha beradaptasi secepat mungkin."
Mr. Raymond:
(melihat ke Arvel lagi)
"Arvel, kamu salah satu siswa berprestasi di sini, meski... dengan sedikit catatan soal geng Black Dragon-mu."
(tersenyum tipis)
"Tapi aku percaya kamu akan menjaga adikmu dengan baik."
Arvel:
(dengan nada serius)
"Itu sudah pasti, Pak. Dia keluarga saya. Dan dia ada di sini bukan karena saya… tapi karena dia pantas."
Mr. Raymond:
(angguk, lalu berdiri)
"Sekarang, mari kita proses dokumen finalnya. Alethea, setelah ini kamu akan dapat jadwal pelajaran dan pengenalan singkat sekolah. Kalau ada yang perlu kamu tanyakan , kamu bisa langsung datang ke sini kapan saja."
Alethea:
"Baik, Pak. Terima kasih banyak."
Saat Mr. Raymond mulai memeriksa berkas di tangan Alethea, Arvel berdiri di sampingnya—tenang, namun penuh kewaspadaan. Dia tahu, menjadi siswi baru di sekolah internasional ini bukan hal mudah, apalagi ketika kamu adalah adik dari anggota inti Black Dragon. Tapi hari ini, segalanya dimulai. Bukan hanya untuk Alethea... tapi untuk nama keluarga Alegria.
Beberapa menit setelah dokumen administrasi selesai ditandatangani, pintu ruang kepala sekolah terbuka pelan. Seorang wanita berpenampilan rapi dengan senyum hangat masuk ke dalam. Dialah Bu Rina, guru wali kelas 10 dan salah satu guru yang paling disegani karena ketegasan dan kedekatannya dengan murid.
Bu Rina:
(sambil tersenyum, menghampiri meja kepala sekolah)
"Permisi, Pak Raymond. Saya dipanggil untuk menjemput siswi baru?"
Mr. Raymond:
(mengangguk sambil menunjuk ke arah Alethea)
"Ya, ini Alethea Alegria. Dia akan bergabung di kelas sepuluh-A. Tolong antar dia ke kelas dan bantu proses pengenalannya."
Bu Rina:
(tersenyum pada Alethea)
"Halo, Alethea. Selamat datang. Saya Bu Rina, wali kelasmu."
(melirik Arvel dengan tatapan hangat)
"Kamu pasti adik dari Arvel, ya? kalian terlihat mirip."
Alethea:
(senyum sopan)
"Iya, Bu. Senang bisa bergabung."
Bu Rina:
(membalas senyuman, kemudian menoleh ke Arvel)
"Arvel, terima kasih sudah mengantar adikmu. Sekarang kamu boleh kembali ke kelasmu, ya. Kelas dua belas-A masih menunggu, kan?"
Arvel:
(angguk pelan)
"Iya, Bu. Saya akan pergi ke kelas sekarang."
(lalu menoleh ke Alethea, nada lembut)
"Thea, kalau ada apa-apa, tinggal cari kakak, oke?"
Alethea:
(angguk yakin)
"Oke, Kak."
Mr. Raymond:
(sambil berdiri)
"Semoga hari pertamamu menyenangkan, Alethea. Selamat belajar."
Arvel berjalan meninggalkan ruangan dengan langkah tenang, tapi sempat menoleh sekali lagi ke arah Alethea—satu tatapan perlindungan, kakak yang diam-diam cemas. Sementara itu, Alethea mengikuti Bu Rina keluar ruangan, memulai babak baru sebagai siswi kelas sepuluh di High School Internasional.
Hari pertama sekolah pun dimulai. Dan lorong-lorong sekolah itu akan segera mengenal nama Alethea… bukan hanya sebagai adik Arvel, tapi sebagai dirinya sendiri.
Tpi saya mw sedikit berkomentar, saya membaca novel kk karna tertarik membaca sinopsisnya.
Tapi menurut saya, percakapan ringannya terlalu banyak, membuat pembaca cepat bosan. Coba kakak kurangi percakapan2nya, tpi lebih menggambarkannya aja dan alur konfliknya buat lebih dalam kata2nya.
Terus penggambaran tokohnya agak kurang menjalankan perannya. seperti papa bram( kaya, hebat, punya banyak pengawal) tpi knapa anaknya kurang terjaga, gk ada pengawal yg memantauan dari dekat/jauh.
Arvel ( berjanji mau jaga adeknya di sekolah) tpi gk tw adek tersesat, pergi menyelatkan Aliando.
Gitu aja sih thor, semoga kedepannya lebih bagus, dan mohon jangan tersinggung dengan komentar saya.😊