Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04
SANG TERPILIH 5
Hiera ingin memuntahkan cairan yang rasanya getir di lidah itu, tapi Margareth dan Hanna membekap mulutnya hingga cairan itu terpaksa masuk ke tenggorokannya.
Setelah yakin Hiera meminum cairan itu mereka segera melepaskan Hiera.
"Matilah kau gadis kurang ajar! Ini akibatnya jika kau tidak menuruti perintah kami!" Margareth berkacak pinggang. Di belakangnya, Jack suami Margareth hanya geleng geleng kepala, seolah yang sedang disiksa bukan anak kandungnya.
Rasa panas menjalar ke berbagai titik nadi Hiera. Gadis itu memegangi lehernya yang terasa tercekik dan panas, ia pun terbatuk batuk kemudian memuntahkan seteguk darah yang tercecer di lantai. Hiera sekarat, dan sangat tersiksa.
Namun melihat Hiera sekarat seolah tontonan yang menarik untuk mereka. Wajah wajah bengis itu begitu puas melihat Hiera begitu tersiksa.
"Hiera menatap pilu ke arah Mark. Laki laki yang beberapa bulan lalu menyatakan cinta padanya, menjadi kekasih hatinya, ternyata hanya mempermainkannya saja. Setetes air mata kembali mengalir dari bilik matanya.
Dipandangi seperti itu, Mark hanya tersenyum sinis, di sampingnya Hanna tertawa terbahak bahak. "Kau pecundang Hiera!" Ejeknya.
Hiera kembali terbatuk, desakan dari dalam membuat dadanya terasa terbakar, dia kembali memuntahkan seteguk darah. Perlahan dia merasakan tubuhnya semakin melemah.
"Pa..pa.. to..long aku.." Hiera memandang Jack penuh harap. Namun yang dipandang hanya tersenyum kecut.
"Apa yang harus papa perbuat Hiera. Sedari kecil papa merawatmu, tapi apa, apa balasannya?" Jack mendesah kecewa.
"Papa harap kekayaan ibumu dibalik nama atas nama papa, biar papa yang mengurus semua aset perusahaan mama mu, tapi ketika papa ingin mengalihkan aset aset yang kau miliki, pengacara sialan itu menolaknya! Karena sebentar lagi usiamu 22 tahun maka Semua aset ibumu akan segera jadi milikmu! Kecuali jika kau mati! Kau harus mati Hiera!" Teriak Jack melepaskan kekecewaannya.
Cacian dan makian adalah makanan sehari hari bagi Hiera, bahkan pukulan dan tendangan yang dilakukan ibu dan Saudara tirinya bisa ia tahan rasa sakitnya, seolah itu hal biasa bagi Hiera.
Tapi Jack, dia adalah ayah kandungnya. darahnya mengalir di tubuh Hiera. Diperlakukan seolah dia adalah orang asing dan musuh oleh ayah sendiri itu, sungguh Hiera tidak terima, rasa sakitnya semakin hari semakin berat terasa. Hiera memandang pilu wajah Ayahnya.
"Setelah dirawat sedari kecil kau bahkan tidak mau membantunya? Apa susahnya menandatangani surat pernyataan ini?" Teriak Margareth.
"Cepat tandatangani ini." Hanna menyerahkan dokumen dan pena yang diselipkan di jari Hiera.
"Tid..ak" ucap Hiera lirih di sisa sisa tenaganya. Ia harus memegang teguh amanat ibunya, kekayaannya tidak boleh jatuh pada Jack.
"Dasar anjing betina tak tau terimakasih!" Margareth menendang wajah Hiera, membuat kepala gadis itu semakin berdenyut sakit dan telinganya berdengung.
Dan seteguk darah kembali tercecer di lantai,membuat ruangan itu semakin bau amis darah.
Ed yang semakin naik pitam juga turut menendang tubuh Hiera dengan kuat, membuat tubuh gadis itu terpelanting dan membentur tembok.
Bahkan binatang buas pun tak pernah memakan anaknya sendiri, Kelakuan Jack lebih rendah dari seekor Binatang.
Sekali lagi Hiera memuntahkan seteguk darah, air matanya pun telah tercampur darah. Sehina itukah dirinya di hadapan keluarga ini.
Sekali lagi Hiera memandang pilu wajah ayahnya, berharap ada setitik rasa sayang di hati Jack untuknya. Namun Jack malah meludahi wajah gadis itu dengan seringai mengejek.
Wajah Hiera membeku, ekspresinya berubah begitu dingin, manik mata sebiru laut itu berkilat penuh amarah. Ruang hatinya telah diliputi kebencian. Detik ini dia telah memutuskan hubungan antara ayah dan anak, ke depannya Jack tidak lebih dari orang lain baginya.
"Bahkan jika aku jadi hantu, aku tak akan pernah Sudi jadi anakmu Jack!" Raung Hiera.
"Dasar jalang!" Jack semakin emosi, kemudian menendang kepala Hiera dengan kuat, hingga darah muncrat dari mulut gadis itu.
Dan gadis malang itu sudah tidak dapat merasakan apa apa lagi ketika keluarganya menendangnya bertubi tubi ke badannya. Gadis malang itu sudah tak sadarkan diri.
Puas menyiksa tubuh Hiera yang sudah tidak bergerak itu, Margareth kemudian mengambil dokumen penyerahan harta itu.
"Hei Hiera, Hiera! Cepat tanda tangani dokumen ini!" Margareth menggoyang goyangkan kepala Hiera dengan kaki nya.
"Kok dia gak gerak ma?" Hanna berkata dengan cemas.
"Jangan jangan dia mati!" Seru Jack.
"Aduh gimana ini, aku gak niat membunuh dia. Aku cuma mau nakut nakutin dia supaya mau tanda tangani dokumen ini." Ucap Margareth, wajahnya langsung pias.
"Kamu sih ma, kenapa juga harus ngasih racun ke dia!" jack menyalahkan istrinya.
"Loh aku kan udah nyiapin penawarnya pa, lagian papa juga ikut nyiksa dia, papa terlalu keras menendang dia, itu berarti papa yang membunuh!" Ucap Margareth sewot.
"Sudah, sudah! Jangan saling menyalahkan! Lebih baik kita bereskan mayat si Hiera. Salah dia sendiri terlalu keras kepala!" Teriak Hanna.
"Kita harus bagaimana Hanna? Mau dikubur dimana mayat si Hiera?" Margareth berkata dengan cemas. Bayang bayang jeruji besi melintas di benaknya.
"Aduh gimana dong, jangan sampai orang luar tahu ada pembunuhan di rumah ini!" Tambah Ed tak kalah cemas.
Margareth cuma bisa berdecih melihat suaminya yang tak berguna itu.
"Biar aku dan Mark yang urus!" Hanna mengambil dokumen dari tangan ibunya.
"Lyn ambilkan tinta!" Hanna menyuruh salah satu pembantunya.
Lyn segera mengambil apa yang diperintahkan nona mudanya.
Hanna meletakkan jari jempol kanan Hiera pada kotak tinta stempel, kemudian menempelkannya pada dokumen itu.
"Nah, gak usah tanda tangan, cap jempol juga cukup kuat sebagai bukti penyerahan hartanya." Ucap Hanna sambil tersenyum licik.
Margareth berdecak kagum akan kecerdikan anak gadisnya itu.
"Terus mayat si Hiera mau diapain?" Tanya Jack masih cemas.
"Kita buang ke jurang aja! Ari, Lyn, Donna, Ayo angkat mayat si Hiera, masukan ke bagasi mobil!" Perintah Hanna.
Ketiga pelayan rumah itu pun langsung menggotong tubuh Hiera. Mereka memasukan tubuh Hiera ke dalam bagasi mobil dengan tanpa adab. Lyn melihat sesuatu yang berkilat di jari manis Hiera, buru buru dia mengambilnya dengan paksa kemudian dia menyimpannya di saku bajunya. Tubuh Hiera ditekuknya sedemikian rupa, kemudian pintu bagasi di tutup.
"Ayo ma, pa, kita pergi! Kalian bersihkan rumah ini tanpa noda! Ingat jangan sampai perbuatan kita tercium polisi!" Ucap Hanna pada para pelayannya.
"baik nona!" jawab para pelayanan itu serempak.
"Biar aku yang menyetir!" Tawar Mark.
Hanna memberikan kunci mobil pada Mark.
Hanna kemudian memasuki mobil mewah itu diikuti kedua orangtuanya.
"Kita pergi ke daerah Nefaria!" Ucap Hanna.
Di luar hujan sangat lebat. Malam begitu gulita. Sepanjang perjalanan sangat sepi. Hanya sesekali mereka berpapasan dengan mobil lain.
Akhirnya mereka sampai di tepian sebuah jurang yang sangat dalam. Di bawahnya adalah lautan lepas yang sangat dalam, dengan batu batu karang yang sangat terjal.
Hanna dan Mark menggotong tubuh Hiera. Tubuh itu terasa berat.
"CK, bahkan sudah mati saja si bodoh ini sangat menyusahkan". Umpat Hanna.
"Pa bantuin dong!" Teriak Hanna kesal.
"Jack keluar dari mobil dengan malas, kemudian ikut menggotong tubuh Hiera. Sementara Margareth hanya melihat mereka dari dalam mobil.
Kemudian mereka melemparkan tubuh gadis malang itu ke dalam jurang tanpa perasaan.
"Selamat tinggal Hiera, sampai jumpa di neraka!" Ucap Hanna sambil tersenyum puas.
Ke empat orang itu dapat bernafas dengan lega. Tak ada Saksi untuk kejahatan mereka. Nefaria adalah laut yang terkenal dengan pusaran airnya. Apapun yang di buang ke jurang itu mustahil bisa ditemukan kembali.