NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Agen Rahasia

Kembalinya Sang Agen Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi
Popularitas:63.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.

Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan Baik

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Seorang pria berusia lima puluh tahunan menjawab salam Zyan. Pria itu mengenakan baju Koko, sarung dan sorban yang tersampir di bahunya. Zyan segera mendekati pria itu lalu mencium punggung tangannya dengan takzim.

"Sehat, Amma?"

"Alhamdulillah. Bagaimana denganmu?"

"Alhamdulillah, sehat. Amma, kenalkan ini tiga muridku yang aku ceritakan di telepon."

Bergantian ketiga anak itu menyalami pria yang dipanggil Amma oleh Zyan. Pria bernama Anshor itu adalah pemilik sekaligus pendiri Pondok Pesantren Ulul Ilmi. Pondok ini sudah berjalan selama enam belas tahun. Dan sampai sekarang sudah menghasilkan ribuan santri dan santriwati.

"Taslima."

Terdengar suara Amma memanggil salah satu staf pengajarnya. Tak lama kemudian seorang wanita berusia dua puluh tahunan datang mendekat.

"Ada apa, Amma?"

"Kenalkan ini Tina. Dia akan tinggal di sini selama seminggu. Tunjukkan kamarnya dan berikan dia pakaian yang pantas untuk digunakan."

"Baik, Amma. Ayo Tina."

Tina melihat pada Zyan sebentar. Melihat anggukan kepala sang wali kelas, akhirnya Tina mengikuti wanita bernama Taslima tersebut. Dia dibawa menuju asrama akhwat yang ada di sayap kanan gedung utama.

"Hafiz.."

Lagi Amma memanggil salah satu staf pengajarnya. Seorang pria itu menggunakan baju Koko, sarung dan kopeah. Usianya juga masih cukup muda, mungkin lima atau empat tahun di bawah Zyan.

"Hafiz.. tolong bawa dua anak ini. Mereka akan tinggal selama seminggu di sini."

"Baik, Amma."

Hafiz mengajak Agam dan Febri menuju asrama pria. Keduanya mengikuti hafiz menuju asrama yang terletak di sayap kiri bangunan utama. Kedatangannya disambut beberapa santri yang berada di asrama. Rata-rata usia santri di sana, tiga belas sampai delapan belas tahun. Mereka menempati salah satu kamar yang penghuninya tidak sebanyak kamar yang lain.

"Kalian akan tidur di sini. Pakaian bisa ditaruh di lemari yang ada di sana," Hafiz menunjukkan deretan lemari yang tertata rapih.

"Iya, ustadz."

"Kalau sudah selesai membereskan pakaian, kalian saya tunggu di masjid. Minta salah satu santri di sini untuk mengantarkan kalian."

"Siap, ustadz."

Setelah memberikan pengarahan, Hafiz segera meninggalkan asrama. Pria itu segera menuju masjid, bersiap memberikan pengajaran pada para santrinya.

Sementara itu, Zyan dan Amma masih bertahan di tempatnya. Setiap sebulan sekali Zyan selalu mengunjungi Amma di pondoknya. Menjalani kehidupan seperti biasa sambil menunggu Gantika mengaktifkannya kembali. Selain itu, dia juga tetap melanjutkan penyelidikan kasus di Malta. Gantika juga kerap berbagi informasi, namun sejauh ini mereka masih belum menemukan titik terang.

"Bagaimana hasil penyelidikanmu? Masih belum membuahkan hasil?"

"Iya, Amma. Semua masih jalan di tempat."

"Ibnu sudah kembali ke Jakarta. Sekarang hanya tersisa satu orang yang membantumu di sini."

"Tenaga Ibnu lebih dibutuhkan di sana. Lagi pula keadaan di sini sangat tenang."

Amma hanya tertawa saja, tanpa Zyan tahu, dirinya sudah didatangi beberapa orang dari kota yang mengaku sebagai pengusaha. Mereka ingin membeli tanah yang dijadikan tempat tinggal sekaligus pondok pesantren miliknya. Namun Amma bergeming. Pria itu tidak mau menjual tanahnya sampai kapan pun.

"Oh ya, saya dengar ada pengusaha yang membeli tanah di sini?" tanya Zyan membuyarkan lamunan Amma.

"Iya. Mereka membeli lahan untuk ditanami sayur dan buah-buahan. Katanya mau meningkatkan perekonomian warga di sini. Buah dan sayurannya akan dipasok ke kota besar dan juga negara tetangga."

"Aku sering melihat beberapa truk keluar masuk perkebunan itu. Apa hasil panen mereka sebanyak itu?"

"Entahlah, Amma juga kurang paham."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Perbincangan Zyan dan Amma terinterupsi ketika mendengar suara merdu mengucapkan salam. Dari arah luar muncul seorang wanita mengenakan gamis lebar dan hijab yang menutupi sampai sebatas dada. Dia adalah Nisa, anak bungsu Amma. Senyum manis Nisa langsung tertangkap oleh Zyan. Wanita itu mendekati Amma kemudian mencium punggung tangannya.

"Bang Zyan apa kabar?"

"Alhamdulillah baik. Kamu sendiri aja? Mana Barly?"

Barly adalah suami dari Nisa. Pria itu adalah anak dari walikota Bandar Baru. Mereka menikah enam bulan yang lalu. Sebenarnya Amma tidak terlalu menyukai Barly. Menurutnya pria itu tidak tulus pada anaknya. Namun Nisa berhasil meyakinkan ayahnya dan akhirnya Amma merestui hubungan mereka.

"Bang Barly sedang ke Jakarta."

"Tumben, ada apa?" tanya Amma.

"Sepertinya Bang Barly serius mau terjun ke dunia politik."

"Ck.. untuk apa dia terjun ke dunia politik. Apa dia sudah cukup bekal iman dan ilmu untuk berkecimpung di panggung politik?"

"In Syaa Allah Bang Barly siap."

"Apa dia bersikap baik padamu?"

"Alhamdulillah selalu baik, Amma. Kenapa Amma selalu menanyakan itu?"

"Amma belum bisa mempercayainya seratus persen. Kalau kamu menikah dengan Zyan, Amma tidak akan sekhawatir ini."

Zyan mengusap pundaknya untuk menyingkirkan rasa tak enak yang menyergap. Apalagi Nisa langsung melihat padanya. Wanita itu kemudian berdiri, dia memilih menemui umminya. Nisa tidak pernah tahan kalau Amma menunjukkan ketidaksukaannya pada sang suami. Di keluarganya, hanya ummi saja yang mendukung hubungannya dengan Barly.

"Amma kenapa bicara begitu? Pasti Nisa merasa tidak enak."

"Entah kenapa Amma tidak terlalu mempercayai Barly. Amma takut, suatu saat dia akan menyakiti Nisa."

"Doakan saja yang terbaik, Amma. Mudah-mudahan ini hanya kekhawatiran Amma saja."

"Aamiin.. semoga saja."

Merasa cukup berbincang dengan Zyan, Amma bangun dari duduknya lalu mengajak Zyan menuju masjid. Selain sebentar lagi waktu Dzuhur akan tiba, pria itu juga ingin melihat para santrinya menghafal kitab.

***

Tina duduk termenung di dekat kolam ikan. Tangannya masuk ke dalam air dan membiarkan beberapa ikan kecil berkerumun di dekat tangannya dan menggigit jari-jarinya. Sejak berada di pesantren, gadis itu banyak melamun. Beberapa kali mengikuti kajian dan sepertinya hati gadis itu mulai tergerak. Tina sadar kalau selama ini dia sudah banyak menghamburkan waktu serta melakukan hal yang tidak bermanfaat.

Kebenciannya pada sang ayah membuat Tina sering bersikap antipati pada pria. Di sekolah hanya ada segelintir orang yang berteman dengannya dan itu semuanya kaum hawa. Hal itu juga membuat gadis itu selalu bersikap keras, ingin menunjukkan pada semua orang kalau dirinya kuat. Kerap berkata kasar, merokok atau berpakaian tomboy.

Nisa baru saja keluar dari aula. Matanya langsung tertuju pada Tina yang duduk merenung. Sekilas Zyan sudah menceritakan tentang Tina dan sepak terjang gadis itu di sekolah. Walau waktu yang akan mereka habiskan di pondok ini terbilang singkat, namun Zyan berharap bisa sedikit ada perubahan pada anak didiknya itu. Nisa berjalan menghampiri Tina. Tanpa gadis itu sadari, Nisa sudah duduk di dekatnya.

"Sedang memikirkan apa?" tegur Nisa.

"Eh Kak Nisa. Ngga ada apa-apa, Kak."

"Gimana? Betah ngga di sini?"

"Betah ngga betah yang harus dibetahin kan?" Tina terkekeh setelahnya.

"Maksud Bang Zy.. Ehm.. Bang Reza baik. Dia hanya ingin kalian berubah ke arah yang lebih baik. Apalagi sebentar lagi kalian akan ujian akhir. Jarang ada wali kelas yang begitu peduli pada anak didiknya seperti Bang Reza."

"Pak Reza bilang apa aja soal aku?"

"Ngga banyak. Dia bilang sebenarnya kamu murid yang pintar, hanya saja kamu sering telat masuk kelas dan juga suka merokok."

"Sebenarnya aku ngga terlalu suka merokok."

Bagi Tina merokok hanyalah sebuah pelarian saja. Saat ini dia tengah membentuk pribadinya menjadi sosok yang lebih kuat. Dia ingin memperlihatkan kalau seorang perempuan itu kuat dan mampu melakukan apa saja yang bisa dilakukan seorang pria. Tentu saja keputusannya ini dipicu karena sikap kasar ayahnya.

"Kalau kamu tidak suka, kenapa kamu lakukan?"

Tina memandangi Nisa sejenak. Jujur saja, gadis itu sudah menyukai Nisa sejak pertama bertemu. Menurutnya Nisa itu wanita yang baik, pintar dan kuat. Wanita itu tetap bisa terlihat anggun dengan semua kelebihan yang dimilikinya. Tidak perlu berdandan tomboy dan berlaku kasar agar para pria menghormati dan segan padanya.

Melihat sikap hangat Nisa, Tina seperti tengah berbicara dengan seorang Kakak. Akhirnya sebuah cerita meluncur dari bibirnya. Gadis itu mulai menceritakan kisah keluarganya yang meninggalkan kebencian di hatinya pada ayah kandungnya. Sampai saat ini Tina masih enggan bertemu dengan ayah kandungnya walau sudah beberapa kali pria itu mengajaknya bertemu.

"Aku ikut prihatin mendengar kisahmu. Tapi Tina, memelihara kebencian di hatimu tidaklah baik. Bukankah lebih baik kamu fokus pada hidupmu sendiri? Jadilah diri sendiri, kembali pada kodratmu sebagai seorang perempuan. Menjadi kuat bukan berati kamu harus berpenampilan dan bersikap seperti seorang laki-laki. Kamu bisa tetap menjadi kuat dengan jati dirimu sendiri. Belajarlah yang baik, dapatkan pekerjaan yang baik. Jadilah perempuan yang kuat dengan berdiri di kakimu sendiri. Jangan biarkan orang lain menindasmu dan kamu harus bisa melindungi dirimu dan Mamamu."

"Terima kasih, Kak."

Di tempat lain, tepatnya di teras masjid, Zyan tengah duduk berdua dengan Febri. Tentu saja pria itu sedang memberikan nasehat dan masukan positif untuk muridnya ini. Febri nampak termenung, bukan karena ucapan Zyan, tapi karena sikap pria itu. Kali ini Zyan memposisikan dirinya seperti seorang sahabat, bukan seorang guru. Obrolan mereka begitu santai, Zyan memberikan kesempatan pada Febri untuk berpendapat.

"Kamu itu pintar, Feb. Kalau kamu mau lebih serius, kamu bisa menjadi juara kelas."

"Percuma Pak. Biar pun saya jadi juara umum, belum tentu Papa peduli."

"Jangan mengharapkan atensi atau pengakuan orang lain. Lakukan itu demi dirimu sendiri. Balas ketidak pedulian orang-orang di sekitarmu dengan prestasi. Kalau kamu seperti ini, malah akan semakin menguatkan persepsi mereka kalau kamu tidak berguna. Tunjukkan pada mereka kalau mereka salah selama ini mengabaikan mu dan memandangmu sebelah mata. Kebanggaan Ibumu hanya dirimu, apa kamu tidak mau membuatnya bangga?"

Febri hanya terdiam. Dia sadar kalau sikapnya selama ini salah. Terkadang dia mendengar Ibunya mengeluh karena Febri selalu mendapat teguran dari sekolah. Prestasinya di sekolah juga biasa saja, padahal dia anak yang pintar. Dalam hati pemuda itu berjanji akan berubah. Dia akan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Di bagian lain teras, nampak Agam sedang berbincang dengan Amma. Dari hasil pengamatannya selama dua hari ini, sebenarnya ketiga murid yang dibawa oleh Zyan adalah anak yang baik. Hanya saja ada hal yang membuat mereka bertingkah di luar kebiasaan.

"Agam.. kenapa kamu sering kali kabur dari sekolah? Apa kamu tidak mau lulus sekolah? Apa kamu mau mengulang pelajaran di kelas 12?"

"Bukan begitu, Amma. Aku sadar kapasitas otakku tidak seberapa. Kebetulan ada temanku yang membutuhkan joki untuk memainkan game online-nya. Aku terima saja tawarannya. Lumayan bayarannya bisa buat tambah uang jajan. Keluargaku bukan keluarga mampu. Aku juga masih punya dua adik yang masih sekolah."

"Justru itu, kamu harus lebih rajin sekolah. Setidaknya kamu selesaikan sekolahmu. Setelahnya kamu bisa mencari pekerjaan atau meneruskan pendidikan yang sesuai dengan passionmu. Apalagi kamu anak paling tua, tentunya harapan orang tuamu sangat besar padamu. Kalau kamu kurang berbakat di bidang akademik, kamu bisa belajar hal lain, misalnya bergabung menjadi tentara atau menjadi atlit. Olahraga apa yang kamu sukai?"

"Boxing."

"Nah kamu bisa mendaftar ke sasana dan berlatih dengan serius, tentunya setelah kamu lulus sekolah."

Kepala Agam mengangguk tanda mengerti. Perkataan Amma berhasil melecut semangatnya. Walau sekarang masa sekolah hanya tinggal menghadapi ujian saja, namun Agam berjanji akan melakukannya dengan sungguh-sungguh.

***

Tak terasa sudah lima hari lamanya Zyan dan ketiga muridnya tinggal di pesantren. Hanya menyisakan waktu dua hari saja dan itu dimanfaatkan Zyan untuk membantu ketiganya belajar menjelang ujian akhir. Keempatnya saat ini sedang berada di gazebo yang ada di pekarangan pondok.

Saat sedang serius belajar, nampak sebuah mobil Van mewah memasuki pekarangan pesantren. Mobil tersebut berhenti tak jauh dari gazebo, menarik perhatian Zyan dan yang lain. Dari dalam mobil keluar seorang wanita cantik. Tubuhnya terbalut celana kulot dan blouse lengan panjang. Sebuah kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Di sebelahnya ada seorang pria dengan gaya gemulai menyeret sebuah koper menemani langkah wanita itu.

Dari arah dalam, muncul Amma dan ummi, istrinya. Pria itu menyambut tamu yang sudah ditunggunya sejak pagi.

***

Siapa tuh?

1
Raffasya@aimaria1203
Smga secepat’y slse ya nisa hama2 sprti itu hrus sgra di tuntaskn
Minal aidin walfaidzin jg mak mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰
Nabila hasir
jadi gemes ma orang yg fitnah amma.
keburu lebaran ketupat belum di tangkap. hehehe
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Sama" ka 🙏🏻
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Aamiin 🤲
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
Astaghfirullah bener2 licik ya si Barly, berbahagialah kamu sekarang kelak boom waktu akan menghancurkanmu.
Goodlah Zyan dan Armin, setelah ini tinggal pantau aja kegiatan Marwan melalui cctv dan penyadapan.
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
orang itu pasti suruhan barly, benerkan
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
semoga persidangan kali ini berjalan lancar ... wlpun agak ragu sama buktinya barly pasti bisa ngeles lagi
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
wlpun tau zyan sudah ahli dlm pengintaian tetep aja waswas takut ketauan
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
dan yang jadi petugas pasti zyan kan..
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
iya bener si barly itu super duper licik
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
lambat laut juga nisa pasti tau yg sebenarnya jadi katakan aja langsung kebenarannya seperti apa
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
armin perhatian bgt sampe paham zyan melihat nisa seperti apa🤭
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
urusan ini seperti nya udah hal biasa buat zyan makanya dia mau melakukan nya sendiri
dewi rofiqoh
Melawan orang-orang berpengaruh memang agak sulit, karena mereka menggunakan kekuasaan dan uang untuk memenuhi ego mereka. Tetap semangat nisa, dan selalu memohon pertolongan kepada Allah
Endang 💖
hadeh sidangnya semakin alot
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
memuluskan segala cara
tunggulah akan ada masa naya kau kena karma barli
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Benar Bang Armin, Bang Zyan. Kejar jandamu yg Cantik itu
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
otomatis km akan hancur Barly. Bersama dengan AyahMu. Karena km bukan saja hidup dibawah ketiak AyahMu. Tapi km akan otomatis ikut bersamanya Hancur
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Sebentar lagi MarWan Hancur ditangan Zyan. Apa kamu bisa SOMBONG jika AyahMu Terbongkar hasil kejahatanya
asry14
ok, Selamat lebaran author, taqobalallahu Mina wa mingkum, minal aidzin wal Faidzin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!