Menceritakan perjuangan seorang miliarder dalam mendapatkan seorang hati wanita cantik nan elegan. Sosok Shaleen merupakan wanita tangguh, mandiri, dan mempunyai prinsip tinggi hingga akal pikir yang cukup di luar logika.
Namun di sisi lain, seseorang bernama Peter telah lama menyusun strategi untuk menangkap Tristan. Hal itu dikarenakan dendam masa lalu, di mana ayah Peter bernama Omar Farid di tangkap. Di tambah dia baru tau kalau Tristan juga mengincar wanita yang ia cintai selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Tiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
VICENZO ─ 07
Cukup lama mereka menunggu, sampai akhirnya Leo keluar dari gudang.
"Tuan Leo. Ada yang ingin bertemu dengan anda, "
"Siapa dia?"
"Tuan Tristan Hilker, "
"Dimana dia?"
"Dia menunggu di luar, "
Leo lalu pergi untuk menghampiri Tristan yang kini menunggunya di luar perusahaan.
"Felix. Panggilkan mereka, "
"Baik Tuan." Felix, asisten pribadi Leo langsung pergi memanggil Tristan di dalam mobil.
***
"Hallo Tuan. Saya Leonardo. Panggil saja Leo, "
"Hai Leo. Saya Tristan, "
"Ada apa mencari saya?"
"Sebenarnya saya ingin bertemu dengan kakakmu." Mata Leo tersorot tajam ke arah Tristan. "Aku ingin memberikan ini," sambung Tristan sambil menunjukkan cincin milik Shaleen. Leo menjadi salah paham saat melihat Tristan ingin memberikan cincin itu pada kakaknya.
"Apa kau sedang cari mati Tuan?" Tanya Leo dengan senyuman liciknya. Tristan tentu kebingungan dengan ucapan Leo.
"Kemari Tuan. Sepertinya kau harus mendengarkan cerita tentang siapa kakakku, bagaimana kakakku, dan apa prinsip yang dia pegang." Leo mengajak Tristan maupun Albert ke ruangannya.
***
Di ruangan Leo.
"Namanya Shaleen Elios Beatriz. Kakakku merupakan wanita sukses sejak usianya masih 17 tahun,
Kakakku juga cukup terkenal dengan kecantikannya. Banyak pria datang mengungkapkan isi hati mereka, bahkan melamarnya, "
"Kenapa kakak mu masih melajang sampai sekarang?"
"Itu karena, belum ada pria yang setara dengan kakakku. Entah dari segi finansial, keluarga, sampai ke pemikiran. Belum ada pria yang sekelas dengan kakakku, "
"Dan mungkin yang satu ini akan membuat mu takut tuan, "
"Apa itu?"
"Kakakku.. Benci pria. Dia tidak suka di atur oleh pria, dan tidak suka melayani pria. Dia juga tidak suka drama dalam hubungan, "
"Wow. Menarik, " gumam Tristan.
"Tapi Tuan. Ada satu hal yang harus ku katakan padamu,
Dari sekian banyaknya pria yang bertemu dengan kakakku. Kau satu-satunya pria yang cukup tenang mendengar siapa itu kakakku. Apa kau tidak takut pada kakakku?"
"Tuan Leo. Satu hal yang harus kau ketahui sebelum mempertanyakan itu,
Saya kemari, karena─" perbincangan mereka terpotong dengan kedatangan Shaleen secara tiba-tiba.
"Tuan Tristan kan?" Tanya Shaleen sambil mengingat-ingat namanya.
"Iya benar."
"Ada apa Tuan?"
"Saya kemari ingin mengembalikan cincin anda." Leo terkejut dengan kening yang sedikit mengerut.
"Oh terima kasih sebelumnya. Tapi─bagaimana bisa anda mendapatkannya?"
"Itu mudah. Saya temui pria itu, dan melakukan negosiasi untuk penukaran cincin ini,
Saya dengar kalau cincin ini adalah pemberian ibumu, "
"Kau benar Tuan. Terima kasih sekali lagi, "
"Sama-sama. Karena sudah tidak ada lagi yang mau saya bahas. Saya pamit, "
"Baik Tuan. Hati-hati di jalan, " ucap Shaleen dengan senyuman ramahnya.
"Oh iya Tuan Leo. Terima kasih untuk cerita hari ini. Saya senang bisa bertemu dengan anda. Kalau ada waktu, bisakah kita minum di luar lusa?" Ucap Tristan sembari menatap Leo yang kini terdiam kebingungan.
"Bi─bisa, " gumam Leo pelan. Tristan tersenyum lalu pergi meninggalkan ruangan bersama dengan Albert.
Leo hanya bisa diam. Ada banyak perasaan yang kini menyerangnya. Entah malu, bingung, dan aneh. Dia mengira Tristan datang ingin melamar kakaknya. Dia tidak tau kalau cincin itu adalah milik kakaknya sendiri.
"Mungkin ini yang di maksud ibu. Jangan terlalu lama di negeri orang, " gumam Leo sambil meneguk dua sampai tiga kali air mineral.
***
Di perjalanan pulang, Tristan terus memikirkan Shaleen. Melalui cerita Leo membuat Tristan tertarik untuk mendekati Shaleen.
"Albert, "
"Iya kak?"
"Bagaimana menurutmu Nona Shaleen?"
"Menurut ku? Dia─cukup dewasa dalam pola pikir wanita seusianya. Dia cukup mandiri dan hebat. Karirnya begitu sukses, dan ya─dia nampak seperti wanita berkelas. Pantas saja jika banyak pria yang datang melamarnya, "
"Apakah dia cocok?"
"Huh? Co─cocok?
Ah, kakak ini bicara apa? Aku saja ti─"
"Aku tidak sedang menanyakan kecocokan mu dengan Nona Shaleen. Aku juga tidak setuju jika Shaleen menikah dengan mu. Apa yang kau punya?"
Albert terdiam dengan ucapan Tristan. Nampaknya dia sudah biasa dengan kalimat tamparan dari Tristan.
"Aku hanya ingin tau. Apakah Nona Shaleen cocok dengan ku?"
"Cocok kak. Kalian sama-sama mempunyai ambisi besar. Apalagi kau juga pebisnis hebat dan dewasa. Kau penyayang, baik hati, royal, respect, dan─"
"Sudah-sudah. Aku hanya meminta jawaban satu kata. Iya atau tidak?"
"Iya, "
"Baguslah. Kembali fokus menyetir, "
"Baik kak, "
***
"Telah di temukannya mayat seorang pria di rumahnya sendiri. Menurut keterangan hasil otopsi, pria ini tewas karena penyerangan. Hal itu di karenakan wajah yang hancur akibat hantaman asbak. Saat ini polisi sudah mengamankan barang bukti berupa asbak, dan juga baju korban. Polisi kini masih dalam penyelidikan untuk mencari pelaku, "
"AGHHHH, " gumam Peter kesal sambil melempar gelasnya ke lantai.
"Aku rela mengorbankan seratus anak buahku tapi tidak dengan informan setia ku,
Jika dia mati siapa lagi yang akan mencari informasi mengenai Vicenzo?"
"Tapi bos. Siapa kira-kira pelakunya?"
"Sudah jelas dia adalah Vicenzo. Aku yakin kalau Tristan itu Vicenzo yang selama ini aku cari, "
"Lalu sekarang bagaimana bos?"
"Pergi tangkap Lucas pemilik Castle Wilson Mall, "
"Tapi untuk apa bos?"
"LAKUKAN SAJA PERINTAH KU, CEPAT!" Bentakan Peter membuat anak buahnya sebagian keluar ruangan untuk pergi menangkap Lucas. Peter yang masih kesal, juga ikut meninggalkan ruangan itu di susul dengan seluruh anak buahnya.
Peter berniat ingin memancing Tristan melalu Lucas. Dia tau kalau Tristan akan menjalankan bisnis. Peter ingin Lucas membatalkan kerja sama dengan Tristan. Pembatalan kerja sama secara mendadak ini pasti membuat Tristan akan datang menemui Lucas.
"Kita akan bergerak semua besok, "
"Uhm bos, " sahut salah satu anak buah Peter.
"Ada apa?"
"Harus ada satu orang yang tinggal mengawasi Victor, "
"Untuk apa? Dia sudah terikat dan di kurung dengan keamanan tinggi, " sahut anak buah Peter lainnya.
"Hei tenanglah. Yang di katakan nya itu benar. Walaupun sudah kita beri keamanan tinggi, kalian tetap harus berjaga-jaga,
Baiklah. Kau besok tetap di sini untuk menjaga Victor, " sambung Peter.
...***...
Keesokan harinya.
"Good morning kakak, " ucap Lia dan Neroica bersamaan mengejutkan kakaknya.
"Kalian ini─mengejutkan kakak saja, "
"Maaf kakak, "
"Bukan kah ini hari weekend. Kenapa kalian berdandan cantik dan rapi sekali? Apa kalian ada kelas di hari weekend?"
"Ih kakak. Kami ini mau jalan-jalan, "
"Ow jalan-jalan. Tunggu sebentar, kakak ganti baju, "
"Ehhh tidak usah." Kedua adik Tristan bersamaan menahan Tristan.
"Kami mau keluar tanpa kakak, "
"Tanpa kakak?" Kedua adik Tristan mengangguk bersama. "Oke, baiklah. " Tristan membuang muka sembari meminum secangkir teh herbal miliknya.
"Ih kakak. Tidak mungkin kakak membiarkan kami kelaparan di luar sana, " ucap Lia.
"Uang kemarin?"
"Sudah habis, " jawab keduanya bersama. Tristan terkejut sampai menyemburkan sedikit minuman dalam mulutnya.
"Baru kemarin kakak berikan kalian masing-masing 50 juta dollar. Habis?"
"Hehehe. Dior menggodaku kak, " ucap Lia dengan wajah cengengesannya.
"Dan kau?" Tanya Tristan pada Neroica.
"A─aku... Hehehe aku pakai beli digital camera." Tristan hanya tersenyum pasrah. Dia tau betul kalau kedua adik-adiknya itu sangat suka berbelanja.
"Baiklah. Nanti kakak akan minta Albert untuk transfer kan uang ke rekening kalian, "
"Yes. Terima kasih kakak." Keduanya sangat senang sampai mencium kedua sisi pipi Tristan.
"Lia, Neroica, " panggil Tristan, saat mereka hendak pergi.
"Iya kak?"
"Kemari sebentar, "
"Kakak tau kita sekarang sudah berkecukupan lebih. Tapi─apa kalian masih ingat ucapan Li Ka-Shing?" Neroica dan Lia terdiam saling tatap satu sama lain.
"Tidak peduli berapa banyak uang yang anda dapatkan, tapi ingatlah untuk membaginya ke dalam lima bagian secara proporsional, " ucap Neroica dan Lia bersama.
"Apa saja?"
"Uhm, investasi, keluarga, bersosialisasi, mengembangkan diri, dan─liburan, "
"Good girl. Apa kalian sudah sadar sekarang?"
"Iya kakak. Baiklah... Kami akan mengurangi belanja barang-barang yang tidak di butuhkan, "
"Baguslah. Ya sudah sana, hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa langsung kabari kakak, "
"Baik kakak." Keduanya lalu pergi keluar untuk menghabiskan hari weekend bersama.