VICENZO
Kota Hallam, 2010.
Dimalam yang gelap gulita, sebuah pasukan tim khusus diam-diam menyelinap ke sebuah rumah tua yang tak jauh dari pemukiman kota. Mereka mendapatkan informasi mengenai pimpinan teroris bernama, Omar Faruq yang berasal dari India. Omar dikabarkan sudah lama bersembunyi di kota Hallam sejak tahun 2008. Omar diketahui menikah dengan seorang janda anak satu dari kota Hallam. Keberadaan Omar sudah sangat lama sekali di incar dan di cari-cari oleh pasukan India.
Pasukan tim khusus bekerja sama dengan tim kota Hallam untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan Omar. Bahkan kota Hallam juga ikut memberi bantuan dengan mengirimkan beberapa anak buah mereka untuk menangkap Omar. Tim ini dibagi menjadi 4 bagian. Tim A, bagian Timur. Tim B, bagian Selatan. Tim C, bagian Utara. Dan tim D, bagian Barat.
Tim A diminta untuk masuk lebih dulu. Tim A terdiri dari 7 orang. Mereka semua berpencar memasang bom di setiap sudut kawasan Omar Faruq. Bangunan itu cukup lah besar, dan luas. Bahkan di penuhi dengan ratusan anak buah Omar yang masing-masing membawa senjata.
“Victor, masuk…” panggil salah satu anggota dari Tim A melalui earpice.
“Ada apa?”
“Sepertinya kita membutuhkan banyak pasukan khusus lagi. Aku khawatir kalau kita maju sekarang. Kita semua akan kalah, “
“Di copy, “ Victor langsung meminta anak buahnya untuk menghubungi pemerintah India. Victor meminta agar pemerintah India mengirimkan tim khusus mereka ke kota Hallam.
“Thomas, masuk.. “
“Bagaimana?”
“Mereka akan mengirimkannya. Tapi butuh waktu cukup lama, dan kemungkinan akan sampai ke kota Hallam besok pagi, “ perjelas Victor.
“Victor. Kita sudah masuk ke kandang harimau. Mau menunggu sampai kapan lagi?” Thomas yang kesal, tanpa sadar menekan sebuah tombol hingga menimbulkan ledakan. Mendengar ledakan itu, Omar langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari tau siapa pelakunya. Abiel yang begitu gegabah, langsung keluar dari persembunyiannya dan melakukan penyerangan. Seluruh tim A yang melihat Thomas maju, langsung ikut maju untuk melawan seluruh anak buah Omar.
Victor yang mendengar suara tembakan kesal. Victor tau kalau itu akan menjadi awal dari kekalahan mereka semua. Benar saja, Thomas dan tim mereka yang lainnya tertangkap. Mereka disiksa habis-habisan bahkan ada yang di potong lidahnya. Victor meminta tim B, tim C, dan tim D untuk mundur dan kembali berkumpul ke markas.
*****
Di markas pertahanan kota Hallam.
“Apa kalian lihat?
itu yang akan terjadi jika kalian tidak menggunakan akal pikiran sebelum bertindak,
Apa salahnya jika kita mundur beberapa jam sampai menunggu pasukan khusus dari India datang,
Tugas kita hanyalah membantu pasukan India untuk menangkap teroris di negara mereka, “ ucap Victor menasihati seluruh tim nya.
“Pak Victor. Sekarang bagaimana?”
“Tidak ada cara lain. Luncurkan bom dinamit ke kawasan itu, “
“Tidak bisa pak. Aku melihat ada beberapa warga sipil yang di sekap, dan di sekitar tempat itu juga banyak pemukiman warga sipil, “ bantah salah satu anggota Victor.
“Benar pak. Jangan karena masalah negara luar, warga kita jadi korban, “
Victor yang bingung memikirkan cara menangkap Omar, sampai terduduk lemas di kursinya. Ia memejamkan matanya sambil mengusap pelan kepalanya.
“Pak. Kenapa kita tidak minta bantuan Vicenzo?”
Mata Victor langsung terbuka setelah mendengar nama Vicenzo. “Bukankah dia prajurit paling tangguh, “ sambung anggota Victor.
“Kau benar. Vicenzo bukan cuma tangguh. Dia adalah iblis. Dia sangat kejam, jahat, dan keras kepala. Cuma dia saat ini yang bisa menangkap Omar, “ sahut Victor.
Tanpa pikir panjang, Victor langsung menelpon Vicenzo. Berkali-kali Victor menelpon, panggilan itu selalu gagal. Victor baru ingat, dia menelpon di jam 2 pagi dini hari.
“Bagaimana pak?”
“Dia pasti tertidur lelap. Dan mau tidak mau kita akan menunggu hari esok, “ jelas Victor. Mereka semua pun setuju, dan pergi untuk beristirahat ke tenda mereka masing-masing.
*****
Keesokan harinya.
Vicenzo bangun lebih pagi. Seperti biasa dia bangun, membereskan tempat tidur, menyiapkan sarapan, lalu ke kandang kuda kesayangannya.
“Good morning my little boy. Apa kau lapar?” Ucap Vicenzo sambil mengelus-elus kepala kuda tersebut.
“Ini. Aku bawakan rumput-rumput segar untukmu. Makanlah, “ ucap Vicenzo sambil berjalan pelan keluar pagar rumah. Seperti biasa, Vicenzo akan jogging pagi mengelilingi desa. Di tengah perjalanannya, dia melihat seorang gadis kecil yang sedang berlari-lari menangkap balon. Kebetulan balon itu terbang mengarahnya, maka dengan cepat Vicenzo menangkap balon itu. Gadis kecil itu berhenti berlari, karena sedikit takut dengan Vicenzo.
“Kemari lah. Dan ambil balon mu, “ ucap Vicenzo sambil memberikan balon itu. Gadis itu perlahan mendekati Vicenzo, dan mulai menerima balon tersebut. Vicenzo tersenyum sambil mengusap-usap kepala gadis kecil itu.
“Siapa namamu anak manis?”
“Daisy, “
“Daisy? Wow. Nama yang cantik untuk mu nak, “
“Terima kasih paman, “
“Jangan paman. Kak Vicenzo, “
“Kak Vi…cen…zo… “
“Ah begini saja. Kau panggil saja kak Enzo, “
“Woah. Nama yang mudah disebut. Baiklah kakak Enzo, “
“Daisy, “ panggil seorang wanita yang berlari mendekati mereka.
“Ibu, “
“Kamu dari mana saja nak. Ibu sudah bilang jangan jauh-jauh, “
“Aku hanya mengejar balon ku ini. Dan untungnya ada kakak Enzo yang menangkapnya untuk ku, “
“Terima kasih ya nak, “ ucap ibu Daisy pada Vicenzo.
“Sama-sama bibi, “ keduanya lalu pergi meninggalkan Vicenzo. Nampak senyuman terukir di wajah Vicenzo. Dia seperti merindukan seseorang. Ini baru pertama kalinya Vicenzo bertemu dengan Daisy. Tetapi, Vicenzo merasa seperti punya ikatan hubungan pada anak itu. Vicenzo melanjutkan lari paginya. Tetapi, baru beberapa langkah ponselnya berdering.
“Victor?”
“Tidak usah basa-basi. Langsung pada intinya, “ ucap Vicenzo sambil berlari. Victor tertegun mendengar Vicenzo.
“Kau dimana?”
“Masih di atas bumi, “
“Vicenzo, aku serius, “
“Aku sedang berada di tempat kau berada, “ jawab Vicenzo dengan senyuman kecil.
“Ma-maksud mu?”
“Aku berada pada tujuanmu saat ini, “
“Kau ini memang hobi membuat ku bingung. Katakan dengan jelas kau ini dimana?”
“Aku di kandang harimau, “
“Vicenzo, kau─
Tunggu. Maksudmu… kau ada di kawasan Omar?” Sambung Victor.
“Kau benar, “
“Sebulan yang lalu. Aku memutuskan untuk datang sendiri ke desa ini, “
“Baguslah. Vicenzo dengar… Tim kita ada yang tertangkap dan di sekap. Selain itu juga ada beberapa warga sipil yang ikut di sekap, “
“Lalu… Kau mau aku menyelamatkan tim kita, warga sipil, atau menangkap Omar?”
“Bisakah… kau menyelesaikan semuanya?”
“Lalu kau dan tim mu?”
“Uhm─ “
“Cih. Pengecut, “
“Baiklah. Aku akan pergi sekarang. Tolong aman warga sipil yang ada di kawasan itu. Pastikan tidak ada satu pun orang yang berada di area itu, “
“Baik. Apa kau mau di jemput?”
“Untuk apa, apa kau meremehkan Phillipus?” Panggilan berakhir dengan Victro yang nampak heran. Bukan heran dengan siapa itu Philipus. Tapi heran karena, apakah bisa Vicenzo menyelesaikan misi mereka.
*****
Setelah Vicenzo siap dengan tas besarnya, dia pergi ke kandang kudanya. “Phillipus. Are you ready?” Phillipus kuda kesayangan Vicenzo langsung melompat keluar dari kandang. Dia lalu membungkuk mempersilahkan Vicenzo untuk naik. Vicenzo bersama kudanya berlari begitu cepat untuk sampai ke kawasan Omar. Vicenzo berhenti di sebuah pohon yang sedikit jauh dari kawasan Omar. Dia mulai meneropong untuk melihat situasi di sana.
“5 mobil terparkir di halaman rumah Omar. Seluruh keluarganya berpakaian rapi. Biasanya sebelum pergi, pria yang lebih tua selalu minum secangkir teh sambil menunggu istri mereka bersiap. Jika tehnya saja sudah habis, dan istrinya sudah siap. Itu artinya sebentar lagi Omar akan pergi, “ Vicenzo meneropong ke sisi lain, di mana ada beberapa warga sipil dan tim pasukan khusus kota Hallam yang di sekap. Vicenzo lalu kembali menaiki Phillipus dan pergi untuk menyelamatkan warga sipil yang di sekap di sebuah bangunan tua. Jarak bangunan itu juga tidak begitu jauh dari rumah Omar.
*****
Vicenzo meninggalkan Phillipus di depan, dan dia masuk sendiri ke dalam. Vicenzo masuk tanpa sembunyi-bunyi. Dia masuk di saat anak buah Omar sedang menyiksa para tahanan.
“SIAPA KAU?”
Vicenzo hanya memasang wajah polos, seperti kebingungan. Entah apa yang direncanakan pria ini.
“BERDIRI. MASUK BARISAN, “
“Sabar dulu. Tas ku ini berat, biarkan aku menaruhnya terlebih dahulu, “ anak buah Omar memperbolehkan Vicenzo untuk meletakkan tasnya. Vicenzo meletakkan tasnya di sebuah meja dan mengeluarkan sebuah alat. Vicenzo nampak seperti menyambungkan sebuah kabel.
“Sedang apa kau?” Tegur salah satu anak buah Omar.
“Apa kau buta? Aku sedang menyambungkan kabel hitam dan kabel merah ini, “
“Supaya apa?”
“Supaya koneksi jaringan hilang. Coba kau periksa ponsel mu sekarang, “ anak buah Omar langsung memeriksa koneksi di ponsel mereka.
“HEI. UNTUK APA KAU MEMASANG JAMMER DI SINI?” Tegur anak buah Omar sambil menodongkan senapan ke kepala Vicenzo. Telinga Vicenzo yang mendengar suara bidikan siap menembak, dengan cepat langsung mengambil pisau dari tasnya dan memotong tangan anak buah Omar. Terjadilah perkelahian antara anak buah Omar yang jumlahnya hampir ratusan itu melawan Vicenzo seorang diri. Ketangguhan seorang Vicenzo memang tidak perlu diragukan lagi. Dia benar-benar menjadi iblis ketika sedang berkelahi. Bahkan semuanya bisa di habisi nya seorang diri.
“Kak Vicenzo, “ sapa Thomas yang sudah bebas.
“Aku dengar kalau Omar Faruq akan kembali ke India hari ini. Mereka akan berangkat 5 menit lagi, “
“Jumlah mereka sudah berkurang. Kau tangani semuanya, “
“Baik kak, “
Thomas bersama dengan beberapa anak buahnya langsung bergerak untuk menyelamatkan warga sipil, dan juga melawan beberapa anak buah Omar yang masih tersisa.
Kin Vicenzo sudah bersiap di atas bangunan untuk membidik Omar Faruq.
“Victor, “
“Pak Victor, ada panggilan dari kak Vicenzo, “
“Hallo Vicenzo, ada apa? Kami baru saja mengirimkan seluruh tim kesana, “
“Telat. Aku sekarang sedang berada di puncak bangunan. Menatap Omar Faruq yang akan pergi, “
“Apa yang kau lakukan sekarang?”
“Aku sudah siap dengan GAU-19/A di tangan ku, “
“Apa yang mau kau lakukan?”
“Menembak, “
“Dengar Vicenzo. Omar Faruq teroris India, jika kau membunuhnya negara dan kota kita dalam bahaya. Tangkap dia, “
“Aku tidak akan menembak pria tua itu. Aku hanya ingin menembak kendaraannya, “
“Dengan begitu… Omar tidak akan pergi meninggalkan kota ini dan kawasan ini, “
“Victor. Apa semua tim sudah sampai?”
“Sudah, “
“Pastikan semua area kawasan Omar tidak ada warga sipil sama sekali, “
“Baik Vicenzo, “
Victor menghubungi tim nya untuk memastikan tidak ada warga sipil di kawasan itu.
“Tim B aman pak, “
“Tim C aman pak, “
“Tim D juga aman, “
“Vicenzo. Semua sudah aman, “
“Apa kau yakin, Victor?”
“Tim B, Tim C, dan Tim D. Aku ulangi. Apa kalian yakin tempat itu sudah aman?”
“Siap aman pak, “ jawab ketiga tim itu bersamaan.
“Vicenzo, sudah aman, “
Vicenzo lalu mulai membidik senapan mesinnya, dan mulai meng─objek target. Sementara dari sisi Timur, sebuah keluarga sedang bersepeda bersama. Salah satu putri mereka tak sengaja melepaskan balon yang ia pegang. Iya, benar. Gadis kecil itu adalah, Daisy.
Daisy turun dari sepeda dan mengejar balon itu. Daisy terus-menerus mengejar balonnya sampai mendekati kawasan Omar Faruq. Tim Victor yang melihatnya ingin memberitahukan Vicenzo, tapi Victor menahan. “Lanjutkan. Jika operasinya sampai gagal. Kita akan kehilangan Omar lagi, “ ucap Victor pada anak buahnya. Hal itu membuat mereka tetap melanjutkan operasi, tanpa memberitahukan Vicenzo mengenai Daisy yang kini mulai mendekat.
“Tim B, dan Tim D bersiap untuk masuk dan menangkap Omar Faruq, “
Omar Faruq pun keluar bersama keluarganya. Vicenzo mulai menarik pelatuk senapannya.
Bom!
Ledakan pun memakan habis 4 mobil yang akan mengantarkan Omar Faruq. Di saat yang bersamaan, Tim B, dan Tim D masuk. Mereka dengan cepat melumpuhkan Omar Faruq dan menangkapnya. Vicenzo mengambil teropongnya untuk melihat bagaimana nasib dari Omar Faruq. Pandangan Vicenzo malah teralihkan pada balon yang melayang di udara. Mata Vicenzo langsung berubah saat melihat balon itu.
“Terima kasih kakak Enzo, “ kalimat yang keluar dari mulut Daisy pagi itu membuat Vicenzo sampai menjatuhkan teropongnya. Vicenzo langsung berlari untuk menghampiri Daisy.
Dengan mata yang memerah, dan keringat yang mulai memanas. Vicenzo berlari dengan tatapan fokus pada Daisy yang kini terbaring di pangkuan ibunya yang menangis.
“Da-daisy… “ ucap Vicenzo yang langsung merangkul Daisy ke pangkuannya.
“KENAPA KALIAN DIAM SAJA? AYO CEPAT BAWA DAISY KE RUMAH SAKIT, “ teriak Vicenzo. “Jika kami mempunyai motor, atau mobil. Sudah sejak tadi kami membawanya nak, “ ucap ibu Daisy sambil menangis. Vicenzo mulai bingung, bagaimana caranya mengantarkan Daisy. Sementara itu kondisi Daisy semakin parah.
“PHILLIPUSSS, “ teriak Vicenzo sekuat mungkin. Phillipus yang sedang makan rumput dari kejauhan, dengan cepat berlari sekencang mungkin. Setelah Philipus datang, Vicenzo menggendong Daisy dan membawanya ke rumah sakit. “Phillipus. Berlari lah secepat mungkin, “ ucap Vicenzo. Phillipus lalu berlari secepat mungkin untuk pergi ke rumah sakit kota.
“Ka-kak Enzo, “
“BERTAHANLAH DAISY. KAKAK DI SINI, “
“Sakit… “
“BERTAHANLAH DIK. KITA AKAN SAMPAI, “ ucap Vicenzo.
Singkat cerita, mereka sampai di rumah sakit dengan cepat. Vicenzo langsung turun dan berlari membawa Daisy masuk. “DOKTER. TOLONG SELAMATKAN ANAK INI. AKU MOHON, “ seluruh perawat yang siap siaga langsung menggendong Daisy dan dengan cepat memberikan pertolongan. Beberapa menit kemudian, ibu Daisy dan anggota keluarganya sudah tiba di rumah sakit.
“Pu-putriku akan baik-baik saja kan?” Tanya ibu Daisy pada Vicenzo.
“Dia pasti baik-baik saja, Bi, “
Dokter melakukan segala macam cara untuk menolong Daisy, namun sayangnya mereka tak bisa menyelamatkan nyawa Daisy. Seluruh keluarga Daisy menangis di hadapan Vicenzo. Tangisan itu terus mengiringi langkah Vicenzo yang perlahan meninggalkan rumah sakit. Vicenzo berjalan dengan tatapan kosong, dia bahkan sampai terus menyalahkan dirinya atas kematian Daisy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Pena dua jempol
menolak tua si Vincen🤣
2025-02-25
1
Pena dua jempol
seru nih ❤️
2025-02-25
0